LIBERO : PROLOG
PROLOG
Namaku Dealovin panggil saja aku Dea, aku sangat suka sekali dengan olahraga. Cita-citaku dari kecil adalah aku ingin bisa menjadi seorang atlet lari profesional.
Setiap ada waktu aku selalu meluangkan waktu untuk berlatih berlari setiap hari.
Saat aku kelas 6 SD aku sangat antusias sekali ingin mengikuti kejuaraan atletik tingkat SD. Saat itu, aku baru berumur 12 tahun lebih tepatnya aku masih kelas 6 SD. kala itu guru olahragaku mengadakan seleksi tes lari jarak pendek untuk setiap siswa baik itu laki-laki ataupun perempuan.
Aku sangat antusias sekali kala itu. Catatan waktuku juga menunjukan waktu terbaik. Aku sangat berharap bisa mewakili sekolah kala itu. Namun ternyata bukan akulah yang terpilih menjadi wakil dari sekolahku saat itu. melainkan kelas sebelah yang mewakili kejuaraan lari dari sekolah kami.
Mendengar perwakilan dari sekolah kami kalah sebelum berlari sampai finish membuat hatiku hancur. Selintas aku mengoceh dalam benakku, "andai saja, aku yang mewakili kejuaraan lari saat itu. Andai saja bukan dia".
Meski demikian aku sadar, sesuatu yang seperti itu tak akan mungkin terjadi. Ini adalah kenyataan, meski dia tidak menang. Tapi dia sudah berusaha meski kalah sebelum berlari.
Aku hanya bisa menahan rasa sakit di dada ini. Aku tak sanggup memberikan semangat kepadanya yang kalah dalam bertanding. Aku memang egois, sepertinya aku memang tak pantas menjadi perwakilan kelas. Aku pun mencoba menerima semua keraguan dan kesedihan yang aku alami.
....
Tak lama dari kejuaraan lari diadakan. Kami kelas enam disibukan dengan persiapan ujian nasional untuk kelas enam. Hingga hari ujian tiba kami mengikutinya dengan hikmat. Sampai tiba saatnya acara pelepasan siswa kelas enam.
Kini aku sudah menjadi murid kelas 1 SMP. Aku masih terus berlari setiap minggunya. Aku masih belum menyerah untuk menjadi seorang atlit lari.
Suatu ketika saat aku dan teman-teman hendak pulang dari sekolah dan menunggu angkot. Kami bersenda gurau di pinggir jalan. Lalu... Kejadian itu pun menimpaku. Aku tak pernah menyangka akan tertabrak kendaraan bermotor kala itu. Aku terjatuh berguling dan tepat di lututku, seketika aku mengalami cedera. Dikarenakan aku tak mengalami luka yang parah aku tak di bawa ke rumah sakit. Aku diantar pulang oleh orang yang membawa motor tersebut. tentu saja dia meminta maaf atas kejadian yang menimpaku. teman-temanku pun menghawatirkan keadaanku. tapi karna aku merasa baik-baik saja aku hanya minta diantar pulang ke rumah saja sudah cukup untukku.
Beberapa minggu kemudian, ada tes lari di sekolahku. Ntah apa yang terjadi, lariku menjadi sangat lambat sekali. Ternyata karena cedera pada lututku tempo hari. setelah diperiksa pada dokter akhirnya aku mengetahui sebabnya. aku tak bisa lagi berlari seperti sedia kala, aku mengalami cedera lutut yang menyebabkan kakiku tak dapat berlari secepat dulu lagi. mendengar berita buruk dari dokter membuat diriku terguncang dan putus asa. mimpiku selama ini hancur seketika saat itu.
Oleh karena itu, aku putuskan untuk berhenti berkeinginan menjadi seorang atlit lari.
Comments
Post a Comment