RUANG TENGAH KASTIL
Ketika
Aluna berjalan menuju ruang tengah kastil. Semua orang sudah berkumpul
disana. Vincent dan Shin juga tampak berada di tengah-tengah mereka.
"Ada
apa ini? Kenapa mendadak ramai begini." Aluna lantas menghampiri
keramaian tersebut. "Apa? Sebuah peti?" dia terkaget dengan temuan
teman-temannya itu.
"Karna berat, kami meminta teman-teman yang
lainnya untuk membawa kemari. Namun kami belum tau apa isi dari peti
ini," ungkap Vincent kepada Profesor Johnson dan Obalyn yang baru saja
tiba bersamaan dengan Aluna.
"Tidak!.. kalian tidak boleh membawa
peti itu keluar dari kastil!" tiba-tiba sesosok lelaki berjubah hitam
datang dari ujung lorong pintu kastil.
"Siapa dia?. Pakaiannya aneh sekali."
"Hey, bukankah dia lelaki yang beberapa waktu lalu."
"Benarkah?
Ahh iya. Dia lelaki yang menggangu kita membuka gerbang utama." ujar
mereka yang berada di tim satu gerbang depan. Lelaki tersebut
menghampiri kerumunan itu dengan membawa pisau kecil ditangannya.
"Hey mau apa kau?. Lalu kenapa dia membawa pisau ditangannya."
"Minggir
kalian!" ujar lelaki berjubah hitam. "Aku harus menghancurkan sumber
petaka itu sebelum kita semua menyesal nanti." Lelaki itu berlari dan
mengacungkan pisaunya menuju keramaian.
"Ahh gila, dia menuju kemari. Cepat menghindar."
Para
peserta ekspedisi lantas menjauh dari jangkauan lelaki yang membawa
pisau itu. Namun sebelum lelaki itu mencapai tempat para anggota
ekspedisi. Langkahnya terhalang oleh Shin yang menghadangnya sebelum
sampai di antara mereka.
"Woahh Shin! yang benar saja. Dia mau melawan orang gila itu," ujar salah satu anggota ekspedisi.
"Kak Shin." Aluna sedikit cemas melihat Shin berhadapan dengan lelaki tak dikenal itu.
"Tenang
saja, dia adalah senior kita dengan sabuk hitam. Tidak usah khawatir,
semuanya akan baik-baik saja," ujar Vincent yang sedikit merasa lega
Shin yang menghadapi lelaki tak dikenal itu.
"Kau...siapa kau?. Darimana kau dan apa tujuanmu mengganggu pekerjaan kami," tanya Shin pada lelaki yang ada di hadapannya.
"Minggir!"
ujar lelaki itu. "Aku harus memusnahkan sumber masalah disini. Minggir
aku bilang!" lelaki tersebut mencoba membuat Shin mundur dengan
mengacungkan pisaunya. Perkelahian diantara mereka tidak bisa dihindari.
Shin berhasil menangkis pisau tersebut. Akan tetapi lelaki yang
dihadapinya rupanya seorang ahli beladiri juga. Mereka saling pukul dan
melukai satu sama lainnya. Hingga di detik terakhir Shin berhasil
melumpuhkan lelaki tersebut dikala dia lengah.
"Tidak, kau jangan mendekati peti itu!" ujar lelaki berjubah hitam yang perhatiannya teralihkan ketika Obalyn mendekati peti.
"Chance!" Shin mengambil kesempatan dari kelengahan lelaki itu dan berhasil melumpuhkan kedua tangannya dengan plintiran.
"Lepas
brengsek, aku bilang jangan menyentuh peti itu!" (Melihat kearah Obalyn
yang berada di dekat peti). Lelaki tersebut terus berkata demikian
dikala ada seseorang yang mendekati peti. Dibantu rekan ekspedisi
lainnya Shin mengikat tangan lelaki itu dengan tali. "Maaf kawan, tapi
sebaiknya kau tidak menggangu pekerjaan kami." ujar Shin kepada lelaki
tersebut.
"Jadi siapa kau, apa sebenarnya yang ada di dalam peti
tersebut hingga kau ngotot sekali membuat keributan disini. Bila kau
hanya berteriak tidak jelas, bagaimana kami bisa mengerti kawan?" ujar
Shin kembali menatap ke arah mata lelaki tersebut.
Tap..tap tap,
dikala Shin sedang mengintrograsi lelaki tersebut. Obalyn menghampiri
mereka berdua. "Anak muda, kau tau apa yang ada didalamnya? Bisakah kau
memberitahu kami mengapa tidak boleh membuka peti tersebut. Bila
alasanmu jelas dan logis, ada kemungkinan kami mendengarkanmu dan tidak
membuka peti itu." ujar Obalyn kepada lelaki berjubah hitam itu.
"Profesor?
Apa yang anda katakan?" ujar Lorenzo yang terkaget mendengar perkataan
Profesor Obalyn. Lantas Obalyn mengangkat tangannya mengisyaratkan pada
Lorenzo untuk menghentikan ucapannya. Melihat Profesor Obalyn mengangkat
telapak tangannya membuat Lorenzo terdiam sejenak. Obalyn tersenyum dan
menganggukkan kepalanya dihadapan lelaki berjubah hitam itu agar dapat
mempercayainya.
"Baiklah, akan aku beritahu. Tapi dengan satu syarat, kalian jangan pernah membuka peti terkutuk itu." ujar lelaki tersebut.
"Tentu,
bila itu logis dan memang tidak boleh dibuka. Kami akan mencoba untuk
tidak membukanya." ujar Obalyn berusaha meyakinkan lelaki yang berada
dihadapannya.
"Namaku adalah Erik, aku bertugas menjaga kastil ini dari turun-temurun. Rumahku tak jauh dari keberadaan kastil ini."
"Jadi, kaulah orang yang mengubah peta keberadaan kastil azmut ini?" Shin memotong pembicaraannya.
"Ya, aku harus melakukan segala upaya agar kastil ini tidak diinjak oleh manusia."
"Kenapa begitu? Pasti ada alasannya kan. Sampai kau berbuat sampai seperti itu?" ujar Shin sedikit penasaran.
"Itu karena kastil Azmut ini sudah dikutuk."
"Dikutuk katamu, yang benar saja?" Vincent menyela karena tidak percaya akan kutukan.
"Kalian
percaya atau tidak aku tidak peduli. Aku hanya menjalankan tugas dari
leluhurku agar peti itu tetap ada di tempatnya. Selebihnya aku tidak
peduli." ujar lelaki itu mengakhiri penjelasannya.
"Dikutuk yaa..
namun aku tak merasakan apapun di dalam peti itu. Kau pasti bergurau,
hey anak muda. Jangan coba membodohi kami ya." ujar Falseek paranormal
yang ikut bersama dengan mereka.
"Benarkah itu Falseek?. Kau tak
mendeteksi sesuatu yang aneh di dalam peti itu?" tanya Johnson yang
tiba-tiba bereaksi akan ucapan Falseek paranormal yang dia percayai.
"Aku
tidak bohon. Peti itu menyimpan sesuatu yang terkutuk. Kalian jangan
coba-coba untuk membuka bagian dalamnya." ungkap lelaki berjubah hitam.
Perdebatan
yang semakin sengit diantara mereka. Namun perdebatan itu berhasil di
tampik oleh argumen Profesor Lorenzo kala itu juga.
"Maaf saja
anak muda. Kami ini tidak mempercayai hal yang tidak masuk akal.
Lagipula, spiritual kami Falseek bilang tidak ada yang mencurigakan
disana. Sebaiknya kau hentikan ocehan konyolmu dan jangan coba
memanipulasi kami lagi." ujar Lorenzo saat itu juga.
Usai
perdebatan itu akhirnya mereka membuktikan ucapan lelaki berjubah dengan
membuka peti tersebut. Falseek sendiri yang membuktikan bahwa di peti
tersebut tidak terdapat apapun didalamnya. Dia membuka peti tersebut dan
tak ada apapun di dalamnya.
"Tidak mungkin, kosong? Bagaimana
bisa?. Jadi selama ini...aku hanya menjaga peti yang tidak ada apapun di
dalamnya?" Lelaki itu terkejut dengan kenyataan yang dilihatnya. Dia
tersungkur dan syok kala itu juga. Begitu pula dengan Profesor Obalyn
dan Profesor Johnson.
"Jadi, ini semua hanyalah lelucon kah?"
Obalyn meninggalkan keramaian dan meninggalkan buku yang dia pegang
tergeletak di lantai." Prof, Anda mau kemana?" Johnson mengikuti Obalyn
berjalan dibelakangnya.
"Buku itu, kenapa dia membuangnya?" Aluna mengambil buku yang ditinggalkan oleh Profesor Obalyn.
***
Beberapa
saat dikala keadaan sudah sedikit tenang. Profesor Johnson memberikan
instruksi terakhirnya sebagai ketua tim ekspedisi.
"Terima kasih
atas partisipasi kalian semua selama beberapa hari ini. Kalian adalah
para calon peneliti masa depan yang luar biasa yang berjasa membantu
ekspedisi di hutan Well ini. Bersamaan dengan telah ditemukannya lokasi
kastil Azmut yang membuktikan bahwa kerja keras kita membuahkan hasil.
Untuk penelitian lebih lanjut akan di bicarakan pada proyek selanjutnya.
Kemudian bersamaan dengan ini saya sebagai ketua tim Ekspedisi Greenly.
Kegiatan ekspedisi hutan Well resmi ditutup."
Johnson menutup
kegiatan ekspedisi sore harinya. Setelah penutupan mereka seraya
berkemas meninggalkan posko penginapan mereka. Sebelum meninggalkan
hutan, Johnson sempat menemui Erik penjaga Kastil Azmut.
Toktoktok...
"Kau.. buat apa kau datang kemari?" ujar Erik ketika membuka pintu rumahnya.
Johnson tersenyum kepada Erik seraya melangkah ke dalam rumahnya.
"Tidakkah... kau kesepian sendiri disini?" ujar Johnson melihat-lihat sekeliling rumah Erik.
"Apa
maksud perkataanmu? Langsung saja apa tujuanmu datang kemari!" ungkap
Erikk yang langsung berdiri kembali dari posisinya terduduk.
"Pemuda
yang tidak sabaran sekali." Johnson melihat wajah Erik dari dekat.
"Bukankah, kau lebih baik meninggalkan tempat ini Erik. Kau sendiri
melihat tadi siang bahwa peti yang selama ini kau jaga ternyata kosong.
Lalu, untuk apa kau masih harus tinggal di tengah hutan menjaga kastil
tersebut." ungkap Johnson pada Erik lagi.
"Tidak ada hubungannya
denganmu paman. Ini adalah hidupku, terserah aku mau tinggal dimana aku
mau." balas Erik yang tak mau diberitah.
"Kau pemuda yang kerasa
kepala rupanya ya. Aku menyukai tipe pemuda seperti kalian. Sama seperti
diriku dulu. Bila boleh dikata, sesungguhnya aku sedikit kecewa dengan
hasil temuanku kali ini. Aku kira teoriku benar tentang peninggalan batu
bertuah itu. Namun ternyata itu semua hanyalah omong kosong."
"Batu bertuah? dari mana kau tau tentang itu?" Erik lantas sedikit tertarik dengan yang dibicarakan oleh Johnson.
"Ahm,
rupanya kau juga tahu sesuatu mengenai batu bertuah itu. Itu artinya
teoriku 50:50 antara benar dan hanya hipotesis saja. Namun yang
membuatku bingung adalah... Amh peti tersebut ternyata kosong. Yah apa
boleh buat."
"Hey paman, kau tau dari mana tentang batu bertuah itu?" tanya Erik pada Johnson sedikit kasar dengan menarik kerahnya.
"Mengenai
itu... (Mencoba melepaskan tangan Erik dengan sedikit mendorongnya
kebelakang dan menempelkan kertas yang berisi kartu namanya tersebut)
Yah, pokoknya kau bisa menghubungiku di nomer tersebut. Aku harap kita
bertemu kembali." Johnson lantas meninggalkan kediaman Erik setelah
berbicara dengannya.
Mobil-mobil yang sedang menunggu
keberangkatan telah terparkir di depan posko penginapan. Aluna dan yang
lainnya sudah berada di mobil Van untuk para peserta Ekspedisi Greenly.
Tak lama kemudian Profesor Johnson muncul dari arah hutan menuju mobil
pribadi yang dia akan naiki. Satu-persatu dari mereka meninggalkan posko
penginapan tersebut. Mereka berangkat menuju hotel tempat pertama
mereka berkumpul sebelum berangkat ke hutan Wells.
Hotel Welliam's
"Arghh,
lelahnya.. akhirnya aku bisa tidur di kasur yang empuk setelah beberapa
hari berada di hutan belantara." Aluna menaruh tasnya dan mulai
merebahkan tubuhnya.
....
....
"Woahh, kita sekamar rupanya." ujar Shin.
"Yahh, tidak aku sangka bisa berbagi kamar dengan senior Shin," balas Vincent.
"Ahh lebay Luh."Berjalan menuju Sofa panjang yang terlihat empuk di pojokan.
"Hahaha, Tidak pantas kah?" ujar Vincent seikit tertawa.
"Tentu
saja, kau ini tidak cocok bercanda seperti itu tau. Wajah dan ucapanmu
jauh sekali perbedaannya. Jadi tolong hentikan oke." Merebahkan tubuhnya
di Sofa dan menikmati waktu istirahatnya sejenak.
"Am oke.
Ahhhhh, nyamannya. Tidak terasa ekspedisinya sudah berakhir saja ya."
ungkap Vincent sembari merebahkan tubuhnya di kasur.
"Kau benar,
tidak terasa seminggu kita di hutan dan kini sudah selesai." balas Shin
sembari melepaskan atribut yang masih menempel di tubuhnya.
"Tidakkah kau merasa ekspedisinya terlalu monoton senior?" tanya Vincent terduduk dari posisinya rebahan.
"Monoton?.
Maksudmu kurang menegangkan Apa bagaimana?" ujar Shin meluruskan
pembicaraan mereka yang juga mulai dalam posisi terduduk di Sofa.
"Yahh,
aku tidak tau benar apa tidak pemikiranku ini. Namun bagiku, ekspedisi
ini sedikit aneh dan mengganjal. Serasa ada yang kurang saja begitu.
Lagipula kita tidak diizinkan melihat-lihat lebih jauh kastil dan
mendokumentasikannya. Hanya para peneliti senior yang diperbolehkan
meneliti tentang kastil itu. Bukankah itu sedikit tidak adil, terlebih
lagi kita sudah membantu mereka sampai sejauh itu. Yah meskipun bagian
yang menariknya tidak terbukti ada." ungkap Vincent yang mengeluarkan
unek-uneknya kepada Shin.
"Kau ini, ternyata masih tidak puas ya."
"Salahkah?"
"Tidak...
itu normal menurutku," Shin tersenyum. "Sudahlah, aku mau mandi
terlebih dahulu. Sebentar lagi kita ada pertemuan untuk makan malam
bersama bukan?"
Shin Jong menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sementara Vincent masih memikirkan kejadian tadi siang di kastil.
Aneh
sekali, apa aku emang salah lihat. Aku rasa, peti di dalam ruangan itu
ada lebih dari satu. Tapi.. kenapa yang ada hanya satu yang mereka bawa.
Selain itu.. kutukan apa yang membuat dia sampai seperti itu yah. Dalam
lamunannya Vincent masih merasa janggal dengan kejadian di kastil.
Namun karena dia tidak terlalu tertarik dengan hal yang mistis. Dia
abaikan kejanggalan yang dia ketahui itu.
35 Menit setelah Shin masuk kamar mandi dan sudah melakukan beberapa aktivitas lainnya sementara Vincent masih saja rebahan.
"Kau
masih tiduran saja, cepat mandi dan ganti baju. Sekarang sudah hampir
jam 19.00 waktu untuk kita turun makan malam tau.", ujar shin melihat
Vincent yang masih rebahan di kasur saat dia baru keluar dari kamar
mandi.
"Ahh iya, aku mandi sekarang juga. Bukannya senior yang lama sekali di kamar mandi?" ujar vincent dari lamunannya kala itu.
•••
Di
sisi lain di tengah hutan tempat ekspedisi. Erik yang memikirkan ucapan
Johnson untuk meninggalkan hutan dan memulai hidup baru. Tampaknya dia
putuskan untuk kembali ke kastil lagi untuk terakhir kalinya. Namun dari
kejauhan dia melihat fenomena yang tidak biasa disana.
"Apa itu?.
Bukankah tadi sore orang-orang sudah meninggalkan lokasi hutan ini?"
ujar Erik melihat aktifitas beberapa orang keluar dari kastil. Dia
lantas mengikuti orang-orang tersebut. "Apa!.. Apa itu. Peti? dan
juga ada tiga peti dengan beberapa tanda di atasnya. Jangan-jangan itu
adalah peti yang seharusnya tidak boleh meninggalkan kastil! Celaka,
kenapa aku bisa kecolongan dan dibodohi begitu mudahnya," ungkap Erik
dalam benaknya ketika melihat orang-orang yang memasukan peti kedalam
mobil box.
"Hei, apa yang sudah kalian lakukan!"
Seru Erik. "Cepat kembalikan peti-peti itu ketempat semula!" Erik keluar
dari balik pohon besar dimana dia bersembunyi. Dia mencoba mencegah
peti-peti tersebut dibawa keluar dari areal kastil.
"Urus dia sekarang juga!" ujar lelaki yang memakai masker memasuki mobil dan menyalakan mesin.
"Berhenti
kau!.. aaaahh...kurang ajar.. ber..hen..ti. aku.. mo..hon.". Erik
pingsan ketika menerima pukulan dari seseorang yang bertubuh besar di
belakangnya.
•••
Di hotel Welliam's semua tim ekspedisi
sedang menikmati waktu makan malam bersama mereka. Tiba-tiba lampu hotel
mati dan membuat seisi pengunjung panik untuk sementara.
"Kepada
para pengunjung diharap tenang. Kami sedang mempersiapkan tenaga listrik
cadangan. Jadi mohon jangan tinggalkan tempat kalian berada saat ini
karena dikhawatirkan terjadi suatu hal yang tidak diingnkan." ujar
manager hotel Welliam's memberika intruksi kepada pada pengunjung yang
mulai panik.
Tak lama kemudian lampu kembali menyala. Namun diluar
tampaknya menunjukan cuaca yang tidak biasa. Tiba-tiba hujan turun
disertai guntur. Pohon-pohon disekitar hotel bahkan sampai ada yang
tumbang hingga terbakar. Para pegawai tampak sibuk menangani hal yang
tak terduga tersebut. Demi keamanan dan kenyamanan para pengunjung yang
datang. Petugas hotel menyerukan agar memasuki ruangan mereka
masing-masing. Para pengunjung hotel akhirnya kembali ke ruangannya
masing-masing.
"Ada apa ini? Ntah mengapa perasaanku tidak enak." ungkap Aluna yang berjalan bersama Paula teman satu kamarnya.
***