ANATA DAKE : BAB 13. Perpisahan yang menyakitkan
BAB 12. PERPISAHAN YANG MENYAKITKAN
Dibangku taman dengan lampu yang sedikit redup ketika hari sudah semakin gelap. Kazu dikagetkan dengan penampakan sosok wanita yang sedang bersedih disana. Beberapa botol minuman yang berserakan membuatnya tampak lebih menyedihkan lagi. Ketika dia mendekati wanita tersebut dia lantas memeluk erat Kazu seraya menangis.
Wanita itu adalah Shiorin teman dekatnya dari sekolah dasar dulu. Kazu hanya menepuk pundak temannya itu. Kini dia menangis dipelukannya yang tak mampu sedikitpun Kazu untuk berkata.
9 Jam sebelumnya...
Restoran yang tidak jauh dari kampus
Setelah
beberapa kali Shiorin mencoba menelpon Yuji dan mengiriminya pesan
untuk meminta maaf kepada Yuji. Akhirnya Yuji menelpon Shiorin dan
meminta untuk bertemu. Ketika mereka bertemu tampak wajah keduanya masih
tampak canggung. Shiorin lantas mengepalkan kedua lengannya tertunduk
dan meminta maaf pada Yuji. Namun tampaknya Yuji tidak merasa nyaman
dengan sikap Shiorin tersebut. Dia menggigit bibirnya sedikit dan
mengepalkan tangannya sejenak sebelum berbicara.
"Shiorin..." Menghela nafas sejenak. Aku... Aku rasa kita sebaiknya berteman saja."
"Hah?" Sekilas shiorin mendadak budek dan tidak jelas dengan apa yang dikatakan kekasihnya itu.
"Aku ingin kita putus." Ujar Yuji dengan mencoba tegar berbicara dihadapan kekasihnya itu.
"Kamu bercanda kan?" Shiorin lantas tersenyum dan memukul dada kekasihnya itu.
"Maaf, tapi aku rasa aku gak bisa melanjutkan hubungan ini." Ujar Yuji menangkap tangan Shiorin dan melepaskannya.
Shiorin mencoba mencoba tegar dan mendengarkan penjelasan Yuji. Hingga akhirnya lelaki dihadapannya itu berdiri dan meninggalkan dirinya setelah membayar minuman yang mereka pesan.
"Tunggu Yuji... " Shiorin ingin berbicara dan mencegah Yuji Pergi. Namun suaranya tak keluar dan tangannya tak sampai meraih punggung lelaki yang beranjak meningalkan Restoran. Dia mengepalkan tangannya dan menarik nafas sejenak sebelum meninggalkan tempat tersebut.
Ketika diluar
Restoran dia melihat papan layar promosi dari minuman yang mana mereka
terlihat bersenang-senang menikmatinya. Akhirnya dia membeli beberapa
minuman tersebut untuk dibawa pulang.
Shiorin terduduk di
bangku taman tempat biasa dia melepaskan penat. Awalnya dia ingin masuk
ke dalam apartemen miliknya. Namun melihat bangku taman kosong dan
suasana saat itu sedang tidak ramai dia memutuskan untuk terduduk disana
memakan cemilan dan minuman yang dia baru saja beli. "Arghh,
minum-minum di sore hari seperti ini memang paling menyenangkan."
ujarnya menghibur diri meneguk satu persatu kaleng minumannya. Hingga
akhirnya air matanya runtuh juga mengalir membasahi pipinya. Dia
mengepalkan tangannya memandangi langit yang mana hari sudah semakin
larut.
***
Usai selesai menangis, Kazu mendengarkan
keluh kesah shiorin. Kazu sempat geram awalnya mendengar bahwa Yujilah
penyebab temannya itu menangis. Namun melihat wajah Kazu yang marah
Shiorin malah kembali mengingat kesedihannya itu dan air matanya mulai
runtuh kembali. Sadar akan tindakannya yang membuat Shiorin teringat
akan Yuji ketika dia menyebut namanya. Kazu menepuk pundak Shiorin dan
mulai menghiburnya.
"Tenang saja, Ada aku disini." Menepuk
pundak temannya itu sembari tersenyum. "Kau terlalu berharga untuk
menangisi sesuatu yang bahkan kau tak perlu tangisi. " Menengok kearah
sekitar dan membujuk Shiorin untuk meninggalkan tempat itu. "Sudah
larut, bagaimana kita masuk saja. Lagipula aku belum makan gegara
mendengarkan curhatanmu dari tadi."Ujar Yuji tanpa merasa berdosa kepada
temannya itu yang masih dalam suasana sedihnya.
"Aughh (Menarik nafas dan tersenyum sejenak menahan kesal), Ahh benarkah? Kalo begitu kau mau aku buatkan mie rebus?" Tanyanya sembari menegakkan alisnya.
Sadar akan ekspresi Shiorin yang kesal. Kazu meneguk
ludahnya dan tersenyum. "Ehhee, Ampp, Gua bisa pesen online kok?" sambil
memalingkan wajahnya.
"Tidak, kau sudah sangat baik padaku. Ayo aku buatkan mie rebus super pedas sekarang." Ujar Shiorin meluruskan wajah Kazu menghadapnya kembali. Dia tarik lengan temannya tersebut untuk makan pergi ke apartemen miliknya.
30 menit setelahnya di apartemen Shiorin.
Kazu menunggu dengan sangat gusar di tempat duduknya menunggu temannya itu sedang memasakkan mie instan untuknya. Dia menghela nafas dan menyesali perbuatannya tersebut sehingga berakhir demikian. Dia berfikir seharusnya dia cari cara lain untuk menghibur temannya itu. Namun apa boleh dikata, Dia sedikit tersenyum karena bisa melihat Shiorin seperti sedia kala yang pemarah ketika bersama dengannya bukan Shiorin yang lemah dan tak berdaya seperti beberapa waktu lalu.
Beberapa menit kemudian Shiorin datang membawa nampan yang mana ada dua mangkuk mie instan dibawanya.
"Maaf membuatmu menunggu, Mie instan ala Shiorin sudah jadi silahkan dinikmati." Ujar Shiorin sambil meletakan mangkuk tersebut dan membawa beberapa minuman kaleng lainnya.
"Wahh, Ini.." Kazu terkejut melihat isi mangkuk mie miliknya
"Kenapa? Kau gak suka?" Tanya Shiorin sambil mengaduk mie miliknya.
"Tidak, ini terlihat normal untukku. Aku kira akan ada kuah merah membara diatasnya hehe." Dia ambil sumpit disampingnya dan mulai mencicipi mie dihadapannya.
"Dasar, Kau pikir aku apaan bocah?" Ujar Shiorin.
"Emang iya." Ledek Kazu sebelum mendaratkan mie kedalam mulutnya itu. hingga dia menahan tangan shiorin ketika akan menjitak kepalanya karena ledekannya.
"Apalagi sekarang?" tanyanya heran ketika sumpit dan
sendok mereka beradu diudara. Shiorin terdiam sejenak ingin mengetahi
reaksi kazu ketika mencicipi mie buatannya.
"Woahh, kok bisa enak yah. Rasanya juga normal." Ujar Kazu yang terlihat bahagia mencicipi masakan Shiorin.
"Sialan Lo. Emang separah itu kah masakan gue? ujar Shiorin kembali mengaduk mie dihadapannya dan memakannya sesekali.
"Aghh, Dengar yah. Karna orang-orang gak berani bilang. Biar gua perjelas, masakan lo itu amhhh... yah begitulah hehe.." Kazu tidak menyebutkan Rinciannya dan hanya tertawa.
"Cih, yah itu karna dulu gue belum belajar masak. Tapi kini lo bisa panggil gue Chef ORIN." Tersenyum dengan bangganya.
Malam
itu mereka menghabiskan waktu cukup lama untuk bersaenda gurau. Seperti
ketika masa kecil dulu mereka selalu tak pernah akur dalam berbagai
pendapat. Hingga akhirnya mereka berdebat hanya karena game yang mereka
mainkan dan berakhir dengan pertengkaran. Hingga akhirnya mereka
bergadang hingga larut malam sampai Shiorin memenangkan game yang mereka
mainkan tersebut. Namun karena Kazu sudah kelelahan hingga akhirnya dia
membuat kesalahan dan Shiorin dapat memenangkan game yang terakhir.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari Kazu pamit
pulang karena esok ada jadwal pagi. Shiorin melambaikan tangaya sampai
Kazu memasuki lift menuju apartemen miliknya. Hingga Kazu tak terlihat
lagi, Shiorin menutup pintu dan berjalan menuju kamarnya. Dia terbaring
dan tersenyum bersyukur memiliki teman terbaik seperti Kazu. Dia sempat
heran kenapa sempat tak ingat memiliki teman sebaik Kazu di masa
kecilnya. Dia menutup wajahnya dengan selimut dan menutup matanya
perlahan.
***
Kazu membuka pintu apartemennya. Dia letakkan barang bawaanya di sofa. Selanjutnya dia berjalan menuju kulkas mengambil minuman kaleng dan terduduk di sofa panjangnya sembari memejamkan matanya. Dia mengingat kembali obrolan mereka beberapa saat lalu.
Di meja makan beberapa saat lalu. Shiorin memegang tangan Kazu sembari tersenyum. Meminta agar dia tidak melakukan apapun di kampus nanti. "Ouhghhh, Kau ini, tenang saja. Lagipula, aku tidak sebodoh itu dengan menghajar dia di kampus."
Keesokannya dikampus.
Shiorin memasuki ruang kelas dan baru saja duduk di kursinya tiba-tiba Anelin datang dan mengatakan sesuatu padanya. "Apa? Yuji dan Kazu?" Aughh, Dasar Kazu bodoh!"
Orang-orang dikelas lantas melihat kearahnya yang baru saja mengumpat dengan suara yang cukup keras itu. Shiorin lantas memelankan suaranya dan menarik nafas sejenak. Dia mengambil handpone miliknya dan menelpon Kazu. Namun tidak ada balasan, awalnya dia hendak keluar kelas untuk mencari Kazu. Namun Dosen sudah memasuki ruangan kala itu. Dia urungkan niatnya sejenak untuk mengikuti pelajaran dahulu. Jo yang sempat mendengar Shiorin yang tadi bersuara agak keras sekilas menatapnya sejenak sebelum pada akhirnya dia kembali fokus dengan mata kuliah yang sedang dipelajarinya.
Usai kuliah selesai
Shiorin ditemani anelin bergegas keluar mencari Kazu. Namun tidak
menemukan batang hidungnya di sekitar kampus. Shiorin terus menelponnya
namun tak ada juga jawaban. "Haah, Apa sih sebenernya yang dia
pikirkan." Shiorin akhirnya menyerah dan menyimpan kembali handpon
miliknya. Mereka berdua hendak pergi ke kantin namun terlihat Yuji dan
Sakura sedang berada disana dari kejauhan. Tangan Shiorin bergetar dan
bibirnya mulai mengerut seperti ingin berbicara sesuatu. Namun dia
menarik nafas sejenak dan memutar balik badannya. "Yah, kayaknya makan
ramen depan kampus lebih enak deh." Shiorin lantas merangkul pundak
anelin menjauh dari kampus. Sadar akan keadaan yang dialami temannya
tersebut dia tidak berkata apapun. Meski sebenarnya dia menyadari apa
yang terjadi setelah melihat temannya itu menghindari Yuji di kantin.
Rupannya Sakura melihat Shiorin dari kejauhan namun dia tidak bicara
apapun pada Yuji yang fokus akan buku di depannya itu.
Ketika
mereka berdua makan ramen di restoran depan kampus. Akhirnya Shiorin
menceritakan semua yang dialaminya dan mulai ingin menangis kembali.
Namun dia tahan dan tersenyum ketika mengingat Yuji dan Sakura makan
berdua di kantin. "Yah, bila kau ingin menangis kau bisa menangis.
Kenapa kau tampak menyeramkan sekali dengan menyeringai seperti itu."
Ujar Anelin yang merasakan kesan Crepy melihat senyuman temannya itu.
"Big NO! Sorry, Gue gak akan nangis lagi." melanjutkan menyantap mie
yang ada di hadapannya. "Ahh, terserahlah, bila Lo suka begini juga gak
apa. Tapi singkirkan senyum jelekmu itu, Gua Takut Anjir!" ujar Anelin
menutup wajah temannya itu dengan Tisu. Mereka berdua lantas tertawa
lepas sambil menikmati makan ramen saat itu.
Ditempat lain
Rupannya Kazu sedang berada di ruangan gelap menatap handpon miliknya
yang terdapat notif panggilan dari Shiorin beberapa waktu lalu.
BEFORE NEXT BAB 14
Comments
Post a Comment