MIRACLE HELIANTHUS: BAB 6. Teman Lama
Saat aku turuni tangga eskalator di mall. Aku tak sengaja menoleh kearah stage musik yang sedang ramai pengunjung di bawah. "Hmm, rasa-rasanya aku pernah dengar lagu yang sedang berdendang ini?"ungkapku seraya mengingat apakah aku tau lagu apa itu.
Rupanya ada festival musik di lantai bawah mall yang menghadirkan beberapa music dari anak band yang ada di kota kami. Aku melirik kebawah terlihat band yang sedang tampil di stage sana. Ternyata band yang sedang tampil itu adalah salah satu band yang terkenal di sekolahku dulu.
"Ahh mereka kah? Tidak aku sangka bisa melihat mereka tampil disini." ujarku melihat sejenak penampilan musik band teman satu angkatanku dulu. Hingga akhirnya aku selesai dengan apa yang ingin aku lihat kemudian aku pergi memalingkan diri meninggalkan mall untuk bergegas pulang. Sesaat setelah melihat band tersebut aku mulai mengingat masa SMA dulu.
...
Memory SMA
kira-kira saat itu aku kelas 2 SMA. sekolahku adalah sekolah menengah atas negeri biasa. Namun tiba-tiba menjadi tidak biasa karena kedatangan murid pindahan dari Jakarta. Namanya adalah Trisna Abimana, katanya sih dia anak orang kaya di kotaku tinggal. Bahkan rumahnya sebesar istana yang dapat semua orang lihat di pinggir jalan sebelum berangkat ke sekolah.
Siswa
pindahan itu ada di kelas IPA tiga berbeda kelas denganku. Rupa-rupanya
dia merupakan saudara dari anak kelas satu yang cukup populer di
sekolahku. "Hmm, kalo tak salah namanya juga ada Abimananya. Yah,
namanya adalah Restu Abimana. Lalu kalo tak salah dengar anak IPS yang
namanya Rendra juga merupakan kerabat Restu, jadi otomatis mereka
bertiga satu keluarga." Begitulah ingatanku sekilas tentang mereka yang
baru saja aku lihat.
Sama seperti yang aku lihat di mall tadi mereka bertiga tergabung dalam band Sudah dari sejak SMA dulu. Yah, sudah seperti sinetron saja kisahku ini. Siapa yang menyangka di sekolahku akan ada anak pindahan dari sekolah lain. Hingga sempat membuat heboh teman-teman wanita seangkatanku. Jujur saja, awalnya aku tidak terlalu memperhatikan mereka. Sampai saatnya sekolah kami mengadakan pensi dan mereka tampil memeriahkan acara tersebut.
"Juwita kaulah gadisku, sungguh aku ini cinta padamu ... ."
"Tetapi ... sayangnya, kau ... sudah ada yang punya ... ."
Bila tidak salah seperti itulah salah satu syair yang band mereka nyanyikan kala itu.
Saat itu kebetulan aku belum pulang sekolah setelah giliran acara pensi kelasku selesai. Biasanya sih udah cabut lagi, namun karena aku salah satu panitia kelas. Aku membantu yang lainnya membereskan perlengkapan pentas kelas kami sampai selesai. Kebetulan ditengah selingan penampilan acara. Band keluarga Abimana menyumbangkan lagu dengan Trisna sebagai vocalisnya.
"Wahh ... ." Aku hanya bisa terkagum dengan alunan musik dan suara vocalis mereka. Mungkin karena terlalu sering berada di kelas dan perpus, aku baru kali ini melihat wujud mereka berempat personel Nicegray sekolah.
"OMG ... Aku kira hanya orang-orang Jakarta aja yang punya wajah tampan. Ternyata di sekolahku ada juga lelaki tampan yang gak kalah dari bintang film di televisi," ujarku dulu norak melihat band dari dekat untuk pertama kalinya. Lantas aku mulai terbuai alunan musik yang mereka mainkan. Tapi bila dipikir-pikir kembali wajar sih banyak teman kelasku yang ngefans. Mereka semua terlihat tampan dari dekat, mungkin karena mereka perawatan untuk bisa setampan itu kali ya, Maybe?" Tapi bukan tampannya sih yang buat aku terkagum. Ternyata mereka memang jago mainin alat musiknya. "Heol, bikin iri saja," begitulah imbuhku dalam benakku ketika melihat bakat dan semua yang mereka miliki.
...
Fix, setelah menonton permainan profesional anak band sekolah. Aku jadi terpicu semangat buat belajar alat musik lagi. Aku ambil gitarku dipojokan dan kumainkanlah alat itu di malam harinya.
"Jenjreng ... ."
"Aaaaaaa ... ."
Baru saja lima menit aku memainkannya ibuku sudah datang ke kamarku dan memarahiku. "Alya berisik! Udah malam tau. Mending enak didenger, yang ada malah bikin sakit kepala aja. Gak tau apa ibu lagi sakit gigi," ujarnya menegurku dan langsung kembali menonton tv kembali.
"Ahh, mungkin aku terlalu bersemangat karena kejadian tadi siang." Aku taruh gitarku kembali di pojokan dan kembali rebahan hingga tertidur sampai pagi.
...
Esok paginya aku berangkat sekolah seperti biasanya. Diwaktu istirahat aku melihat keluarga Abimana sedang berkumpul bersama di kantin sekolah. Sontak banyak siswa lainnya yang melihat kearah mereka, namun gak selebay di sinetron sih. Amh ... cuma lihatin aja, gak sampai muji-muji apa gimana. Yah karena mereka juga bukan artis, jadi palingan cuma para anak kelas satu aja yang agak lebay dikit. Wajarlah namanya juga masih anak kelas satu SMA.
Seperti biasa aku berada di perpustakaan untuk membantu penjaga perpus memberikan pelayanan peminjaman buku. Karena lokasi perpus dan kantin yang dekat inilah aku tau kegiatan orang-orang yang mondar-mandir di sekitarnya.
Kira-kira 3 bulan setelah pensi diadakan aku mendengar kabar tak menyenangkan. Banyak siswa yang bergunjing tentang siswa baru dari IPA tiga itu. Tapi karena hanya sekedar rumor aku mengabaikannya. Hingga 2 bulan kemudian aku mendengar bahwa Trisna si anak baru itu berpacaran dengan anak kelas satu yang orang-orang bilang sih paling cantik di sekolah.
Tak lama setelah kabar pacaran dua orang tersebut. Aku tak sengaja melihat keduanya berjalan bersama memasuki gerbang sekolah. Si cewe anak kelas satu itu turun dari mobil Trisna dan mereka jalan mengarah padaku. Setelah berpapasan dengannya, aku seperti mengenal anak kelas satu tersebut. Akh, rupanya dia anak dari sebrang gang rumahku. Kalo dia sih aku sudah pernah lihat, dia kan ... wanita cantik itu. Cewek yang pernah satu angkutan umum denganku. Yah, dia memang cantik sih. Pantas saja si anak baru itu mau pacaran dengannya. Setelah selesai dari tukang fotocopy di luar gerbang aku kembali ke kelas untuk membagikan kertas hasil kopian kepada teman yang lainnya. Pelajaran dimulai setelah bel berbunyi tiga kali.
...
Kenangan sekolahku di SMA tak terlalu baik. Aku bahkan tak terlalu senang mengenang teman-teman seangkatanku. Namun setelah bertemu dengannya di mall tadi. Aku jadi mengingat kembali teman-teman SMAku yang dulu.
Lagian kenapa aku harus ketemu dengan mereka bertiga sih. Hmm ... yah namanya juga masih di kota yang sama tentu saja ada kemungkinan bertemu. Tapi kenapa harus mereka, bukan orang lain yang aku harapkan bertemu. Sudahlah, bagiku keluarga Abimana ini seperti cerita dalam sinetron saja. Sekelompok orang yang populer di sekolah, anak orang kaya, ke sekolah pakai mobil dan gerombolan Lelaki tampan serta anak band.
Btw, meski begitu aku cukup bersyukur sih bisa ketemu mereka tadi. Meski bukan salah satu fans dari Nicegray, ada salah satu personil yang aku sukai disana. Bukan karena dia tampan juga sih, tapi karena dia seorang drummer. Aku dari dulu sangat suka sekali sama orang yang mahir main bass sama drum. Nah saat sekolah dulu, kebetulan aku melihat dia bermain drum dengan mahirnya. Hingga jantungku berdegup kagum, ditambah dia terlihat sangat cool saat bermain drum. Hal itu bisa terlihat dari keringat yang bercucuran dari wajahnya, leher yang terpampang melalui kaus oblong yang dia pakai. "Ahhhhh, gawat ... aku jadi teringat dia kembali. Drummer Nicegray Restu cowok populer sekolah dengan tampannya yang maksimal."
Tapi meski begitu, walau dia memiliki ketampanan seperti artis pun. Bagiku dia tak lebih menarik seperti lelaki yang selalu ada di hatiku sampai saat ini. Namun meski begitu, terima kasih kepada Tuhan aku ucapkan karena telah menciptakan berbagai macam mahkluk indah di dunia ini.
Di masa SMA ada keluarga Abimana yang sedikit memberikan kenangan dalam memoriku tentang musik. Sedangkan di kampusku lebih banyak lagi yang lihai memainkan alat musik dan band dengan berbagai aliran musik yang bisa aku nikmati. Apalagi fakultas sebelah, gedung sebelah fakultas MIPA adalah fakultas sastra. Tak ayal setiap beberapa bulan sekali mereka selalu mengadakan pensi di halaman gedung mereka. Aku adalah salah satu mahasiswa yang tak pernah absen melihat penampilan para seniman sastra itu. Begitu banyak hal menarik di kampus hingga aku sedikit melupakan rasa bosanku. Selain itu, Gerald teman sekelasku juga rupanya mahir dalam memainkan gitarnya. Meski aku tak tau dia anak band atau bukan. Aku hanya pernah melihat dia gonjrang ganjreng memegang gitar. Yah, ntahlah itu adalah hobinya saja atau memang anak band beneran bukan urusanku sih. Lagipula banyak hal lain di kampus yang mesti aku lakukan dan pikirkan. Hingga saat ini pun kehidupan kampus masih aku jalani di semester tiga ini. Btw, Minggu depan udah UTS. Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Dan malam ini pun aku masih bergelut dengan buku-buku di meja belajarku. Aku membuka buku-buku di lemari untuk mempersiapkan beberapa materi yang akan aku pelajari untuk persiapan UTS. Aku membuka halaman demi halaman membaca buku yang sedang aku pegang. Hingga akhirnya aku mulai merasa mengantuk dan tertidur di meja tempatku membaca buku.
Comments
Post a Comment