Baru saja kemarin aku istirahat dirumah karena kegiatan Diklat jurusan. Hari ini udah harus masuk kampus lagi.
"Hoamm, ntah kenapa semangatku mudah sekali naik turun ... ."
Didepan
sana dosen konservasi sedang menjelaskan panjang lebar mengenai
ekosistem dan sebagainya. Aku memperhatikan sih, namun penjelasannya
sedikit membuatku mengantuk. Aku coba menahan rasa kantukku dengan
sedikit memalingkan pandanganku ke arah pintu masuk yang terbuka
sedikit. Seketika aku melihat seseorang melewati lorong kelas kami dan
tersenyum kearah kelas.
"Lah, bukanya dia lelaki yang mengajakku berlomba tempo hari?" ujar dalam benakku.
Saat
itu aku melihat senior yang aku temui ketika Diklat beberapa waktu
lalu. Namun aku lupa siapa namanya, maklum baru pertama aku melihat
semua senior satu jurusanku. Lagipula baru sekali saja melihatnya, mana
mungkin aku tau namanya. Selain itu gak terlalu penting buatku
mengingat nama seseorang. Terlebih bila tidak ada kaitannya denganku.
Begitulah pikirku ketika tak mau terlibat dengan pertengkaran yang ada
dalam benakku.
Namun
nyatanya, aku harus berurusan kembali dengan yang namanya senior di
kampus. Aku kira Diklat beberapa waktu lalu sudah cukup bertemu dengan
para senior di kampus. Ya aku kira hanya cukup say hello dan cukup tau
doang.
Ternyata, di
semester ketiga aku mengambil mata kuliah pilihan di semester atas. aku
bertemu dengan para senior lagi. Yah aku lupa bahwa aku ini bukan anak
SMA lagi. Tentu saja di bangku kuliah berbeda dengan di bangku SMA
tentunya.
...
Kalian
tau, ada beberapa hal yang aku gak suka bila berhadapan dengan yang
namanya senior. Salah satu diantaranya adalah saat masa orientasi atau
pemilihan kepengurusan. Mau itu OSIS, ekstrakulikuler dan kegiatan
lainnya.
Dulu saat
masa SMA ikut OSIS. Aku kira bakalan jadi pengalaman menarik. Emang iya
sih menarik jadi pengurusnya. Tapi sebelum jadi pengurus pasti ada
masa orientasi dulu. Hal inilah yang buatku malas ikut organisasi.
Bukan
masalah Ujiannya sih, tapi sikap seniornya yang selalu buat uratku
nadiku naik. Ntah kenapa Mau dimana pun pasti yang namanya senior
paling senang kayanya ngerjain juniornya saat orientasi. Terutama uji
mental anggotanya, alasannya sih katanya biar kuat mentalnya gitu. Aku
selalu berkata dalam hatiku saat mereka bilang begitu. "Gak yakin gue? Palingan cuma alasan aja nguji mental. Padahal mah ... ." "ahh sudahlah yang jelas males banget deh berhadapan sama kakak kelas!"
Tapi not bad lah, meski aku gak suka, itu menjadi salah satu pengalaman berharga buatku.
Kapan lagi coba gue dikerjain sama senior haha ...
...
Seketika
lamunanku tentang masa kelam dikerjain senior kala bangku SMA muncul.
Ditengah tugas kelompok bersama para senior yang berada 2-4 tingkat
diatasku.
...
Jam
sudah menunjukkan waktu pulang, dikala aku hendak beranjak dari bangku
tempatku terduduk. Masuklah beberapa senior dari himpunan memberikan
beberapa pengumuman. Seketika, mimpi burukku tentang masa orientasi
dulu muncul kembali.
"Apaa?
Akan ada LDKS buat kami calon pengurus himpunan?" lirih batinku
terkejut akan berita yang diucapkan oleh orang-orang yang berdiri di
depan kelas tersebut.
Disitu
aku merasa bingung karena tak pernah merasa memberikan formulir
pendaftaran menjadi anggota himpunan jurusan. Ternyata eh ternyata semua
kelas harus ikut karena kebetulan jurusan kami hanya sedikit orang
sekitar 30 orang. Alhasil aku mau tidak mau harus terlibat di dalamnya.
"Oh Tuhan, kuatkanlah diriku ini." gumamku lemas akan kenyataan kala itu.
Sembari menghela nafas, aku hanya bisa pasrah mengikuti tahap demi tahap fase menuju hari dilaksanakannya LDKS.
Rupanya
LDKS ini gak termaksud dalam agenda jurusan. Oleh karena itu para
dosen gak dilibatkan dalam kegiatan ini. Kegiatan ini langsung
dipelopori oleh para senior jurusan dan dewan mahasiswa di fakultas.
"Tapi kenapa waktunya mepet banget yak? Padahal baru beberapa waktu lalu kami melakukan Diklat di taman nasional."
"Latihan dasar kepemimpinan? Dari namanya aja udah pasti ada uji mentalnya. Yasudah selamat datang Jerit malam ... ."
...
Hari
pelantikan jurusan akhirnya tiba, LDKS ini diikuti semua mahasiswa.
Yah harusnya semua ikut, tapi ada beberapa temanku yang tak bisa ikut
karena beberapa alasan. Salah satunya adalah Gerald.
"Syihh, enak bener tuh yah si gerald!" Keluhku saat melakukan Banjar 5 ke kanan.
Awalnya
aku merasa tak bersemangat datang ke tempat pelantikan ini. Namun
setelah rangkaian acara aku lalui, aku rasa not bad lah ya.
Kami
memasang tenda masing-masing, menyiapkan kayu bakar serta ada seminar
pula dari para senior kami yang sudah bisa dibilang sukses.
"Argh, aku rasa ini akan berbeda dengan orientasi OSIS SMAku dulu." begitulah pikirku
Sempat
terpikir olehku seperti itu. Namun ketika kami diminta tidur karna
sudah malam disitu aku mulai curiga. Mereka bersikap baik dari pagi
sampai siang membuat aku lupa sejenak bahwa kami sedang melakukan
kegiatan LDKS.
Ketika
malam tiba barulah aku tersadar bahwa sesi itu pasti datang dan mereka
berubah menjadi serigala galak yang siap menguji mental kami.
"Aghhhhh, ingin aku berkata kasar rasanyaaa ... ."
...
Kira-kira saat itu pukul 23.44 malam, kami semua di minta untuk tidur agar besok bisa aktifitas kembali. "Bokis
banget gak sih, Padahal kami semua tau kalo mereka menyiapkan acara
renungan malam setelah kami tertidur lelap." gerutu batinku yang gak
bisa tidur meski sudah aku pejamkan mata.
Aku
gak bisa tidur malam itu. Aku tau bakal ada hal semacam uji nyali
nanti malam. Oleh karena itu aku sedikit khawatir dan tak bisa
memejamkan mataku. Namun karena lampu padam aku pun tertidur juga pada
akhirnya.
Pukul 02.00 dini hari aku membuka mataku perlahan karena mendengar suara berisik.
"Shuut,
jangan berisik nanti yang lain pada bangun." Kira-kira begitulah yang
aku dengar sekilas suara pelan seniorku membangunkan salah satu
temanku.
Aku buka
mataku perlahan, aku lihat satu demi satu temanku sudah keluar untuk
melakukan renungan malam. Hingga saat giliranku tiba.
"Ahh, tiba juga. Mana gelap banget pula." keluhku sembari mengusap mataku yang masih mengantuk.
Aku
dibimbing kakak tingkat dua tahun diatasku, namanya kak Ayu. Kalo gak
salah dia ketua himpunan diangkatnya dulu. Dia bilang padaku untuk
memakai sendal gunung. Namun aku lupa membawanya, jadinya aku memakai
sepatu.
Usai memakai sepatu aku diberikan sebatang lilin dengan ada akua gelas menutupinya.
"Argh apa harus selalu seperti ini kah renungan malam?" keluhku dalam hati.
Aku
berjalan dengan sebatang lilin di tanganku. Sebelumnya sudah
diberitahu akan ada jembatan kecil didepan, jadi aku diminta hati-hati
agar tidak kepeleset. Maklum kemarin sore hujan, oleh karena itu kami
semalam tidur di aula dekat perkemahan kami. Renungan malam juga gak
mengarah ke dalam hutan sana melainkan kearah menuju pendopo sebelum
memasuki kawasan ini. Tapi, tetep aja menakutkan bagiku. Karena ini
pengalaman pertamaku keluar malam di kawasan taman nasional kayak gini.
Meskipun kearah jalan raya nantinya, aku masih tetap takut melewati
pepohonan besar di sekitar sini.
Dari
jarak dua meter pengelihatanku. Aku lihat seorang senior yang tak aku
kenal menunggu dengan lampu senter. Dia senior satu tahun diatasku,
meski tak tau namanya. Aku tau dia karena kebetulan sering ketemu saat
mau jajan di kantin.
"Tunggu sebentar disini ya." ujarnya menghentikan langkahku.
Rupanya temanku yang didepan belum selesai di pos pertama. Jadinya aku harus menunggu sekitar lima menit.
Setelah
mendapatkan sinyal dari pos satu, aku dipersilahkan berjalan menuju ke
depan. Bahkan dengan cahaya lilin, gelapnya malam tak mampu menerangi
wajah mereka yang berdiri di hadapanku.
"Lapor,
saya Alya dengan nomer mahasiswi 06 ... 12 ... siap menerima
perintah." ucapku menghadap dua senior cowok yang saat ini berdiri di
hadapanku.
"Lapor?
Emangnya di kepolisian! Terus perintah apaan coba?" Emangnya kamu mau
kalo disuruh masuk ke selokan sana di malam begini." ujar salah satu
diantara mereka.
"Aghh,
ini nih yang buat gue gak seneng renungan malam! Ada aja kesalahan
yang buat gue gak berkutik!" gumamku yang hanya bisa diam mendengar
celotehan mereka.
"Kenapa diam aja, gak punya mulut!" ujar lelaki di sebelahnya dengan sadisnya berkata demikian padaku.
"Punya kak." Jawabku singkat.
"Lain kali kalo laporan jangan siap menerima perintah. Tapi siap menerima instruksi." ujar lelaki tinggi disamping kiri.
"Ughh,
bukanya instruksi sama perintah itu sama saja artinya hanya beda tipis,
gitu aja repot, nasib gue gini amat!" lagi-lagi keluhku dalam hati.
"Iya kak, siap." Jawabku lagi.
"Sekarang kamu kedinginan gak?" tanya mereka padaku.
"Emangnya
kalo gue kedinginan kenapa? Ya jelas dinginlah bodoh, ini kan malam
hari!" imbuhku dalam hati narik urat karena gedek denger ucapan yang
udah jelas jawabannya apa.
"Tidak kak." Jawabku sebaliknya.
"Yang bener? Terus kenapa kamu pakai jaket kalo gak kedinginan." ujar mereka berusaha memojokkanku.
Aku
tau, apa yang mereka pikirkan bila aku menjawab dingin. Pasti ada
intsruksi lain bila aku menjawabnya. Oleh karena itu aku jawab tidak
meski dingin. Tapi yasudah lah aku memang gak bakalan menang kalo lagi
keadaan begini.
"Iya kak, dingin. Tapi tidak terlalu karena pakai jaket." balasku mencoba memberikan apa yang mereka ingin dengar.
"Jadi yang bener mana? Dingin apa engga?" tanya mereka sekali lagi dengan nada yang menyebalkan.
Pada akhirnya aku menjawab dingin kala itu. Otomatis karena aku menjawab dingin mereka suruh aku lari di tempat.
"Jadi, masih dingin gak setelah lari di tempat?" tanya mereka lagi.
Spontan
aku jawab dingin lagi hingga tiga kali berturut-turut aku lari
ditempat sampai mereka terheran melihatku yang merasa senang berlari
ditempat.
Amh,
bagaimana yah. Aku memang senang sih. Terutama di malam yang dingin
ini. Bintang di langit begitu indah, lari ditempat juga tidak buruk kok.
Aku jadi merasa hangat, ternyata mereka tidak buruk juga menyuruhku
berlari.
"Aghh Hangat sekali jadinya". Ungkapku dalam hati kala itu.
"Sudah cukup." Ujarnya menghentikan kesenanganku kala itu.
Kemudian
dia menerangkan bahwa pos satu itu adalah pos struktur organisasi
jurusan. Oleh karena itu mereka menanyakan kepadaku apakah aku tau siapa
mereka yang berdiri di hadapanku ini. Begitu pula dengan menanyakan
siapa ketua BEM saat ini dan ketua himpunan periode ini.
Sejujurnya
aku tau siapa mereka, di sebelah kiri yang berbadan tinggi namanya
Bayu Prasetyo. Dia adalah ketua BEM fakultas MIPA. Sedangkan yang
disampingnya adalah Eza Hardian salah satu anggota BLM fakultas yang
juga merupakan ketua himpunan tahun lalu. Aku tau siapa mereka saat
perkenalan ospek Universitas gabungan satahun yang lalu tentunya.
"Maaf ka, saya tidak tau." Spontan aku jawab demikian.
Aku
sengaja bilang tidak tau, amh ... bukan kenapa-kenapa sih hanya ingin
bilang begitu saja. Aku mengatakan tidak tahu dengan sedikit kesenangan
tersendiri kala itu.
"Masa
kamu tidak tau siapa kakak disamping saya? Dia ketua BEM fakultas kita
loh. Namanya Bayu Prasetyo. Emangnya selama ini kamu kuliah ngapain
aja!" ujar kak Eza yang memarahiku karena tidak tau organisasi kampus
terutama jurusanku sendiri.
Mendengarnya
hanya membuat aku diam. Aku bisa saja mengatakan aku kenal dan
menyebutkan siapa nama mereka. Tapi aku memilih tetap diam dan
mendengarkan pidato mereka sampai akhir.
Ditengah
Omelan ka Eza kepadaku, rupanya ka bayu merasa lucu karena ada salah
satu mahasiswa yang tidak tau tentang dirinya. Dia lantas sedikit
tertawa kecil dan mungkin juga sedikit kesal padaku. Akhirnya aku
diberikan hukuman lari di tempat kembali. Tentu saja aku merasa senang
dengan lari ditempat saat itu. Hingga saatnya kloter setelahku menunggu
dan aku meninggalkan pos satu.
"Ishh,
emangnya siapa dia? Kenapa aku harus mengingat namanya. Dia pikir dia
oke karena tinggi dan tampan. Heol ... jangan bercanda denganku,
lagipula hanya satu orang yang menarik minatku di BEM. Dia adalah kakak
cantik pembimbingku saat ospek dulu. Sayang dia jurusan farmasi, kalo
biologi pasti aku sekarang sudah bertemu dengannya." aku menggerutu
pelan setelah meninggalkan pos satu.
Ditengah
gerutuku dalam hati, aku baru sadar sedari tadi meninggalkan pos satu.
Suasananya sangat gelap sekali. Lagipula, lama sekali menuju pos
duanya. "Akh, apakah aku tersesat?" Ujarku pelan melangkah kedepan. Aku
pun sempat takut karena belum sampai juga ke pos dua. Lalu ada
secercah lilin menyala di depanku. Namun hanya ada satu orang disana.
Rupanya itu pos bayangan sebelum aku memasuki pos dua.
...
Setibanya
di pos dua, rupanya yang menungguku ketua himpunan tahun lalu dan
sekretaris himpunan biologi disana. Karena mereka kelihatannya baik
saat di kampus. Aku kira tidak akan terlalu menyebalkan di pos dua ini.
Namun nyatanya mereka benar-benar menjadi serigala galak pada malam
itu. Karena aku tak tau persis arti simbol-simbol yang ada pada baju
himpunanku. Akhirnya aku jawab saja sebisaku, hingga akhirnya lidah
tajam mereka menusuk ulu hatiku saat itu.
"Aghh,
ini cewek sok tegas amat sih. Gue kan emang gak pernah belajar tentang
simbol himpunan. Jadi wajar kalo gak tau persisnya. Lagipula kalian
kan gak bilang mau ngetes soal ini di renungan malam. Ngasih tau aja
enggak artinya, ya emang salah gue sih gak nyari tau dulu tapi please
dong ini kuping udah lelah dengerin Omelan kalian. Ditambah dia juga
yang cowok, sekarang aja berani bentak-bentak karena uji nyali. Aghh
sudahlah, lebih baik gue diem aja kali dah. Jawab juga salah melulu."
gerutuku ngedumel dalam hati sambil nunduk karna bingung juga mau bilang
apa.
Saat itu
karena gelapnya malam wajah mereka dan wajahku tak jelas terlihat.
Hingga mereka salah paham mengira aku menangis mengusap mataku ketika
kelilipan.
"Alya kenapa kamu nangis?" tanya mantan ketua himpunan padaku.
"Tidak kak, saya tidak nangis." jawabku padanya.
"Terus
tadi ngapain ngusap mata kamu? Dan bla bLa bla ... ." Ujar sang mantan
ketua himpunan itu berusaha menenangkan aku yang dikira nangis.
Padahal sungguh "Demi Tuhan" aku
hanya mengusap mataku saat itu karena mengantuk. Bahkan mereka gak tau
kalo aku menguap saat mereka marah-marah. Bukan maksud tidak sopan
sih, tapi memang aku jadi mengantuk karena Omelan mereka berdua ini.
Syukurlah gelapnya malam mengaburkan mata mereka, hingga aku menguap
kala itu mereka tak sadar betapa kesal dan bosannya aku.
Selanjutnya
aku menuju pos tiga dahulu dan selanjutnya empat yang merupakan pos
mental. Aghh, aku tak tau kemana arahnya. aku mulai merinding ketakutan
kala itu. Dikarenakan gelapnya malam dan karena ketakutanku saat itu.
aku mulai berdoa kepada Tuhan. Aku mulai baca-baca ayat suci dengan
suara agak sedikit keras agar rasa takutku hilang. Bila mengingat itu
kembali, betapa malu dan bodohnya aku. Karna sampai tak sadar ada senior
yang mencoba menakutiku dari belakang dan tak aku hiraukan.
Maklum
karena rasa takutku itu, aku tak berani menengok ke belakang. Hanya
lurus ke depan dan konsentrasi pada lilin yang aku pegang. Sampai
saatnya aku berhenti di pos 3 dimana ada 2 orang menunggu disana.
Di
pos 3 ini aku diuji mengenai pengetahuanku sebagai mahasiswa. Namun
ntah mengapa jadi ngalor ngidul antara pertanyaan dan jawaban yang aku
beri. Namun not bad lah di pos ini. Seniornya baik-baik banget, ditambah
lagi ada kak Bahdim yang juga anggota BEM disini. Jadinya gak terlalu
horor deh, malah lebih banyak ke cerita pengalaman gitu.
Kira-kira
10 menit aku di pos 3. Selanjutnya aku kembali berjalan menelusuri
gelapnya malam. Hingga akhirnya aku bertemu pos bayangan-bayang disana.
"Aghh ... kenapa harus ada orang ini sih ... ." keluhku seketika melihat lelaki yang aku kira cukup merepotkan.
Dia
adalah salah satu senior dua tingkat di atasku. Aku tak tau namanya
siapa, yang jelas dia sangat menyebalkan sekali. Pake nanya IPK berapa
segala lagi, dan juga pakai bahasa Sunda yang kasar! Tambah sebel aja
jadinya sama ini orang yang berada dihadapanku, oleh karena itu aku beri
dia julukan kakak bahasa Sunda! Bodo amat namanya siapa, yang jelas
aku selalu memanggilnya begitu. Tentunya tanpa sepengetahuannya.
...
Kurang
lebih 5 menit aku ditahan dengan beberapa pertanyaan di pos bayangan.
Selanjutnya aku dipersilahkan jalan oleh kakak bahasa Sunda menuju pos
4.
"Eughh ... 5 menit rasa 5 tahun tau gak sih. Saking gak betahnya di pos ini! keluhku dengan suara pelan tentunya.
Akhirnya
setelah terbebas dari pos bayangan tersebut aku berjalan menuju pos 4.
Mungkin seharusnya aku meminta kakak bahasa Sunda itu lebih lama
menahanku disana. Kalau aku tau betapa mengerikannya pos empat ini.
Yap,
pos tiga materinya mental guy's. Aku dibuat mati kutu disini. Ternyata
ada dua orang temanku juga yang masih tertahan disini sedari tadi.
What's wrong? Kenapa mereka masih ada di pos ini?
Aku
coba lihat satu demi para senior di pos ini sejenak. Waduh alamak,
alumni semua rupanya. Sejenak aku menelan ludahku. Firasat gak enak
mulai menjadi kenyataan saat itu. "Ahh aku menyerah ... ."
Kakak
dengan badan tinggi besar itu seolah memelototiku hingga sekujur
tubuhku terdiam mati lemas. Belum lagi ada kakak alumni bermantal biru
yang siap menjulurkan lidah tajamnya padaku karena sedari tadi aku kena
omel senior di depanku.
Begitulah,
semakin kau diam maka akan semakin kau di cecer habis-habisan. Tapi
bila kau menjawab juga tak jamin akan selamat dari lidah tajam mereka.
Pasti ada saja yang salah dari lidahku yang seakan selalu berdosa ini
di kuping mereka.Yah meski emang bener sih lidahku penuh dosa.
Tidak
tau kenapa aku bersyukur derita di pos empat sudah terlewati. Meski
kupingku mendengung dan degup jantungku semakin cepat. Rasanya panas
sekali di dadaku, aku tak tau kenapa itu.
Aku berjalan setelah dua temanku yang lebih dulu meninggalkanku. Lalu posisiku digantikan temanku yang baru datang.
"Temanku
semangat ya, yang sabar friends Selamat menikmati perjalanan panjang
kuping kalian. Good Luck !" spontan aku menengok mereka dan berucap
demikian dalam hatiku.
Aku
berjalan kembali menuju pos terakhir di ujung jalan sebelum jalan
mobil terlihat. Rupanya di pos terakhir ada alumni yang paling tua yang
dianggap sudah sukses jadi pengusaha dan peneliti menungguku disana.
Ahh,
sudah aku kira. Pos terakhir pasti akan selalu ada renungan. Aku
pejamkan mata seperti instruksi yang diberikan. Aku menggenggam kedua
tanganku dalam posisi seperti berdoa.
Dalam
hatiku, aku bersyukur kepada Tuhan. Aku sudah diberikan kesempatan
hari ini. Bertemu dengan mereka, melaksanakan kegiatan yang menguras
tenaga dan emosiku. Aktifitas yang tak akan pernah aku lupa mungkin.
"Terima kasih Tuhan ... ." Ujarku menutup renungan di pos terakhir
Pos
terakhir sudah aku lalui, aku berjalan dengan lilin yang sudah
mengecil dan hampir padam. Terlihat lampu menyala dan beberapa orang
terduduk disana.
Rupanya
mereka adalah teman-temanku yang maju paling awal dariku. Kami semua
terduduk dan membagikan pengalaman saat melewati pos-pos tersebut.
Tidak terasa waktu sudah semakin pagi. Satu persatu temanku berdatangan
dari balik jalan gelap itu. Hingga pukul 05.00 Pagi kami semua
berkumpul disana.
Selesainya
rangkaian yang kami lalui satu persatu menandakan berakhirnya kegiatan
LDKS kali ini. Pukul 09.00 kami dikumpulkan di aula untuk penutupan
setelah sarapan pagi. Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam berikut
ucapan selamat dari para senior kepada kami yang sudah melaksanakannya.
And
then akhirnya, aku dan teman-temanku resmi menjadi anggota himpunan
biologi matahari. "Welcome to the Sun biology association."
Dan perjalanan di kampus menjadi mahasiswa biologi masih terus berlanjut.
BEFORE NEXT BAB 5