Manusia hanya bisa 
berusaha, tapi tetap saja Tuhan yang menunjukan jalannya. Sebelumnya aku
 tak pernah menyangka akan mengenalnya dan mencintainya sebesar dan 
sedalam ini.
Setelah berulang kali aku alami banyak hal. 
Akhirnya, kini aku merasakan masa ini juga. Orang bilang, masa SMA 
adalah masa terindah dalam hidup seseorang. 
Yah, kini aku sudah menjadi siswi SMA. Aku bekerja keras agar bisa memasuki sekolah ini. 
Sekolah
 yang konon katanya terkenal bukan hanya di Indonesia tapi juga Se-asia.
 Dari semua kerja kerasku sendiri. Aku berhasil memasuki SMA Favorit 
ini. 
Yah sebenarnya, pada awalnya aku hanya mencari 
peruntungan saja mendaftar ke sekolah bergengsi ini. Meski pada awalnya 
aku sempat pesimis. Namun ternyata Tuhan berkata lain. Aku berhasil 
lolos ujian masuk umum dengan nomer urut terakhir di SMA STARS.
Karena
 lokasi SMA STARS sangat jauh dari rumahku. Maka aku harus tinggal di 
asrama yang sudah di sediakan sekolah. Tentu saja aku mengetahuinya, 
bahwa SMA ini memiliki fasilitas asrama bagi siswa dan siswi yang 
rumahnya jauh. Akhirnya aku pun datang ke sini diantar kedua orang tuaku
 untuk persiapan sekolah yang akan diadakan lusa. Diasrama ini tidak 
hanya aku yang tinggal. Tapi ada beberapa siswa dan siswi yang lain pula
 yang datang dari jauh hanya untuk bersekolah disini.
"Wah.. akhirnya, aku sudah jadi siswi SMA. Aku tak sabar menunggu lusa 😍 ."
Begitulah perasaanku saat pertama kali menginjakkan kaki di asrama.
Setelah
 aku mendapatkan ruanganku, kedua orangtuaku dan adikku segera pulang. 
Yah, karena lokasi rumahku sangat jauh dari SMA STARS ini.
"Dea, pokoknya
 kalo ada apa-apa telfon yah jangan lupa. Kami pulang dulu yah nak, jaga
 kesehatan disini." Setelah berpamitan keluargaku pun pulang kekediaman 
kami di Depok.
Kini aku merasakan ada semacam gejolak semangat dan penasaran dalam hatiku ini. 
"Seperti apa yah lusa nanti? Aku sangat tidak sabar dan menantikannya."
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba.
Aku sudah bersiap dari pagi buta sekali, mempersiapkan segala sesuatu untuk pergi ke sekolah pertamanku di SMA STARS .
Namun harapan itu pun musnah mengingat siswa/i yang lainnya bersikap dingin dan acuh tak acuh.
"Hugh... Apa di sekolah elite emang seperti ini yah. Baru hari pertama saja sudah pasang muka serius."
"Aghhh... Tuhannn.... Bagaimana ini? Padahal ini adalah Masa SMA yang aku nantikan."
Dea
 terduduk di bangku paling belakang. Dikarenakan siswa/i di SMA STAR 
duduk sesuai dengan urutan tempat duduk yang sudah disediakan.
Tak
 lama pelajaran pun dimulai. Dea duduk di meja paling belakang di bangku
 paling sisi pojok. Dia menatap jendela yang terdapat pemandangan yang 
indah. Namun karena kesan pertama masuk sekolah yang kaku tersebut. Dia 
pun tak sempat menikmati pemandangan yang indah saat itu. Lalu Dia 
membalikan mukanya ke arah depan lagi dimana pak guru sedang mengajar.
Begitulah
 kesan pertama yang Dea rasakan saat memulai sekolah. Hal demikian 
berlanjut hingga seminggu terakhir ini. Dea yang merasa tak nyaman pun 
hanya pulang ke asrama tanpa melakukan Hal apapun.
Pukul 14.30 asrama 
Dea
 membuka pintu kamarnya, dilihat kasur disampingnya yang masih tertata 
rapi. Rupanya teman sekamarnya masih belum pulang dari kegiatan di 
kelas. Dia pun tertidur dengan lelapnya.
Tiga jam telah berlalu 
saat Dea terlelap tidur. Disaat dia membuka matanya perlahan. Terlihat 
sosok wanita dengan wajah menghadap muka Dea yang sedang rebahan di 
kasur. Dea pun kaget bukan main sehingga dahi dan dagu mereka 
berbenturan pada akhirnya.
"Adaww... Sakit... Woy. Maen sundal sundul aja lu. Lu pikir gue bola!" ucap orang itu pada Dea.
"Aww..
 jidatku sakit. Ah maaf-maaf, habisnya aku terkaget. Lagipula kenapa kau
 memandangi wajahku yang sedang tertidur? Buat merinding aja ikh." ucap 
Dea dengan sedikit menjauh dari wanita teman sekamarnya itu.
"Oyy...
 Kenapa lu? Emang gue najis apa elu sampe ngejauh kaya gitu? Ini anak 
bener-bener bikin kesel ya. Eh.. dengerin, gue liatin muka lu saat tidur
 karena gue penasaran aja kenapa cara tidur lu aneh begitu. Lagipula, 
hahahaha..lu tidur Ampe ngiler gitu. Mau buat pulau lu? Ha-ha-ha." 
wanita itu pun tertawa terbahak-bahak.
Sialan... Tadi udah 
ngagetin ! Sekarang malah ngejek gue sambil ketawa lagi. Benar-benar 
temen sekamar yang menyebalkan. Begitulah gumam Dea dalam hatinya.
"Ahh..
 tidak kok. Aku gak ngiler, dasar kau ini bohong aja akh. Pokoknya awas 
ya kalo ngelakuin itu lagi. Aku bisa marah loh." ucap Dea sambil 
berdiri.
"Yahh... Terserah elu dah." pungkas wanita tersebut 
sambil berbaring di kasur miliknya. Hingga akhirnya dia tertidur dengan 
pulasnya.
Crook...crook...crokkk... Hiuwww......fyuhhh..huwhhhh...
"Pufff" Dea menahan tawa melihat cara wanita tersebut tertidur dengan pulasnya.
"Ahh..
 tidak boleh... Aku tidak boleh menertawakan orang yang sedang 
tertidur!" lantas Dea menggelengkan kepalanya untuk bersikap sopan 
kembali.
"Hmm, Waktu masih sore. Aku sedang tidak ada kerjaan.
 Apa aku melihat-lihat suasana sekitar asrama ya." Melihat pemandangan 
luar yang cerah membuat Dea tertarik pergi keluar sore itu.
Dea
 kemudian memutuskan untuk keluar kamar mengisi waktu senggangnya 
memilih untuk melihat-lihat keadaan asrama dan daerah sekitar sekolah di
 sore hari.
Dia berjalan menyusuri jalanan gymnasium dekat asrama 
wanita. Tak jauh dari gymnasium tersebut terdapat asrama pria yang 
dipenuhi dengan gantungan baju yang berserakan.
"Nice ball"
"Nice blok"
"One toched, zaen."
Di
 dalam gymnasium terdengar suara beberapa orang yang sedang 
beraktivitas. Dea yang sedang senggang melihat-lihat ke dalam sembari 
melirik ke kanan dan ke kiri.
"Hmm, Gpp kali yah kalo aku masuk ke
 sini?. Yah... lagipula, aku juga siswi di sekolahan ini. Jadi tentu 
saja tidak apa-apa kan hhe." (Tanpa pikir panjang lagi, dea memasuki 
gymnasium tersebut).
"Chance ball"
"All right,... All right..."
Buzhhhh.....
"Nice kill, Tomaz."
"Ahh... oke Cell."
Dea ternganga dalam kagum melihat aksi para cowok tampan pemain bola voli di lapangan yang sedang bertanding.
"Kyaahhh.... Marcell, Tomaz, zaen, rain, semangattt." Teriak para cewek-cewek di tribun.
Zaen :"Ahaaah, mungkinkah karna pesonaku yang tak tertahankan ini membuat para cewek-cewek berteriak histeris."
~Zaen
 : kelas 2 posisi wing spiker, tinggi 178 cm. Rambut pirang keturunan 
indo Jerman. Meski memiliki wajah cukup tampan tapi ia juga seorang 
cowok yang kepedean akan penampilannya.
Oliver : "Sihhh... Cewek-cewek yang berisik sekali. Tidak tau apa kita sedang berlatih butuh konsentrasi."
~Oliver:
 kelas 1, posisi setter. Tinggi 184 cm. Salah satu pemain genius dalam 
olahraga voli. Memiliki tubuh atletis, tidak suka makan makanan 
berminyak. 
Tomaz : "Oliver, kau tidak boleh begitu. Karna berkat dukungan mereka kita bisa selalu bersemangat bukan?"
~Tomaz: siswa kelas 3 tinggi 182 cm, posisi wing spiker. Ia merupakan kapten tim bola voli sma star. 
Rain: "Ahaha dengar itu Oliver, kapten jadi ikut bersuara kan."
~Rain: kelas 2 posisi blokker tingginya mencapai 192 cm. Ia merupakan pemain tertinggi di tim bola voli star.
Marcel: "Siap-siap bola menuju ke arahmu rain."
~Marcel : kelas 2, tinggi 185. lelaki yang berambut cepak yang menjadi pujaan gadis sejak pertama masuk tim bola voli. 
Oliver : "One toched, Lary bolanya mengarah padamu."
Lary: "Baik, Serahkan padaku."
Tomaz: "Nice Lary."
Lary : "Siip..."
~Lary
 : siswa baru kelas satu tinggi 175 cm. Dia merupakan salah satu pemain 
tim bola voli yang paling imut di SMA star. Posisi sebagai Libero yang 
bertugas sebagai pemain bertahan.
Priwittt... Suara Pluit berbunyi tanda pertandingan persahabatan telah usai.
"Wahh, Tim yang memakai baju hitam dengan logo star itu. Pasti mereka tim bola voli SMA star.
Aku
 sih tau bila sekolah ini terkenal akan prestasi olahraganya. Tapi 
ini.... ini benar-benar keren sekali. Aku kira hanya olahraga lari saja 
yang keren. Namun olahraga voli juga sangat keren. Ditambah, mereka 
semua tampan dan keren."
Dea yang terduduk di tribun pun merasakan
 sesuatu yang berbeda saat melihat mereka bermain. Seakan jiwa 
olahragawannya pun kembali.
"Sudah aku putuskan, aku akan coba 
untuk mengikuti ekskul bola voli. Meski aku tidak bisa berlari secepat 
dulu lagi. Aku pasti bisa bermain bola voli seperti mereka." dan secara 
tiba-tiba dia mulai bersemangat kembali menyaksikan olahraga voly 
tersebut.
✨✨✨🏐🏐🏐🏐
Setelah membulatkan tekad yang kuat Dea pun mencari ruang klub voli keesokan harinya.
"Hemm...
 Buset dah. Ruang klub aja sampe segini besarnya. Sekolah elit emang 
beda yah. Apalagi bila dibandingkan sama SMP saat di kampung halamanku 
hihihi." ujar Dea ketika melihat bagian dalam klub voli tersebut dari 
luar ruangan.
🏐"RUANG KLUB BOLA VOLI"🏐
Terlihat
 seseorang sedang membersihkan loker di dalam ruangan. Dea pun langsung 
menyapa orang tersebut sebari menanyakan teknis perekrutan tim bola 
voli.
"Permisi, Aku Dea. Aku mau menanyakan..."
"Maaf 
perekrutan sudah di tutup seminggu yang lalu." Ucap lelaki tersebut 
sembari membenahi loker tersebut sebelum dea selesai dengan 
pertanyaanya.
"Apaaa.... Aku tidak pernah dengar tuh yang seperti itu?" ujar Dea tidak tau apa-apa akan hal itu.
"Hahh... (menghela nafas) Kau.... Kau pasti murid kelas satu kan?" ujar lelaki tersebut.
"Hahahaha... Terlihat yah, iya begitulah jadi aku tidak tau apa-apa." balas Dea dengan santainya.
"Apaaa...
 Emangnya pada masa orientasi kau tidak mendengarkan?. Khusus untuk tim 
bola voli itu perekrutannya pada saat masa orientasi. Dan juga klub bola
 voli STAR itu hanya terdiri dari para lelaki. Walaupun ada perempuan, 
mungkin sebagai manager tim saja." ungkap Lelaki tersebut mencoba 
menjelaskan.
"Apaaa... Curang... Kenapa wanita tidak ada? Lagipula
 menjadi manager itu tidak menyenangkan. Aku ini kan lumayan atletis." 
Ucap Dea dengan penuh kepercayaan diri.
"Hohoho... Rupanya kau 
penuh percaya diri juga yah. Kalo begitu, mau coba bermain voli sekarang
 juga?" Ungkap lelaki tersebut menantang Dea.
"Haha.. aku terima tantanganmu." Jawab Dea dengan penuh percaya diri.
"Tapi
 tunggu dulu, biar aku hubungi para senior terlebih dahulu. Apakah kau 
diizinkan ataukah tidak. Lagipula, aku juga masih baru disini."
*Lelaki yang berada di hadapan Dea adalah Lary. Siswa kelas satu yang kebetulan berada di kelas sebelah dari kelas Dea. 
'Gehh...
 Padahal dia masih kelas satu sama sepertiku. Tapi laganya udah kaya 
senior saja. Hugh...aku salah mengaguminya kemarin. Padahal saat dia 
bermain voli, ia terlihat keren sekali. Tapi disaat di luar lapangan, 
sikapnya benar-benar menyebalkan sekali. awas saja yah, lihat saja kau. 
Akan aku buat dia menyesal nanti. Kau pasti terpukau dengan keatletisan 
gerakanku haha.' gumam Dea dalam benaknya penuh semangat.
📲📲📲
"Hallo,
 ini aku Lary. Maaf mengganggu, saat ini di ruang klub ada seseorang 
yang mau mengikuti tes masuk klub voli. Apakah anda ada waktu untuk 
melihatnya kapten?"
"Ya, baik kapten.. kalo begitu nanti saya sampaikan." ucapnya mengakhiri telponnya tersebut.
"Oh ya siapa namu tadi?" tanya lary pada Dea.
"Dealovin, panggil saja aku Dea. Kau?" tanyanya balik.
"Aku Lary." jawabnya singkat.
"Hmm" Dea terdiam mendengarkan.
"Maaf,
 tapi kapten tak bisa untuk hari ini. Jadi tesnya akan diadakan Minggu 
depan di gymnasium pukul 15.00. kau bisa datang kan?"
"Hah... Apa?
 Huh... Mau bagaimana lagi. Baiklah Minggu depan yah. Kalo begitu, aku 
permisi dulu." Ucap Dea sedikit kecewa keluar dari ruang klub.
"Ahh... Iyah... selamat berjuang oke." ucap Lary pada Dea sembari kembali membenahi ruang klub.
"Idih, apa-apaan selamat berjuang ya. Kau pikir aku bakal kesulitan apa?. (merasa sedikit kesal)
Lihat saja ya, akan aku bungkam wajah menyebalkanmu nanti. 
Ha-ha-ha
 (tersenyum dan sangat menantikan nanti), ungkap Dea dalam benaknya 
tersenyum dengan wajah yang cukup membuat orang merinding melihatnya.
🏐🏐🏐🏐🏐🏐🏐🏐