Pagi buta sekali aku bangun untuk mandi karena kamar mandi yang ada hanya satu. Gelapnya ruang tengah membuatku harus hati - hati dalam melangkah karena sebagian para cowok-cowok dan senior memenuhi ruangan untuk tidur disana. Aku berjalan perlahan membuka pintu kamar mandi dan aku tutup dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Aku gantungkan handuk dan baju gantiku setelahnya. kemudian aku masukan tangan perlahan ke bak air terlihat bening jernih itu. Baru saja ujung jariku yang memasuki permukaan air sudah aku tarik kembali karena sangat dinginnya air tersebut. Aku yang biasanya mandi paling lama dirumah ketika disana tak sampai 10 menit sudah kelar.
Waktu
 masih menunjukan pukul 04.30 dan orang - orang masih tertidur. Aku 
perlahan kembali ke kamar dan mengambil selimut untuk menutupi tubuhku. 
Dikarenakan udara yang dingin aku kembali rebahan sambil memainkan 
hanponeku. Tak lama berselang Adzan berkumandang dan satu persatu 
temanku bangun. Ada yang pergi mandi, ada yang menunaikan ibadah, ada 
juga yang pergi ke dapur untuk sekedar membuat kopi dan teh dikarenakan 
dinginnya suhu kala itu. 
Fajar
 mulai menyingsing aktifitas pagi kami dipenuhi dengan orang-rang yang 
masih tertidur pulas dengan selimut yang menutupi seluruh badan di ruang
 tengah. Ada sebagian orang yang memulai paginya dengan sarapan pagi. 
Ada pula yang sedang ngobrol sambil ngopi-ngopi di beranda. Aku sendiri 
menikmati secangkir teh di pagi hari dengan sepotong roti di kamar 
perempuan. Aku bolak balikan buku panduan identifikasi serangga setelah 
mendapatkan beberapa tips dari dosen semalam. Diluar sana terdengar Pak 
Asep sedang bersenandung ria bersama anak-anak lelaki di beranda. Canda 
gurau mereka sampai terdengar di kamar tempatku sedang bersantai.  
Selesai dengan semua aktifitasku di kamar, aku keluar sejenak untuk 
menghirup udara segar di pagi hari. Kulihat orang-orang yang diberanda 
sudah tidak ada. Diana bilang mereka pergi ke danau bersama Pak Asep dan
 Dosen lainnya untuk melihat-lihat hasil kerja mahasiswa dan menikmati 
pemandangan telaga warna. 
...
Ketika
 aku sedang terduduk asik di kursi beranda depan. Jefra datang 
menghampiriku untuk berjalan-jalan ke area kebun teh yang belum kita 
kunjungi kemarin. "Ahh, oke bentar aku ambil sepatu dulu," ujarku 
setelah mendapat ajakan darinya. Aku memakai sepatu dan perlengkapan 
seadannya untuk melihat-lihat kebun teh yang tak jauh dari vila tempat 
kami menginap. Setibanya disana, Aku cukup takjub dengan apa yang aku 
lihat. Rupanya banyak serangga yang menghuni pohon teh. Ada juga lebah 
yang mengitari pohon teh yang sempat terjaring oleh penangkap serangga 
kami. Setelah memfoto serangga tersebut, kami melepaskannya kembali. Aku
 mendapatkan banyak foto disana, tapi kebanyakan foto tanaman yang baru 
aku lihat. 
Selesai
 berkeliling kebun teh kami kembali ke vila. Yana yang menyaksikan kami 
berdua baru saja kembali dari kebun teh tiba-tiba tersenyum gak jelas 
dan menggoda kami berdua. "Ciye, Pagi-pagi udah jalan aja berdua," 
ujarnya yang masih sarungan terduduk dengan senyum aneh ditangannya 
memegangi secangkir kopi. "Iya dong, Pagi-pagi olahraga keliling kebun 
nih. Lumayan dapet banyak sampel foto tadi." Jefra lantas membalas 
ucapan Yana dengan santainya. Tentu saja, Jefra tidak akan salting 
menerima ujaran seperti itu. Lagipula Yana memang seperti itu orangnya 
jadi kami berdua juga sudah tidak aneh lagi. Btw, Ceweknya Jefra itu 
lumayan cantik dan sekolah di keperawatan ternama rumornya. Aku tau dari
 raya yang pernah bilang sama teman-teman di kelas beberapa waktu lalu. 
 Jadi mana mungkin dia melirik wanita lain dan aku juga menganggap dia 
hanya teman biasa. Apalagi Jefra ini terlihat seperti cowok alim dari 
pesantren gitu yang  jauh sekali dari kriteria cowok idamanku. 
Ditengah
 obrolan kami rupannya para dosen sudah kembali dari danau dengan 
beberapa mahasiswa lainnya. Usai diskusi sejenak sembari menikmati 
camilan pagi. Para dosen akhirnya berpamitan pulang. 
...
Tanpa
 terasa suasana vila jadi terasa sepi dikarenakan semua orang sedang 
pergi menyelesaikan tugas di hari terakhir kami. Dikarenakan besok siang
 kami sudah harus menginggalkan tempat ini. Aku lihat Gerald dan Farel 
juga sudah tidak ada di kamar. Padahal sebelum aku dan Jefra pergi ke 
kebun dia masih selimutan dengan farel. Sekarang kamar lelaki sudah 
kosong dengan pintu yang terbuka lebar. Mungkin dia ada di danau bersama
 tim Diana yang lainnya yang sedang meneliti ekosistem air danau. 
Waktu
 sudah semakin siang, pukul 10.30 Aku dan Jefra bersiap-siap untuk 
melakukan pendakian bersama Meylisa dan Kak Puad. Yana dan Sobar tinggal
 di vila untuk berjaga karena semua orang sedang di luar. Kami berangkat
 dengan menyusuri bukit di samping vila.  Tidak aku sangka perjalanan 
mendaki ke atas bukit itu sangat melelahkan. Ditengah perjalanan Jefra 
tersengat lebah. Aku lihat ujung telunjuknya sudah mulai merah karena 
lebah itu. Syukurlah aku membawa minyak tawon andalanku ketika bengkak 
atau terdapat gigitan serangga lainnya. Btw, ketika Jefra mengusapkan 
minyak itu ke tangannya aku jadi sedikit merasa bersalah. Aku dengar 
Gerald juga sempat tersengat tawon juga ketika kemarin mendaki bukit 
untuk melihat kantung semar. P3K yang dia bawa tidak ada obat untuk 
sengatan tawon. Jadi dia pakai pisau panas untuk membuat bekas gigitan 
tawon itu agar tidak menyebar racunnya. Aku tidak tau pasti bagaimana 
kronologi dia meyembuhkan luka dikakinya. Hanya saja aku tidak tau bila 
minyak tawon yang aku bawa semujarab itu. Andai aku bisa memberikannya 
pada gerald pasti sudah aku beri bila tau minyak tawon semujarab itu. 
Oleh karena itu aku membulatkan tekadku bila nanti pulang ke Vila dan 
ada yang tesengat tawon lagi akan aku rekomendasikan minyak ini. Meski 
aku gak berharap ada yang tersengat tawon lagi sih. 
Perjalanan
 mendaki bukit menuju habitat kantung semar cukup jauh dan penuh dengan 
tanjakan diatas sana. Bahkan dengan bantuan tongkat yang kami bawa 
sebagai tumpuan masih cukup lelah. Tidak terasa kami sudah mencapai 
daerah yang cukup tinggi. Aku lihat sekelilingku penuh dengan pohon 
besar dan hijau mengelilingi kami. Melihat kearah bawah terlihat curam 
sekali sampai aku tak sanggup melihatnya untuk kedua kalinya. Tanpa kami
 sangka diperjalanan menuju habitat kantung semar bertemu dengan Farel 
dan Geral yang juga sedang mendaki. Rupanya mereka tidak berada di danau
 melainnkan menuju ke tempat Kantung Semar sejak tadi pagi. Gerald 
dengan bangganya menunjukan Foto-foto kantung semar yang ditemuinya 
ketika mendaki. Dia dan farel sedang dalam perjalanan turun setelah 
selesai dengan pendakiannya. Kini mereka sedang istirahat sejenak 
setelah turun dari daerah habitat kantung semar (Nephentes). Aku 
melihat Lulutnya yang cukup bengkak kala itu, lantas aku tawarkan minyak
 tawon yang aku bawa. Jefra lantas memberitahu betapa mujarabnya minyak 
tersebut. Gerald lantas mengoleskan minyak tersebut ke kakinya. Usai 
merapihkan tasnya Gerald dan Farel memutuskan untuk lebih dulu turun 
bukit. Kami berpisah dipertengahan perjalanan dan melanjutkan perjalanan
 menuju habitat kantung semar tersebut. Sudah hampir satu jam kami 
mendaki dan waktu sudah semakin siang. Diperjalanan kami bertemu dengan 
tim Nasir yang juga hendak menuju habitat kantung semar tersebut. 
Rupanya tempat yang biasanya hidup kantung semar beberapa waktu lalu 
sudah tak ada lagi. Kami yang baru datang itu sempat kecewa dengan 
kenyataan itu. Awalnya kami berniat menuju habitat kantung semar di 
daerah lainnya namun karena jaraknya cukup jauh dan waktu sudah 
menunjukan hampir sore pukul 14.30 akhirnya kami menyerah dan pulang 
untuk turun bukit.  
Aku
 terkejut untuk beberapa saat ketika dada kak Puda dihinggapi Pacet 
diatasnya. Lantas dia mencoba melepaskan Pacet tersebut perlahan. Namun 
karna dia sudah melekat di kaos tipis tersebut akhirnya dia biarkan 
sampai Pacet itu lepas sendiri. Agak ngeri melihat pemandangan itu. Aku 
mulai berhati-hati dan memeriksa semua pakaianku apakah ada pacet juga 
yang menempel. Bersyukur aku memakai pakaian tertutup tebal dengan jas 
hujan agar pacet didak menempel karna licin. Aku sangat senang sekali 
sempat meminjam sepatu Boots ayahku yang samgat membatu dalam pendakian 
ini. 
...
Kami
 pulang dengan menuruni jalan setapak yang struktur tanahnya lumayan 
licin sehingga untuk turun perlu ekstra hati-hati. Ditengah Perjalanan 
aku dan Jefra menemukan beberapa serangga yang unik yang belum pernah 
kami temukan sebelumnya. Ada berbagai macam burung juga yang 
mengeluarkan suara yang merdu. Tanpa terasa  setelah  bejalan  cukup 
lama kami melihat jalan yang cukup besar yang  bisa dengan mudah 
dilewati untuk berjalan. Terlihat dari kejauhan terdapat danau yang 
sudah beberapa kita kunjungi sebelumnya. Yap, itu adalah danau telaga 
warna yang bisa kami lihat dari atas. Semakin dekat dengan danau rupanya
 teman-teman yang sudah turn lebih dulu sedang terduduk di seitar 
pinggiran danau. Setibanya di pinggiran danau kita semua beristirahat 
sejenak. Rupanya Gerald dan lainnya sedang melihat hasil dari alat 
pengukur kualitas air disana bersama tim ekologi air dan tanaman lumut. 
Waktu sudah semakin sore, kami semua meninggalkan area danau dengan 
membawa semua peralatan yang digunakan untuk mengamati dalam pekerjaan 
kami. Ketika menuju gerbang tempat masuknya area danau. Aku melihat 
papan informasi yang Yudi pernah bilang padaku kemarin. "Oh, Ini yang 
teman-teman bilang tentang Ikan itu," ujarku ketika membaca tulisan dan 
papan informasi tersebut. Setelah membaca hal tersebut aku sempat 
mengingat ikan yang aku lihat ketika menaiki perahu kemarin. Namun 
disampingku ada beberapa pria disana, salah satunya ada Gerald 
disampingku. "Heol, betapa konyolnya aku." ujarku kala mengingat hal itu
 dan menggelengkan kepalaku. Aku berjalan menghampiri yang lainnya yang 
sedang bersiap untuk sesi foto bersama di hari terakhir kami di sana. 
Aku pandangi langit yang sudah akan mulai gelap. Kami tersenyum gembira 
mengangkat tangan dan bergaya konyol untuk sesi foto tersebut. 
...
Malam harinya kami melakukan breafing untuk sekedar sharing tentang apa saja yang sudah kita lakukan di sini selama 4 hari ini. Kami juga memeriksa kelengkapan semua peralatan yang harus kami bawa pulang kembali. Meski awalnya aku sempat kecewa karna tidak bisa melihat Tanaman kantung semar langsung di habitatnya. Syukurlah aku bisa melihat tanaman itu tepat di depan mataku. Aku tak tau senior bisa mendapatkannya dari mana tapi aku senang bisa mendapatkan foto kantung semar langsung dari kameraku. "Wah, ini cantik sekali." Ujarku menatap tanaman tersebut ketika pertama kali aku melihatnya.
Malam
 itu aku tidur cukup pulas meski sekujur tubuhku pegal karna perjalanan 
dari pagi sampai sore. Tidak tahu mengapa aku cukup senang apa yang 
telah aku lakukan hari ini. Aku tidak merasa bosan bila aku terus 
bergerak meski hanya berjalan mengikuti arahan kak Puda dan yang 
lainnya. Pagi harinya aku bangun dengan kondisiku yang cukup bugar. Aku 
membantu diana untuk membuat sarapan terakhir sebelum pulang. Kami juga 
merapihkan vila seperti sediakala sebelum kami datang. Nasir sudah siap 
di dalam mobil untuk mengantar kepulangan kami. Para lelaki pulang 
belakangan setelah mengunci pintu dan berpamitan kepada pengurus yang 
ada disana. Melihat vila tersebut dari balik mobil yang semakin 
meninggalkan daerah puncak gunung membuatku sedikit merasa sedih. 
"Selamat tinggal Telaga warna, Selamat tinggal semuannya." Kami pulang 
meninggalkan daerah tersebut diirringi iringan motor dari teman-teman 
lainnya yang pulang membawa motor masing-masing.
...

No comments:
Post a Comment