MIRACLE HELIANTHUS: BAB 8. Eksplorasi, Malam pertama
Tanpa terasa kini aku sudah memasuki semester ke empat di jurusanku. Lalu tanpa aku sadari aku mengambil keputusan tanpa berpikir dengan alasan pengalaman. Padahal aku sendiri tidak tau apakah akan baik atau tidak mengambil keputusan ini.
Beberapa hari yang lalu ketua himpunan kami, Jefra memberikan pengumuman untuk angkatan kami jika akan mengadakan sebuah eksplorasi ke telaga berwarna dekat puncak gunung dimana lokasinya ada di dekat Taman nasional. Aku yang tergabung didalam himpunan menjadi salah satunya yang akan mengikuti kegiatan ini. Maklumlah mahasiswa jurusan kami sedikit peminatnya, jadi mau tidak mau aku akhirnya harus ikut tergabung dalam himpunan ini. Meskipun sebenarnya tidak ada paksaaan dalam mengikutinya. Namun aku masih turut serta dalam acara ini meski awalnya hanya ingin tahu saja.
Sehari sebelum persiapan keberangkatan, kami melakukan briefing terlebih dahulu. Benar saja ada beberapa alumni yang memberikan pengarahan pada kami sebelum terjun ke lapangan. Kebetulan aku masuk dalam kelompok tim ekplorasi serangga. Aku satu tim dengan Jefra yang juga tertarik meneliti serangga. Ketika kami sedang dalam pembicaraan teknis di lapangan bersama para alumni di ruang rapat. Dibalik pintu masuk terlihat seseorang sedang mengintip kaca pintu dengan senyuman lebarnya.
"Sorry semuanya, gue telat tadi ada urusan mendadak." Ujar Gerald tersenyum membuka pintu.
Untuk sejenak perhatian kami sedikit teralihkan sampai saatnya Gerald memasuki ruangan dan bersalaman dengan para senior yang hadir. Gerald dan farel berada di tim yang sama yaitu tim ekologi air. Selain itu ada Nasir yang satu tim dengan senior diatas kami Hendra. Indira dari angkatan dibawahku yang juga turut ikut dalam ekplorasi bagian tumbuhan khususnya lumut dengan Diana satu angkatan denganku. Dan yang terakhir adalah Meylisa bersama kak Puda senior 2 tahun diatasku yang akan ekplorasi persebaran burung di sekitar taman nasional. Melihat beberapa orang yang tampak excited dengan kegiatan esok nanti membuat dadaku cukup bersemangat juga. Tanpa sadar aku sedikit tersenyum dan mulai menikmati rapat kami saat itu. Meski biasanya aku sangat tidak suka dengan namanya kumpul bareng saat rapat. Bukan tanpa alasan aku tidak menyukainya, hanya saja aku merasa sedikit bosan bila membicarakan sesuatu yang monoton. Mungkin sebenarnya hanya aku saja yang sepertinya tidak menikmati. Atau hanya aku saja yang sedikit aneh. Aku sendiri tidak tahu dan paham tentang diriku ini.
...
Kembali ke topik, kini aku dan teman-teman sedang bersiap untuk keberangkatan kami ke daerah taman nasional dimana lokasi eksplorasi akan berlangsung. Peralatan yang kami bawa cukup banyak untuk perbekalan selama satu minggu. Keberangkatan dibagi menjadi dua yaitu tim yang menggunakan mobil dan tim yang menggunakan motor.
Semua barang yang sudah dipersiapkan sudah dimasukan ke mobil. Aku beserta tiga orang teman wanita lainnya ikut di mobil yang dibawa oleh Nasir.
"Bismillah." Nasir menyalakan mesin dan kami berangkat diikuti teman yang lainnya dibelakang dengan sepeda motor.
Kira-kira dua jam untuk menempuh perjalanan menuju lokasi tempat akan diadakan eksplorasi. Di perjalanan kami dilanda macet sehingga perjalanan sedikit lebih lama dari perkiraan. Sekitar pukul 14.22 kami sampai di lokasi yang mana teman-teman yang menggunakan motor sudah stay disana. Terlihat sebuah pondok kecil seperti vila dengan beberapa motor sudah terparkir, ada yang sedang asik tiduran dan ada juga yang baru selesai belanja sayuran untuk kebutuhan nanti malam dan besok pagi. Kami turun dari mobil seraya mengeluarkan semua barang kedalam ruangan. Aku dan para anak perempuan lainnya mulai menaruh barang kami di kamar khusus perempuan yang sudah disediakan. Setelah istirahat sejenak kami sedikit mengobrol tentang perjalanan menuju lokasi.
...
Awalnya ketika aku memasuki pondok tersebut sedikit rasa takut aku rasakan. Tidak tau perasaan apa yang aku rasakan itu. Sebagian tubuhku merasa merinding dan jantungku berdebar tidak biasa. Meski demikian aku tidak terlalu takut karna banyak sekali orang disana sehingga rasa takutku kalah dengan suasana yang biasa aku lihat ketika di kelas.
Usai merapihkan kamar dan menata peralatan dapur, kami mulai memasak makanan untuk makan malam. untuk pertama kalinya aku memasak bersama teman-teman dan menikmati makan bersama pula. Dinginnya angin malam menembus poriku, aku lihat Gerald sedang menyalakan api unggun yang sejak tadi masih belum menyala terang. dia ambil kertas untuk memicu api di perapian agar bisa membakar kayu yang ada didalamnya. dia ambil pula matras yang biasa digunakan untuk tidur dan dia jadikan kipas pengganti kipas kayu yang kebetulan tidak ada disini. sekilas melihat dia menyalakan perapian membuatku sedikit tertawa dalam hati. Bagaimana tidak? Dia mengipas perapian seakan membuat atraksi di ruang tengah dengan mengibaskan matras diiringi tangannya yang memukul-mukul matras tersebut. Hingga akhirnya dia berhasil membuat perapian menyala terang dan seisi ruangan mulai hangat karenanya.
Disisi lain ada juga Jefra yang sedang merapihkan tasnya di ruang tengah. Nasir yang baru saja kembali dari luar pondok dan beberapa anak lelaki lainnya yang sedang asyik berbincang dengan para anak perempuan. Melihat suasana tersebut membuat mataku cukup lelah dan mengantuk. Hingga akhirnya aku sedikit tertidur di kursi ruang tengah kala itu.
...
Meski pelan, aku mendengar suara temanku berkata pada Diana agar kami tidur di kamar. "Diana, ajak si Alya ke kamar sana. Kasian dia ngantuk tuh kayaknya sampai ketiduran di kursi kaya gitu." Tak lama Diana memegang pundakku dan kami menuju kamar untuk beristirahat.
Aku tak pernah tau bahwa menginap bersama teman-teman ini akan sedikit menyenangkan. Meski pada awalnya aku tak bisa tidur karena belum bisa menyesuaikan diri. Namun di pagi harinya ketika aku melihat kearah luar pondok semuanya terasa indah.
Aku kira akan cukup sulit untuk melewati malam pertama dikala menginap di telaga warna ini. Aku terus memikirkan sesuatu yang aneh seperti akan ada hal menakutkan atau sesuatu lainnya seperti di film atau cerita horror. Namun berkat kehangatan dan perhatian teman-teman semuanya. Aku bisa melewati malam dengan baik tanpa rasa ketakutan dalam diriku.
...
Hari ini aku mulai dengan mengunjungi telaga warna bersama teman-teman lainnya. Aku kira akan ada danau dengan warna pelangi di airnya. Ternyata hanya danau biasa yang berwarna hijau dengan perahu kecil yang bisa mengantar kita ke tengah. Sebenarnya bukan kali pertama aku mengunjungi danau seperti ini. Dulu aku juga pernah mengunjungi danau lainnya bersama keluargaku ketika pergi mengunjungi saudara. Namun disini terasa sangat asri, begitu asli dengan adanya kawanan para monyet yang bergelantungan dimana-mana. Aku cukup takut dan ngeri melihat mereka yang turun ke tanah dan mulai berbaur bersama kami. Aku hanya mencoba bersikap tenang seperti apa yang diinstruksikan oleh temanku yang pernah kemari sebelumnya. Akhirnya rasa takutku sedikit hilang ketika sudah mulai terbiasa dan cukup tenang dalam beraktifitas berbaur dengan alam. Hari pertama kegiatan aku lewati dengan penuh antusias ketika teman setimku mulai mengajakku berkeliling area sekitar untuk memulai projek eksplorasi kami.
...
Comments
Post a Comment