Feb 13, 2024

MIRACLE HELIANTHUS: BAB 6. Teman Lama

 

 


Saat aku turuni tangga eskalator di mall. Aku tak sengaja menoleh kearah stage musik yang sedang ramai pengunjung di bawah. "Hmm, rasa-rasanya aku pernah dengar lagu yang sedang berdendang ini?"ungkapku seraya mengingat apakah aku tau lagu apa itu.

Rupanya ada festival musik di lantai bawah mall yang menghadirkan beberapa music dari anak band yang ada di kota kami. Aku melirik kebawah terlihat band yang sedang tampil di stage sana. Ternyata band yang sedang tampil itu adalah salah satu band yang terkenal di sekolahku dulu.

"Ahh mereka kah? Tidak aku sangka bisa melihat mereka tampil disini." ujarku melihat sejenak penampilan musik band teman satu angkatanku dulu. Hingga akhirnya aku selesai dengan apa yang ingin aku lihat kemudian aku pergi memalingkan diri meninggalkan mall untuk bergegas pulang. Sesaat setelah melihat band tersebut aku mulai mengingat masa SMA dulu.

...

Memory SMA

kira-kira saat itu aku kelas 2 SMA. sekolahku adalah sekolah menengah atas negeri biasa. Namun tiba-tiba menjadi tidak biasa karena kedatangan murid pindahan dari Jakarta. Namanya adalah Trisna Abimana, katanya sih dia anak orang kaya di kotaku tinggal. Bahkan rumahnya sebesar istana yang dapat semua orang lihat di pinggir jalan sebelum berangkat ke sekolah.

Siswa pindahan itu ada di kelas IPA tiga berbeda kelas denganku. Rupa-rupanya dia merupakan saudara dari anak kelas satu yang cukup populer di sekolahku. "Hmm, kalo tak salah namanya juga ada Abimananya. Yah, namanya adalah Restu Abimana. Lalu kalo tak salah dengar anak IPS yang namanya Rendra juga merupakan kerabat Restu, jadi otomatis mereka bertiga satu keluarga." Begitulah ingatanku sekilas tentang mereka yang baru saja aku lihat.

Sama seperti yang aku lihat di mall tadi mereka bertiga tergabung dalam band Sudah dari sejak SMA dulu. Yah, sudah seperti sinetron saja kisahku ini. Siapa yang menyangka di sekolahku akan ada anak pindahan dari sekolah lain. Hingga sempat membuat heboh teman-teman wanita seangkatanku. Jujur saja, awalnya aku tidak terlalu memperhatikan mereka. Sampai saatnya sekolah kami mengadakan pensi dan mereka tampil memeriahkan acara tersebut.

"Juwita kaulah gadisku, sungguh aku ini cinta padamu ... ."

"Tetapi ... sayangnya, kau ...  sudah ada yang punya ... ."

Bila tidak salah seperti itulah salah satu syair yang band mereka nyanyikan kala itu.

Saat itu kebetulan aku belum pulang sekolah setelah giliran acara pensi kelasku selesai. Biasanya sih udah cabut lagi, namun karena aku salah satu panitia kelas. Aku membantu yang lainnya membereskan perlengkapan pentas kelas kami sampai selesai. Kebetulan ditengah selingan penampilan acara. Band keluarga Abimana menyumbangkan lagu dengan Trisna sebagai vocalisnya.

"Wahh ...  ." Aku hanya bisa terkagum dengan alunan musik dan suara vocalis mereka. Mungkin karena terlalu sering berada di kelas dan perpus, aku baru kali ini melihat wujud mereka berempat personel Nicegray sekolah.

"OMG ... Aku kira hanya orang-orang Jakarta aja yang punya wajah tampan. Ternyata di sekolahku ada juga lelaki tampan yang gak kalah dari bintang film di televisi," ujarku dulu norak melihat band dari dekat untuk pertama kalinya. Lantas aku mulai terbuai alunan musik yang mereka mainkan. Tapi bila dipikir-pikir kembali wajar sih banyak teman kelasku yang ngefans. Mereka semua terlihat tampan dari dekat, mungkin karena mereka perawatan untuk bisa setampan itu kali ya, Maybe?" Tapi bukan tampannya sih yang buat aku terkagum. Ternyata mereka memang jago mainin alat musiknya. "Heol, bikin iri saja," begitulah imbuhku dalam benakku ketika melihat bakat dan semua yang mereka miliki.

...

Fix, setelah menonton permainan profesional anak band sekolah. Aku jadi terpicu semangat buat belajar alat musik lagi. Aku ambil gitarku dipojokan dan kumainkanlah alat itu di malam harinya.

"Jenjreng ... ."

"Aaaaaaa ... ."

Baru saja lima menit aku memainkannya ibuku sudah datang ke kamarku dan memarahiku. "Alya berisik! Udah malam tau. Mending enak didenger, yang ada malah bikin sakit kepala aja. Gak tau apa ibu lagi sakit gigi," ujarnya menegurku dan langsung kembali menonton tv kembali.

"Ahh, mungkin aku terlalu bersemangat karena kejadian tadi siang."  Aku taruh gitarku kembali di pojokan dan kembali rebahan hingga tertidur sampai pagi.

...

Esok paginya aku berangkat sekolah seperti biasanya. Diwaktu istirahat aku melihat keluarga Abimana sedang berkumpul bersama di kantin sekolah. Sontak banyak siswa lainnya yang melihat kearah mereka, namun gak selebay di sinetron sih. Amh ... cuma lihatin aja, gak sampai muji-muji apa gimana. Yah karena mereka juga bukan artis, jadi palingan cuma para anak kelas satu aja yang agak lebay dikit. Wajarlah namanya juga masih anak kelas satu SMA.

Seperti biasa aku berada di perpustakaan untuk membantu penjaga perpus memberikan pelayanan peminjaman buku. Karena lokasi perpus dan kantin yang dekat inilah aku tau kegiatan orang-orang yang mondar-mandir di sekitarnya.

Kira-kira 3 bulan setelah pensi diadakan aku mendengar kabar tak menyenangkan. Banyak siswa yang bergunjing tentang siswa baru dari IPA tiga itu. Tapi karena hanya sekedar rumor aku mengabaikannya. Hingga 2 bulan kemudian aku mendengar bahwa Trisna si anak baru itu berpacaran dengan anak kelas satu yang orang-orang bilang sih paling cantik di sekolah.

Tak lama setelah kabar pacaran dua orang tersebut. Aku tak sengaja melihat keduanya berjalan bersama memasuki gerbang sekolah. Si cewe anak kelas satu itu turun dari mobil Trisna dan mereka jalan mengarah padaku. Setelah berpapasan dengannya, aku seperti mengenal anak kelas satu tersebut. Akh, rupanya dia anak dari sebrang gang rumahku. Kalo dia sih aku sudah pernah lihat, dia kan ... wanita cantik itu. Cewek yang pernah satu angkutan umum denganku. Yah, dia memang cantik sih. Pantas saja si anak baru itu mau pacaran dengannya. Setelah selesai dari tukang fotocopy di luar gerbang aku kembali ke kelas untuk membagikan kertas hasil kopian kepada teman yang lainnya. Pelajaran dimulai setelah bel berbunyi tiga kali.

...

Kenangan sekolahku di SMA tak terlalu baik. Aku bahkan tak terlalu senang mengenang teman-teman seangkatanku. Namun setelah bertemu dengannya di mall tadi. Aku jadi mengingat kembali teman-teman SMAku yang dulu.

Lagian kenapa aku harus ketemu dengan mereka bertiga sih. Hmm ... yah namanya juga masih di kota yang sama tentu saja ada kemungkinan bertemu. Tapi kenapa harus mereka, bukan orang lain yang aku harapkan bertemu. Sudahlah, bagiku keluarga Abimana ini seperti cerita dalam sinetron saja. Sekelompok orang yang populer di sekolah, anak orang kaya, ke sekolah pakai mobil dan gerombolan Lelaki tampan serta anak band.

Btw, meski begitu aku cukup bersyukur sih bisa ketemu mereka tadi. Meski bukan salah satu fans dari Nicegray, ada salah satu personil yang aku sukai disana. Bukan karena dia tampan juga sih, tapi karena dia seorang drummer. Aku dari dulu sangat suka sekali sama orang yang mahir main bass sama drum. Nah saat sekolah dulu, kebetulan aku melihat dia bermain drum dengan mahirnya. Hingga jantungku berdegup kagum, ditambah dia terlihat sangat cool saat bermain drum. Hal itu bisa terlihat dari keringat yang bercucuran dari wajahnya, leher yang terpampang melalui kaus oblong yang dia pakai. "Ahhhhh, gawat ... aku jadi teringat dia kembali. Drummer Nicegray Restu cowok populer sekolah dengan tampannya yang maksimal."

Tapi meski begitu, walau dia memiliki ketampanan seperti artis pun. Bagiku dia tak lebih menarik seperti lelaki yang selalu ada di hatiku sampai saat ini. Namun meski begitu, terima kasih kepada Tuhan aku ucapkan karena telah menciptakan berbagai macam mahkluk indah di dunia ini.

Di masa SMA ada keluarga Abimana yang sedikit memberikan kenangan dalam memoriku tentang musik. Sedangkan di kampusku lebih banyak lagi yang lihai memainkan alat musik dan band dengan berbagai aliran musik yang bisa aku nikmati. Apalagi fakultas sebelah, gedung sebelah fakultas MIPA adalah fakultas sastra. Tak ayal setiap beberapa bulan sekali mereka selalu mengadakan pensi di halaman gedung mereka. Aku adalah salah satu mahasiswa yang tak pernah absen melihat penampilan para seniman sastra itu. Begitu banyak hal menarik di kampus hingga aku sedikit melupakan rasa bosanku. Selain itu, Gerald teman sekelasku juga rupanya mahir dalam memainkan gitarnya. Meski aku tak tau dia anak band atau bukan. Aku hanya pernah melihat dia gonjrang ganjreng memegang gitar. Yah, ntahlah itu adalah hobinya saja atau memang anak band beneran bukan urusanku sih. Lagipula banyak hal lain di kampus yang mesti aku lakukan dan pikirkan. Hingga saat ini pun kehidupan kampus masih aku jalani di semester tiga ini. Btw, Minggu depan udah UTS. Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Dan malam ini pun aku masih bergelut dengan buku-buku di meja belajarku. Aku membuka buku-buku di lemari untuk mempersiapkan beberapa materi yang akan aku pelajari untuk persiapan UTS. Aku membuka halaman demi halaman membaca buku yang sedang aku pegang. Hingga akhirnya aku mulai merasa mengantuk dan tertidur di meja tempatku membaca buku.


BEFORE                                                                                                                       NEXT BAB 7

 

MIRACLE HELIANTHUS: BAB 5. Sepenggal mimpi dari kenangan seorang anak

 


 

Aku berjalan menuju gang rumah. Dikala melihat beberapa anak kecil sedang berlarian menggunakan seragam sekolah dasar. Mereka berlarian dengan berteriak mengenai keinginan mereka masing-masing. "Jangan lari kau penjahat, tunggu kau." "Ayo lari, polisi datang." "Bukan polisi, tapi superhero tau." Kenangan masa kecil itu terbayang kembali dibenakku.

...

"Ada banyak pengertian mimpi. Salah satunya adalah angan-angan. Ada pula yang mengartikan mimpi itu adalah bunga tidur. Bagiku sendiri, mimpi itu adalah Banyak hal. Tergantung dari kau menginginkanya apa."

...

Setiap manusia diwaktu kecil pasti memiliki cita-cita atau mimpi yang ingin dia capai ketika dewasa nanti. Begitu pula dengan diriku. Meski saat itu aku sendiri juga tak yakin dengan apa yang aku ucapkan mengenai cita- citaku disaat besar nanti. Dulu disaat aku kecil, ada yang bertanya padaku. "Sudah besar mau jadi apa nak?" tentu saja aku menjawab secara spontan tanpa tau bagaimana caranya menggapai mimpi itu.

Aku ingin jadi insinyur pertanian seperti ayah. Itulah yang aku ucapkan saat aku kecil dulu. Sangat mudah untuk diucapkan meski tak tau arti dari sebuah pertanyaan tersebut. Dua hari setelah aku menjawab pertanyaan seorang bapak-bapak tetangga rumahku. Aku melihat sebuah koran tergeletak di meja. Aku iseng melihat koran yang tergeletak dimeja itu. Aku melihat isinya dan aku baca. Lalu aku terkejut melihat isi dari berita di koran yang menyebutkan artis cilik paforitku juga memiliki cita-cita yang sama denganku. "Wahh hebat." Betapa bahagianya aku saat itu. Memiliki keinginan yang sama dengan seseorang yang aku kagumi. Tak ada rasa bahagia yang lain bagi anak sekolah dasar membaca berita tersebut.

Dikala sekolah dasar dulu, aku sekolah di SD Negeri yang tak jauh dari rumahku. Rute menuju sekolah bisa ditempuh menggunakan kendaraan umum dan juga dengan berjalan kaki. Aku berangkat sekolah dengan adikku yang kebetulan satu angkatan denganku. Meski jarak kelahiran kami berbeda tapi dia sudah bisa berada diangkatan yang sama denganku. Meskipun tak semahir diriku yang lebih dahulu mengenal pensil untuk menulis. Adikku harus sering berlatih terus agar dapat bertahan di kelas yang sama denganku. Oleh karena itu ibuku mengajarkan adikku pelajaran tambahan dirumah agar dia tak ketinggalan jauh denganku yang sudah bisa membaca dan menulis. Berbeda denganku, adikku selalu bersama ibuku. Yah, mungkin karna aku seorang kakak jadi jarang sekali berada di dekat ibu dan lebih sering bermain bersama teman seumuranku. Mungkin juga karena aku sudah bisa melakukan apapun seorang diri. Jadi ibuku tak terlalu memperhatikan aku. Meski begitu aku termaksud anak yang cukup mandiri kala itu.

RUMAH

Acara televisi di hari minggu.

"Ultramen gaya ... ."

"sailor moon ... ."

"Doraemon dan lainya."

Yeahh, keren-keren sekali ketika aku melihat acara televisi tersebut. Pahlawan memang sangat keren dimata anak-anak. Selalu membela yang lemah dan membantu sesama. Itulah yang aku pikirkan saat itu. Dulu aku sangat terobsesi dengan segala sesuatu yang berbau heroik. Aku bahkan mencoba menolong teman-teman yang tertindas di kelas oleh kakak kelas. Bila dipikir lagi, "Ahh betapa bodoh dan naifnya aku dulu." Aku hanyalah seorang anak yang naif kala itu. Menolong orang tanpa tau situasi dan kondisi. Aku sangat ingin menjadi seperti superhero di televisi. Kenangan masa kecilku penuh dengan segala sesuatu yang kekanak-kanakan. Normal sih, namun bila aku ingat lagi sekarang. "Wahh, aku tak tau harus berkata apa."

Memory SD Ekskul Pramuka

Hari sabtu adalah hari sekolah kami untuk khusus ekskul pramuka. Kelas untuk anak pramuka ada di ruang kelas 6 yang paling ujung dari semua kelas. Dikarenakan sekolah kami kekurangan kelas. Ada kalanya beberapa dari kami tidak kebagian tempat duduk karena minimnya kursi dan banyaknya anggota pramuka. Siapa cepat datang pagi dialah yang mendapatkan kursi untuk duduk, begitulah aturan kala itu. Karna aku dan adikku selalu datang pagi. Maka aku selalu mendapat kursi pada hari sabtu. Saat itu aku menyimpan tasku di kursi nomer satu di kelas. Lalu aku keluar sebentar untuk keluar. Sesaat aku kembali keruangan, tasku sudah ada di bangku nomer 2. Adikku yang ada dikelas saat itu memberi tahu kronologis kejadian kenapa demikian. Ternyata yang memindahkan tasku adalah para seniorku di kelas 6. Namun untuk beberapa anak yang orang tuanya terpandang dan banyak duit masih bisa mendapatkan bangku nomor satu tanpa di pindahkan ke kursi lainnya. Meski aku tidak tau kenapa demikian kala itu. Hanya saja saat itu aku mulai tersadar, bahwa tak ada keadilan di dunia nyata. Aku hanya menahan rasa sakit di dadaku ini. Aku mencoba untuk tidak menangis. Tak hanya itu, banyak dari teman-temanku yang tidak kebagian tempat duduk saat itu. Aku memutuskan membagi tempat duduk kami pada teman kami yang terlambat datang. Melihatnya tersenyum membuatku sedikit bahagia. Mungkin masih ada yang bisa aku lakukan, begitu pikirku waktu itu. Jadi setiap pagi di hari sabtu aku bersiap duduk di bangku no 2 bersama adikku untuk mengamankan tempat duduk kami. Kami juga menempati bangku kedua yang lainnya agar teman satu kelas kami yang terlambat bisa mendapatkan tempat duduk. Begitu dan begitulah kegiatanku di hari sabtu.

Bicara soal ekskul Pramuka tak ayal hubungannya dengan kamping atau persami. Sebelum kenaikan kelas sekolah kami akan mengadakan persami di sekolah. Kami tak pernah ikut dan tak pernah mendapatkan izin dari orang tuaku setiap ada kegiatan di sekolah. Tapi karna kami sekarang sudah kelas 5 SD aku dan adikku akhirnya mendapat izin untuk mengikuti acara persami pertama kami kala itu. Untuk berjaga-jaga aku membawa termos dari rumah bila sesuatu yang tak diinginkan kemungkinan terjadi. Hal itu aku lakukan karena kami tak kebagian kelompok karena mendadak mendapat izin orangtua. Jadinya kami tak memiliki teman yang membawa kompor di kelompokku atau lebih tepatnya aku hanya berdua saja dengan adikku. Aku tak terlalu ingat kejadian itu, namun aku berusaha menikmati setiap waktuku, itulah yang kuingat.

Mendapatkan izin untuk menginap di sekolah untuk acara Pramuka pertama kami bagaikan mendapat Jackpot. Aku dan adikku sedikit antusias kala itu. Kami mempersiapkan segalanya untuk keperluan kami berdua. Setibanya dilokasi yaitu sekolah. Kami datang terlambat dan ruangan sudah penuh dengan orang-orang yang menggelar tikar. Kami berdua tidak melihat satu pun teman kami yang ikut persami saat itu. Rupanya teman-teman yang dekat denganku dikelas tak mengikuti persami hari itu. Meskipun ada beberapa teman sekelas lainnya, namun kami tak begitu dekat. Hingga mereka sedikit tidak menghiraukan kami dengan kesibukan mereka sendiri mempersiapkan perlengkapan untuk malam nanti. Kami pun tak mendapatkan tempat untuk tidur. Bahkan para guru tidak sadar bahwa kami tidak memiliki kelompok untuk membawa tikar. Para guru hanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Aku melihat sekeliling hanya sibuk dengan diri mereka sendiri. Aku sadar, terlambat adalah kesalahan kami sehingga mereka tak sadar kehadiran kami. Namun aku tak berkecil hati karena hari itu adalah hari yang aku dan adikku tunggu. Kulihat ada tempat kosong di tengah ruangan yang bisa kami pakai untuk tidur. Aku tutupi area kosong itu memakai kertas koran untuk menyimpan barang bawaan kami. Saat malam kami tambahkan sejadah untuk ibadah agar tidak kedinginan. Persami pertama yang aku impikan tak sesuai dengan keinginanku. Rasanya sedih sekali kala itu. Hanya kami berdua yang tidur beralaskan sejadah. Kami juga makan mie dari termos yang kami bawa. Tanpa dimasak menggunakan kompor. Tapi meski begitu, aku tidak terlalu bersedih. Aku anggap semua itu menjadi pelajaran berharga untukku. Agar saat persami atau kamping nanti aku lebih mempersiapkan diri lagi.

Malam pawai obor akhirnya tiba, meski sempat kecewa sebelumnya. Akhirnya ada sesuatu yang menarik di persami pertamaku ini. "Malam pawai obor." kami semua bangun di malam hari kala itu. Kami semua menyalakan obor yang kami bawa dari rumah. Kami melakukan pawai obor berjalan menyusuri perkampungan dekat sekolah. Kala itu adalah pertama kalinya aku berjalan di luar rumah pada malam hari bersama teman-teman Pramuka. Bintang malam kala itu sangat indah. Bulan juga bersinar dengan indahnya. Aku mengucap syukur kepada Tuhan. Di persami pertamaku ini, banyak pelajaran yang bisa aku petik.

Hari Pembagian Raport Kelas 5

Hari ini hari pembagian rapot untuk semua siswa dari kelas 1-6 SD. Seperti biasa yang mengambil raportku dan adikku adalah ibuku. Karna ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya. Meski demikian ayah selalu menanyakan hasil nilai belajar kami. Bila nilai rapot kami bagus dia berkata itu baru anakku. Apabila nilai rapot kami jelek dia bilang bukan anakku. Bisa dibayangkan bukan perasaan anak kecil yang harus mendengar perkataan seperti itu dari orang dewasa.

Ayahku, perkataanya bagai perintah. Kami bagai robot yang hanya harus mengatakan iya dan siap. Kami bahkan tak pernah bilang tidak bisa atau tidak mau. Kami selalu berusaha agar kami bisa melalui waktu ke waktu dan itu akan selalu ada di depan kami menghantui seumur hidup. Begitu dan selalu begitu sampai aku memasuki sekolah selanjutnya pun masih saja tak ada yang berubah.

Meski demikian aku harus bertahan karna aku anak pertama demi keluargaku. Kuharap aku memiliki waktu lebih. Setidaknya sampai aku bisa membuat ibuku bahagia. Meski aku tak tau kapan hal itu akan bisa aku lakukan. Namun semangat dan harapan itu akan selalu aku simpan. Meski tak berharap banyak, tapi harapan adalah secercah cahaya yang akan menerangi jalanku.

Begitulah, sepenggal kisah ketika aku sekolah dasar dulu. Ada kalanya aku mengingat kenangan dahulu. Beberapa rasa yang tak bisa aku ungkapkan. Baik dulu ataupun sekarang bahkan nanti. Aku masih terus berjuang meniti jalan. Menuju tujuan yang orang-orang bilang goal hidup bagi seseorang. Akan ada keajaiban atau tidak pada kehidupan biasa diriku ini. Aku akan coba untuk melaluinya dan mencoba menikmati hariku saat ini.

 

BEFORE                                                                                                                           NEXT BAB 6

 

MIRACLE HELIANTHUS: BAB 4. What LDKS?

 


Baru saja kemarin aku istirahat dirumah karena kegiatan Diklat jurusan. Hari ini udah harus masuk kampus lagi.

"Hoamm, ntah kenapa semangatku mudah sekali naik turun ... ."

Didepan sana dosen konservasi sedang menjelaskan panjang lebar mengenai ekosistem dan sebagainya. Aku memperhatikan sih, namun penjelasannya sedikit membuatku mengantuk. Aku coba menahan rasa kantukku dengan sedikit memalingkan pandanganku ke arah pintu masuk yang terbuka sedikit. Seketika aku melihat seseorang melewati lorong kelas kami dan tersenyum kearah kelas.

"Lah, bukanya dia lelaki yang mengajakku berlomba tempo hari?" ujar dalam benakku.

Saat itu aku melihat senior yang aku temui ketika Diklat beberapa waktu lalu. Namun aku lupa siapa namanya, maklum baru pertama aku melihat semua senior satu jurusanku. Lagipula baru sekali saja melihatnya, mana mungkin aku tau namanya.  Selain itu gak terlalu penting buatku mengingat nama seseorang. Terlebih bila tidak ada kaitannya denganku. Begitulah pikirku ketika tak mau terlibat dengan pertengkaran yang ada dalam benakku.

Namun nyatanya, aku harus berurusan kembali dengan yang namanya senior di kampus. Aku kira Diklat beberapa waktu lalu sudah cukup bertemu dengan para senior di kampus. Ya aku kira hanya cukup say hello dan cukup tau doang.

Ternyata, di semester ketiga aku mengambil mata kuliah pilihan di semester atas. aku bertemu dengan para senior lagi. Yah aku lupa bahwa aku ini bukan anak SMA lagi. Tentu saja di bangku kuliah berbeda dengan di bangku SMA tentunya.

...

Kalian tau, ada beberapa hal yang aku gak suka bila berhadapan dengan yang namanya senior. Salah satu diantaranya adalah saat masa orientasi atau pemilihan kepengurusan. Mau itu OSIS, ekstrakulikuler dan kegiatan lainnya.

Dulu saat masa SMA ikut OSIS. Aku kira bakalan jadi pengalaman menarik. Emang iya sih menarik jadi pengurusnya. Tapi sebelum jadi pengurus pasti ada masa orientasi dulu. Hal inilah yang buatku malas ikut organisasi.

Bukan masalah Ujiannya sih, tapi sikap seniornya yang selalu buat uratku nadiku naik. Ntah kenapa Mau dimana pun pasti yang namanya senior paling senang kayanya ngerjain juniornya saat orientasi. Terutama uji mental anggotanya, alasannya sih katanya biar kuat mentalnya gitu. Aku selalu berkata dalam hatiku saat mereka bilang begitu. "Gak yakin gue? Palingan cuma alasan aja nguji mental. Padahal mah ... ."  "ahh sudahlah yang jelas males banget deh berhadapan sama kakak kelas!"

Tapi not bad lah, meski aku gak suka, itu menjadi salah satu pengalaman berharga buatku.

Kapan lagi coba gue dikerjain sama senior haha ...

...

Seketika lamunanku tentang masa kelam dikerjain senior kala bangku SMA muncul. Ditengah tugas kelompok bersama para senior yang berada 2-4 tingkat diatasku.

...

Jam sudah menunjukkan waktu pulang, dikala aku hendak beranjak dari bangku tempatku terduduk. Masuklah beberapa senior dari himpunan memberikan beberapa pengumuman. Seketika, mimpi burukku tentang masa orientasi dulu muncul kembali.

"Apaa? Akan ada LDKS buat kami calon pengurus himpunan?" lirih batinku terkejut akan berita yang diucapkan oleh orang-orang yang berdiri di depan kelas tersebut.

Disitu aku merasa bingung karena tak pernah merasa memberikan formulir pendaftaran menjadi anggota himpunan jurusan. Ternyata eh ternyata semua kelas harus ikut karena kebetulan jurusan kami hanya sedikit orang sekitar 30 orang. Alhasil aku mau tidak mau harus terlibat di dalamnya.

"Oh Tuhan, kuatkanlah diriku ini." gumamku lemas akan kenyataan kala itu.

Sembari menghela nafas, aku hanya bisa pasrah mengikuti tahap demi tahap fase menuju hari dilaksanakannya LDKS.

Rupanya LDKS ini gak termaksud dalam agenda jurusan. Oleh karena itu para dosen gak dilibatkan dalam kegiatan ini. Kegiatan ini langsung dipelopori oleh para senior jurusan dan dewan mahasiswa di fakultas.

"Tapi kenapa waktunya mepet banget yak? Padahal baru beberapa waktu lalu kami melakukan Diklat di taman nasional."

"Latihan dasar kepemimpinan? Dari namanya aja udah pasti ada uji mentalnya. Yasudah selamat datang Jerit malam ... ."

...

Hari pelantikan jurusan akhirnya tiba, LDKS ini diikuti semua mahasiswa. Yah harusnya semua ikut, tapi ada beberapa temanku yang tak bisa ikut karena beberapa alasan. Salah satunya adalah Gerald.

"Syihh, enak bener tuh yah si gerald!" Keluhku saat melakukan Banjar 5 ke kanan.

Awalnya aku merasa tak bersemangat datang ke tempat pelantikan ini. Namun setelah rangkaian acara aku lalui, aku rasa not bad lah ya.

Kami memasang tenda masing-masing, menyiapkan kayu bakar serta ada seminar pula dari para senior kami yang sudah bisa dibilang sukses.

"Argh, aku rasa ini akan berbeda dengan orientasi OSIS SMAku dulu." begitulah pikirku

Sempat terpikir olehku seperti itu.  Namun ketika kami diminta tidur karna sudah malam disitu aku mulai curiga. Mereka bersikap baik dari pagi sampai siang membuat aku lupa sejenak bahwa kami sedang melakukan kegiatan LDKS.

Ketika malam tiba barulah aku tersadar bahwa sesi itu pasti datang dan mereka berubah menjadi serigala galak yang siap menguji mental kami.

"Aghhhhh, ingin aku berkata kasar rasanyaaa ... ."

...

Kira-kira saat itu pukul 23.44 malam, kami semua di minta untuk tidur agar besok bisa aktifitas kembali. "Bokis banget gak sih,  Padahal kami semua tau kalo mereka menyiapkan acara renungan malam setelah kami tertidur lelap." gerutu batinku yang gak bisa tidur meski sudah aku pejamkan mata.

Aku gak bisa tidur malam itu. Aku tau bakal ada hal semacam uji nyali nanti malam. Oleh karena itu aku sedikit khawatir dan tak bisa memejamkan mataku. Namun karena lampu padam aku pun tertidur juga pada akhirnya.

Pukul 02.00 dini hari aku membuka mataku perlahan karena mendengar suara berisik.

"Shuut, jangan berisik nanti yang lain pada bangun." Kira-kira begitulah yang aku dengar sekilas suara pelan seniorku membangunkan salah satu temanku.

Aku buka mataku perlahan, aku lihat satu demi satu temanku sudah keluar untuk melakukan renungan malam. Hingga saat giliranku tiba.

"Ahh, tiba juga. Mana gelap banget pula."  keluhku sembari mengusap mataku yang masih mengantuk.

Aku dibimbing kakak tingkat dua tahun diatasku, namanya kak Ayu. Kalo gak salah dia ketua himpunan diangkatnya dulu. Dia bilang padaku untuk memakai sendal gunung. Namun aku lupa membawanya, jadinya aku memakai sepatu.

Usai memakai sepatu aku diberikan sebatang lilin dengan ada akua gelas menutupinya.

"Argh apa harus selalu seperti ini kah renungan malam?" keluhku dalam hati.

Aku berjalan dengan sebatang lilin di tanganku. Sebelumnya sudah diberitahu akan ada jembatan kecil didepan, jadi aku diminta hati-hati agar tidak kepeleset. Maklum kemarin sore hujan, oleh karena itu kami semalam tidur di aula dekat perkemahan kami. Renungan malam juga gak mengarah ke dalam hutan sana melainkan kearah menuju pendopo sebelum memasuki kawasan ini. Tapi, tetep aja menakutkan bagiku. Karena ini pengalaman pertamaku keluar malam di kawasan taman nasional kayak gini. Meskipun kearah jalan raya nantinya, aku masih tetap takut melewati pepohonan besar di sekitar sini.

Dari jarak dua meter pengelihatanku. Aku lihat seorang senior yang tak aku kenal menunggu dengan lampu senter. Dia senior satu tahun diatasku, meski tak tau namanya. Aku tau dia karena kebetulan sering ketemu saat mau jajan di kantin.

"Tunggu sebentar disini ya." ujarnya menghentikan langkahku.

Rupanya temanku yang didepan belum selesai di pos pertama. Jadinya aku harus menunggu sekitar lima menit.

Setelah mendapatkan sinyal dari pos satu, aku dipersilahkan berjalan menuju ke depan. Bahkan dengan cahaya lilin, gelapnya malam tak mampu menerangi wajah mereka yang berdiri di hadapanku.

"Lapor, saya Alya dengan nomer mahasiswi 06 ... 12 ...  siap menerima perintah." ucapku menghadap dua senior cowok yang saat ini berdiri di hadapanku.

"Lapor? Emangnya di kepolisian! Terus perintah apaan coba?" Emangnya kamu mau kalo disuruh masuk ke selokan sana di malam begini." ujar salah satu diantara mereka.

"Aghh, ini nih yang buat gue gak seneng renungan malam! Ada aja kesalahan yang buat gue gak berkutik!" gumamku yang hanya bisa diam mendengar  celotehan mereka.

"Kenapa diam aja, gak punya mulut!" ujar lelaki di sebelahnya dengan sadisnya berkata demikian padaku.

"Punya kak." Jawabku singkat.

"Lain kali kalo laporan jangan siap menerima perintah. Tapi siap menerima instruksi." ujar lelaki tinggi disamping kiri.

"Ughh, bukanya instruksi sama perintah itu sama saja artinya hanya beda tipis, gitu aja repot, nasib gue gini amat!" lagi-lagi keluhku dalam hati.

"Iya kak, siap." Jawabku lagi.

"Sekarang kamu kedinginan gak?" tanya mereka padaku.

"Emangnya kalo gue kedinginan kenapa? Ya jelas dinginlah bodoh, ini kan malam hari!" imbuhku dalam hati narik urat karena gedek denger ucapan yang udah jelas jawabannya apa.

"Tidak kak." Jawabku sebaliknya.

"Yang bener? Terus kenapa kamu pakai jaket kalo gak kedinginan." ujar mereka berusaha memojokkanku.

Aku tau, apa yang mereka pikirkan bila aku menjawab dingin. Pasti ada intsruksi lain bila aku menjawabnya. Oleh karena itu aku jawab tidak meski dingin. Tapi yasudah lah aku memang gak bakalan menang kalo lagi keadaan begini.

"Iya kak, dingin. Tapi tidak terlalu karena pakai jaket." balasku mencoba memberikan apa yang mereka ingin dengar.

"Jadi yang bener mana? Dingin apa engga?" tanya mereka sekali lagi dengan nada yang menyebalkan.

Pada akhirnya aku menjawab dingin kala itu. Otomatis karena aku menjawab dingin mereka suruh aku lari di tempat.

"Jadi, masih dingin gak setelah lari di tempat?" tanya mereka lagi.

Spontan aku jawab dingin lagi hingga tiga kali berturut-turut aku lari ditempat sampai mereka terheran melihatku yang merasa senang berlari ditempat.

Amh, bagaimana yah. Aku memang senang sih. Terutama di malam yang dingin ini. Bintang di langit begitu indah, lari ditempat juga tidak buruk kok. Aku jadi merasa hangat, ternyata mereka tidak buruk juga menyuruhku berlari.

"Aghh Hangat sekali jadinya". Ungkapku dalam hati kala itu.

"Sudah cukup." Ujarnya menghentikan kesenanganku kala itu.

Kemudian dia menerangkan bahwa pos satu itu adalah pos struktur organisasi jurusan. Oleh karena itu mereka menanyakan kepadaku apakah aku tau siapa mereka yang berdiri di hadapanku ini. Begitu pula dengan menanyakan siapa ketua BEM saat ini dan ketua himpunan periode ini.

Sejujurnya aku tau siapa mereka, di sebelah kiri yang berbadan tinggi namanya Bayu Prasetyo. Dia adalah ketua BEM fakultas MIPA. Sedangkan yang disampingnya adalah Eza Hardian salah satu anggota BLM fakultas yang juga merupakan ketua himpunan tahun lalu. Aku tau siapa mereka saat perkenalan ospek Universitas gabungan satahun yang lalu tentunya.

"Maaf ka, saya tidak tau." Spontan aku jawab demikian.

Aku sengaja bilang tidak tau, amh ... bukan kenapa-kenapa sih hanya ingin bilang begitu saja. Aku mengatakan tidak tahu dengan sedikit kesenangan tersendiri kala itu.

"Masa kamu tidak tau siapa kakak disamping saya? Dia ketua BEM fakultas kita loh. Namanya Bayu Prasetyo. Emangnya selama ini kamu kuliah ngapain aja!" ujar kak Eza yang memarahiku karena tidak tau organisasi kampus terutama jurusanku sendiri.

Mendengarnya hanya membuat aku diam. Aku bisa saja mengatakan aku kenal dan menyebutkan siapa nama mereka. Tapi aku memilih tetap diam dan mendengarkan pidato mereka sampai akhir.

Ditengah Omelan ka Eza kepadaku, rupanya ka bayu merasa lucu karena ada salah satu mahasiswa yang tidak tau tentang dirinya. Dia lantas sedikit tertawa kecil dan mungkin juga sedikit kesal padaku. Akhirnya aku diberikan hukuman lari di tempat kembali. Tentu saja aku merasa senang dengan lari ditempat saat itu. Hingga saatnya kloter setelahku menunggu dan aku meninggalkan pos satu.

"Ishh, emangnya siapa dia? Kenapa aku harus mengingat namanya. Dia pikir dia oke karena tinggi dan tampan. Heol ... jangan bercanda denganku, lagipula hanya satu orang yang menarik minatku di BEM. Dia adalah kakak cantik pembimbingku saat ospek dulu. Sayang dia jurusan farmasi, kalo biologi pasti aku sekarang sudah bertemu dengannya." aku menggerutu pelan setelah meninggalkan pos satu.

Ditengah gerutuku dalam hati, aku baru sadar sedari tadi meninggalkan pos satu. Suasananya sangat gelap sekali. Lagipula, lama sekali menuju pos duanya. "Akh, apakah aku tersesat?" Ujarku pelan melangkah kedepan.  Aku pun sempat takut karena belum sampai juga ke pos dua. Lalu ada secercah lilin menyala di depanku. Namun hanya ada satu orang disana. Rupanya itu pos bayangan sebelum aku memasuki pos dua.

...

Setibanya di pos dua, rupanya yang menungguku ketua himpunan tahun lalu dan sekretaris himpunan biologi disana. Karena mereka kelihatannya baik saat di kampus. Aku kira tidak akan terlalu menyebalkan di pos dua ini. Namun nyatanya mereka benar-benar menjadi serigala galak pada malam itu. Karena aku tak tau persis arti simbol-simbol yang ada pada baju himpunanku. Akhirnya aku jawab saja sebisaku, hingga akhirnya lidah tajam mereka menusuk ulu hatiku saat itu.

"Aghh, ini cewek sok tegas amat sih. Gue kan emang gak pernah belajar tentang simbol himpunan. Jadi wajar kalo gak tau persisnya. Lagipula kalian kan gak bilang mau ngetes soal ini di renungan malam. Ngasih tau aja enggak artinya, ya emang salah gue sih gak nyari tau dulu tapi please dong ini kuping udah lelah dengerin Omelan kalian. Ditambah dia juga yang cowok, sekarang aja berani bentak-bentak karena uji nyali. Aghh sudahlah, lebih baik gue diem aja kali dah. Jawab juga salah melulu." gerutuku ngedumel dalam hati sambil nunduk karna bingung juga mau bilang apa.

Saat itu karena gelapnya malam wajah mereka dan wajahku tak jelas terlihat. Hingga mereka salah paham mengira aku menangis mengusap mataku ketika kelilipan.

"Alya kenapa kamu nangis?" tanya mantan ketua himpunan padaku.

"Tidak kak, saya tidak nangis." jawabku padanya.

"Terus tadi ngapain ngusap mata kamu? Dan bla bLa bla ... ." Ujar sang mantan ketua himpunan itu berusaha menenangkan aku yang dikira nangis.

Padahal sungguh "Demi Tuhan" aku hanya mengusap mataku saat itu karena mengantuk. Bahkan mereka gak tau kalo aku menguap saat mereka marah-marah. Bukan maksud tidak sopan sih, tapi memang aku jadi mengantuk karena Omelan mereka berdua ini. Syukurlah gelapnya malam mengaburkan mata mereka, hingga aku menguap kala itu mereka tak sadar betapa kesal dan bosannya aku.

Selanjutnya aku menuju pos tiga dahulu dan selanjutnya empat yang merupakan pos mental. Aghh, aku tak tau kemana arahnya. aku mulai merinding ketakutan kala itu. Dikarenakan gelapnya malam dan karena ketakutanku saat itu. aku mulai berdoa kepada Tuhan. Aku mulai baca-baca ayat suci dengan suara agak sedikit keras agar rasa takutku hilang. Bila mengingat itu kembali, betapa malu dan bodohnya aku. Karna sampai tak sadar ada senior yang mencoba menakutiku dari belakang dan tak aku hiraukan.

Maklum karena rasa takutku itu, aku tak berani menengok ke belakang. Hanya lurus ke depan dan konsentrasi pada lilin yang aku pegang. Sampai saatnya aku berhenti di pos 3 dimana ada 2 orang menunggu disana.

Di pos 3 ini aku diuji mengenai pengetahuanku sebagai mahasiswa. Namun ntah mengapa jadi ngalor ngidul antara pertanyaan dan jawaban yang aku beri. Namun not bad lah di pos ini. Seniornya baik-baik banget, ditambah lagi ada kak Bahdim yang juga anggota BEM disini. Jadinya gak terlalu horor deh, malah lebih banyak ke cerita pengalaman gitu.

Kira-kira 10 menit aku di pos 3. Selanjutnya aku kembali berjalan menelusuri gelapnya malam. Hingga akhirnya aku bertemu pos bayangan-bayang disana.

"Aghh ... kenapa harus ada orang ini sih ... ." keluhku seketika melihat lelaki yang aku kira cukup merepotkan.

Dia adalah salah satu senior dua tingkat di atasku. Aku tak tau namanya siapa, yang jelas dia sangat menyebalkan sekali. Pake nanya IPK berapa segala lagi, dan juga pakai bahasa Sunda yang kasar! Tambah sebel aja jadinya sama ini orang yang berada dihadapanku, oleh karena itu aku beri dia julukan kakak bahasa Sunda! Bodo amat namanya siapa, yang jelas aku selalu memanggilnya begitu. Tentunya tanpa sepengetahuannya.

...

Kurang lebih 5 menit aku ditahan dengan beberapa pertanyaan di pos bayangan. Selanjutnya aku dipersilahkan jalan oleh kakak bahasa Sunda menuju pos 4.

"Eughh ... 5 menit rasa 5 tahun tau gak sih. Saking gak betahnya di pos ini! keluhku dengan suara pelan tentunya.

Akhirnya setelah terbebas dari pos bayangan tersebut aku berjalan menuju pos 4. Mungkin seharusnya aku meminta kakak bahasa Sunda itu lebih lama menahanku disana. Kalau aku tau betapa mengerikannya pos empat ini.

Yap, pos tiga materinya mental guy's. Aku dibuat mati kutu disini. Ternyata ada dua orang temanku juga yang masih tertahan disini sedari tadi. What's wrong? Kenapa mereka masih ada di pos ini?

Aku coba lihat satu demi para senior di pos ini sejenak. Waduh alamak, alumni semua rupanya. Sejenak aku menelan ludahku. Firasat gak enak mulai menjadi kenyataan saat itu. "Ahh aku menyerah ... ."

Kakak dengan badan tinggi besar itu seolah memelototiku hingga sekujur tubuhku terdiam mati lemas. Belum lagi ada kakak alumni bermantal biru yang siap menjulurkan lidah tajamnya padaku karena sedari tadi aku kena omel senior di depanku.

Begitulah, semakin kau diam maka akan semakin kau di cecer habis-habisan. Tapi bila kau menjawab juga tak jamin akan selamat dari lidah tajam mereka. Pasti ada saja yang salah dari lidahku yang seakan selalu berdosa ini di kuping mereka.Yah meski emang bener sih lidahku penuh dosa.

Tidak tau kenapa aku bersyukur derita di pos empat sudah terlewati. Meski kupingku mendengung dan degup jantungku semakin cepat. Rasanya panas sekali di dadaku, aku tak tau kenapa itu.

Aku berjalan setelah dua temanku yang lebih dulu meninggalkanku. Lalu posisiku digantikan temanku yang baru datang.

"Temanku semangat ya, yang sabar friends Selamat menikmati perjalanan panjang kuping kalian. Good Luck !"  spontan aku menengok mereka dan berucap demikian dalam hatiku.

Aku berjalan kembali menuju pos terakhir di ujung jalan sebelum jalan mobil terlihat. Rupanya di pos terakhir ada alumni yang paling tua yang dianggap sudah sukses jadi pengusaha dan peneliti menungguku disana.

Ahh, sudah aku kira. Pos terakhir pasti akan selalu ada renungan. Aku pejamkan mata seperti instruksi yang diberikan. Aku menggenggam kedua tanganku dalam posisi seperti berdoa.

Dalam hatiku, aku bersyukur kepada Tuhan. Aku sudah diberikan kesempatan hari ini. Bertemu dengan mereka, melaksanakan kegiatan yang menguras tenaga dan emosiku. Aktifitas yang tak akan pernah aku lupa mungkin.

"Terima kasih Tuhan ... ." Ujarku menutup renungan di pos terakhir

Pos terakhir sudah aku lalui, aku berjalan dengan lilin yang sudah mengecil dan hampir padam. Terlihat lampu menyala dan beberapa orang terduduk disana.

Rupanya mereka adalah teman-temanku yang maju paling awal dariku. Kami semua terduduk dan membagikan pengalaman saat melewati pos-pos tersebut. Tidak terasa waktu sudah semakin pagi. Satu persatu temanku berdatangan dari balik jalan gelap itu. Hingga pukul 05.00 Pagi kami semua berkumpul disana.

Selesainya rangkaian yang kami lalui satu persatu menandakan berakhirnya kegiatan LDKS kali ini. Pukul 09.00 kami dikumpulkan di aula untuk penutupan setelah sarapan pagi. Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam berikut ucapan selamat dari para senior kepada kami yang sudah melaksanakannya.

And then akhirnya, aku dan teman-temanku resmi menjadi anggota himpunan biologi matahari. "Welcome to the Sun biology association."

Dan perjalanan di kampus menjadi mahasiswa biologi masih terus berlanjut.

 

BEFORE                                                                                                                   NEXT BAB 5

 

MIRACLE HELIANTHUS: BAB 3. Diklat, Penakut

 

Kalian tau ... Hidup itu, terkadang tak bisa untuk selamanya berkata jujur. Terlebih lagi, pada diri kalian sendiri. Mungkin ada sebagian dari kalian yang seperti diriku kah? Atau mungkin hanya diriku saja mungkin.

Tapi, aku harap ... kalian tidak seperti diriku. Aku yang tak mampu berkata jujur pada diriku sendiri. Aku harap, kalian lebih berani dalam mengungkapkan keinginan kalian.

Mungkinkah aku ini memang terlalu naif sebagai manusia? Ataukah terlalu kuno dalam berfikir diera yang memerlukan logika dibandingkan dengan perasaan.

"Yah, aku memanglah manusia yang naif ... ."

Aku merasa cukup hanya dengan melihat keluargaku baik-baik saja didepan mataku. Aku bahkan menyembunyikan beberapa hal agar mereka tetap baik-baik saja. Yang tak terhitung berapa banyak kebohongan yang aku lakukan dan kebenaran yang aku sembunyikan.

Aku merasa cukup dengan teman yang membuatku nyaman meski hanya satu atau dua. Berharap mereka akan selalu ada di sampingku. Meski sebenarnya aku sendiri mengetahuinya bahwa aku bukanlah prioritas mereka untuk selamanya.

Aku merasa cukup dengan nilaiku yang baik tanpa ingin mengejar yang lebih tinggi lagi. Padahal bila aku ingin belajar mungkin aku bisa mendapatkan hal yang lebih.

"Dan mungkin kenaifanku yang terbesar adalah ... ."

Aku tak pernah berfikir bahwa waktu akan berlalu. Tidak ada semuanya yang akan tetap sama dan berjalan sesuai keinginan kita.

Tidak terasa dua semester sudah berlalu. Kini aku adalah seorang kakak tingkat di jurusanku. Banyak hal yang menyenangkan di dunia ini. Namun, aku masih saja belum menyadarinya.

Sebagai manusia, aku lebih banyak mengeluh dibandingkan bersyukur. Aku tau, aku ini memang menyedihkan. Bahkan aku sendiri malu pada diriku sendiri. Hari ini di kelas yang sama seperti semester awal sebelumnya. Kuliah pertama dengan jam kuliah pagi pukul 08.00 tepat.

Tidak seperti di film-film dalam cerita. Aku lebih suka duduk di bangku barisan depan dekat dengan pintu keluar dibandingkan dekat dengan jendela. Hari ini pelajaran biologi kelautan. Dibalik pintu yang terbuka aku sekilas melihat orang-orang yang berlalu lalang.

Yah, mestinya pintu itu ditutup saja sih agar mataku tidak jelalatan. Meski demikian aku masih menyimak ceramah dosen di depan. Aku hanya sesekali saja melihat kearah pintu itu saat sedikit mataku jenuh. Aku melihat seorang lelaki yang melirik kearah kelas kami. Matanya tertuju kedalam kelas.

"Hmm ... mungkinkah ada seseorang yang dia kenal kah?" ujar batinku ketika memikirkan kemungkinan orang itu melihat ke arah kelasku.

Spontan aku berpikir demikian. Jam kuliah sudah berakhir. Aku dan yang lainnya keluar kelas untuk membeli cemilan sebelum kuliah selanjutnya dimulai siang nanti.

Dari kejauhan aku melihat komti (sebutan ketua kelas untuk tingkatan mahasiswa di kampusku) sedang berbicara dengan beberapa orang yang mengenakan kemeja hijau. Aku memalingkan tatapanku kembali bersama teman-teman menuruni tangga menuju kantin.

Siang harinya pukul 14.20 di ruang 1.2.1 mata kuliah morfologi tumbuhan.

Komti mendapat telpon dari dosen bahwa dia berhalangan masuk. Seperti biasa dengan tugas sebagai gantinya.

"Huh ... malasnya kuliah hari ini." ujar batinku. aku lantas menyandarkan kepalaku kelengan kanan karena sedang malas-malasnya di tengah kebisingan kelas.

Beberapa orang memasuki ruangan setelah komti memberikan pengumuman dikelas dan keluar beberapa menit yang lalu.

"Hallo semuanya, kenalkan mereka adalah kakak senior kita yang ada dihimpunan mahasiswa. Mereka datang kesini untuk menyampaikan beberapa program himpunan yang sebentar lagi akan dilaksanakan di bulan November nanti." Ucap komti yang memperkenalkan para kakak kelas didepan dekat white board.

"Selamat siang, gue Egy Pradipta. Ketua himpunan matahari jurusan biologi. Gue disini mau nyampaikan beberapa program kerja kita yang nantinya juga akan kalian ikuti bersamaan program prodi biologi."

"Dan bla ... bla ... bla ... ."

"Kemudian ... Bla ... BLA ... BLA ... ." Pungkasnya mengakhiri apa yang ingin dia sampaikan.

"Apakah ada pertanyaan?" ujarnya setelah selesai dengan semua penjelasanya yang panjang lebar itu. Lalu salah seorang temanku pun mengacungkan tangan untuk memulai pertanyaannya.

Seminggu sudah berlalu semenjak pengumuman dari ketua himpunan jurusan. Ngomong-ngomong soal pengumuman kemarin bulan depan udah November dimana jadwal Diklat untuk anggota baru akan dijadwalkan.

Siang ini kami dikumpulkan di ruangan kelas untuk mendapatkan beberapa informasi mengenai Diklat yang akan di adakan nanti.

Kali ini banyak sekali orang yang berdiri di depan papan tulis yang mengenakan jaket himpunan. Kira-kira ada 10 orang di sana yang merupakan anggota inti atau koordinator dari setiap divisi himpunan.

Hari DIKLAT Himpunan Biologi

Sejujurnya, ini adalah kali pertamaku mengikuti kegiatan diklat di sebuah taman wisata alam seperti ini. Terlebih lagi masuk ke daerah pelosok desa dekat pegunungan di tengah hutan. Aku sedikit takut kala itu, tapi aku coba memberanikan diri. Yah lagipula, tidak hanya aku sendiri yang akan menginap disini. Teman-teman yang lainnya juga sama. Jadi aku akan mencoba untuk tidak takut.

Alih-alih memberanikan diri, aku sedikit kewalahan dengan perjalanan menaiki lokasi kami akan menginap.

"Duh mana barang bawaanku berat pula. Tau gini aku bawa barang sedikit aja," keluhku dalam hati sambil berjalan sedikit demi sedikit menuju lokasi. melihat beberapa temanku berjalan di depan yang tampaknya sudah terbiasa dengan trek jalan jelek seperti ini.

"Alya, muka Lo gitu amat. Baru pertama kali naik gunung?" tanya abil salah satu teman sekelasku.

"Ahh ... iya nih ... ." aku hanya dapat menyeringai bingung mau jawab apa.

"Perasaan bawaan Lo banyak amat. Berat gak? Sini tasnya gue bawaain," lantas abil membawakan tas jinjinganku yang sedari tadi memang membuatku repot untuk menanjak. Tanpa aku berucap iya, dia mengambil dan membawakan tas jinjinganku.

"Ahh ... ternyata abil tipe lelaki yang peka dan baik sekali. Tidak seperti lelaki di sampingku ini nih yang sedari tadi berjalan di sampingku." keluhku dalam hati sembari melihat kearah Gerald yang tidak pernah berbicara sepatah katapun padaku. 

"Dan ntah mengapa untuk beberapa alasan aku sangat sebal meski akau tidak tau kenapa."

"Yah, mungkin karena kami belum cukup kenal satu sama lain. Tapi buktinya abil bisa berkomunikasi denganku. Lalu apa yang salah dengannya? Atau akukah masalahnya? Haahh aku sama sekali tidak mengerti."

"Padahal kami pernah satu kelompok saat presentasi perdana kelas.Tapi kami masih belum bisa bicara layaknya teman sungguhan. Aahhh ... yasudahlah, lebih baik aku mencoba untuk menaiki tanjakan ini. Daripada memikirkan sesuatu yang membuatku tambah lelah pikirku lagi."

Seusai melewati rintangan tanjakan yang panjangnya bukan main. Lelah ini terbayarkan disaat melihat sebuah pondok tempat kami nanti akan menginap. Abil sudah sampai duluan di sana, dengan tas jinjinganku tentunya. Dia pun memberikan tasku dan kembali ke kamar para lelaki untuk beristirahat sejenak sebelum kegiatan Diklat dimulai.

Saat aku memasuki kamar para wanita. Aku melihat beberapa kasur dibawah lantai berjejer dengan dua kasur paling pojok. Ditambah ada dua kamar mandi yang bisa kami pakai saat malam hari dan kapanpun.

Dikarenakan aku datang sedikit terlambat. Semua kasur sudah ditempati dan hanya tersisa kasur atas ranjang dan dua dekat pojok kasur yang menghadap ke kolong ranjang.

"Hahh ... Nasibnya diriku, alamat gak bisa tidur ini," gumamku merapihkan kasur yang menghadap kolong ranjang yang tampak seram.

Meski aku coba untuk berani tidur disebelah situ. Ternyata aku tetap takut tidur paling ujung. Syukurlah Diana yang baik hati bersedia menukar tempat tidurnya denganku dan aku bisa sedikit lega.

"Hanya sekian yang ibu bisa sampaikan pada sambutan kali ini. Ibu harap dengan adanya Diklat himpunan ini akan lebih menambah motivasi dan semangat kita dalam mencintai alam sesuai dengan visi dan misi kita mengenai konservasi." begitulah isi dari sambutan ibu Trista yang turut ikut mendampingi kegiatan Diklat mahasiswa jurusan biologi.

Setelah sambutan, kegiatan selanjutnya diserahkan pada kakak tingkat kami yang sedari tadi sudah sibuk dengan persiapan. Rentetan kegiatan sedari siang hingga sore sudah kami laksanakan. Waktu istirahat tiba jam sudah menunjukkan pukul 16.02 sore. Satu persatu bergantian pergi mandi dan menyiapkan berbagai hal untuk acara api unggun nanti malam.

"Ahnn ...  ini kali pertama aku pergi camping diluar sungguhan. Hatiku jadi sangat berdebar," begitulah dalam benakku.

Yap, ini memang pengalaman pertamaku berada diluar rumah semenjak aku lulus SMA. Ada rasa bahagia, ada juga rasa cemas dan takut. Yah, karena ini malam pertama aku menginap bersama teman-teman. Meski dulu SMA sempat ada kamping juga, namun rasanya tak semenegangkan ini. Bisa kalian bayangkan, aku berada di taman nasional sungguhan. Tentu berjuta rasa aku rasakan saat ini. Meski sedikit takut, tapi aku rasa aku akan baik-baik saja dengan adanya dosen pembimbing dan para senior yang sudah berpengalaman disini.

...

Tak terasa waktu sudah sangat sore aku menatap kearah jendela luar. Suasana memperlihatkan bahwa langit sudah mulai menutup diri dan mentari yang bersembunyi dibalik kabut pegunungan yang sudah hampir semuanya gelap.

"Ahghh ... jadi ini malam di daerah pegunungan," ucapku norak. Sembari menatap pemandangan dibalik pintu kamar para wanita.

"Ayo, kita sudah ditunggu di aula untuk pengarahan, " ujar Zara sembari menepuk pundakku.

"Oke ... ." balasku sembari mengambil sandal diantara rak yang dipenuhi sepatu.

Aku terduduk di bagian paling belakang karena datang paling akhir. Tidak terlalu jelas apa yang para senior instruksikan untuk malam nanti. Sementara itu teman-teman wanita yang lainnya malah membicarakan masalah lain mengenai rumor tempat kami bermalam ini.

"Akhh ... perlukan mereka membicarakan hal seperti itu ditempat seperti ini?" ujar batinku  sedikit takut kala itu.

Usai pengarahan kami ada waktu untuk istirahat dan mandi sore. Satu persatu dari kami selesai mandi dan kembali ke aula untuk makan malam sebelum acara api unggun dimulai.

...

Langit sudah gelap, jam menunjukkan pukul 19.30 saat untuk rangkaian acara terakhir untuk hari ini. Para senior menyalakan api unggun tepat ditengah lapangan terbuka untuk kami bisa mengelilinginya. Melihat api unggun yang menyala membuat jiwa fotograferku bangkit. Aku ambil handphoneku dan aku foto api unggun yang menyala-nyala itu.

"Glek ... ." aku menelan sedikit air ludahku karena kaget. Aku langsung hapus foto yang barusan aku lihat tersebut.

"Ahn, foto apa tadi apinya jadi aneh terlihatnya. Mungkin tadi goyang kali yah saat aku memfotonya?" begitulah ungkapanku saat itu.

Tak lama setelah iseng mengambil foto ditengah kerumunan api unggun. Eka berdiri di sampingku dan nyeletuk bahwa malam ini dingin sekali katanya.

"Yah, namanya juga di daerah pegunungan," balasku singkat.

"Ka ... ." ujarku lagi sembari coba meresapi bau yang baru saja aku cium.

"Kau pakai parfum ya?" tanyaku setelah memastikan bau tersebut adalah parfum yang dipakai oleh eka.

"Iya, emang kenapa?" Jawabnya santai sambil melihat kearah api unggun.

"Heol ... ini cowok!" celetukku dengan suara kecil.

"Emang Lo gak inget apa yang di sampaikan sama kak Riyao sebelum kesini?" tanyaku lagi pada eka.

"Inget tentang apa sih?" eka malah balik nanya.

"Bukanya kita dilarang pakai pakaian mencolok dan parfum ya?" jawabku padanya.

"Wah ... emang iya yah? Gue lupa gimana nih?" sontak eka pun terkejut dan langsung terdiam kala itu juga.

Ditengah pembicaraan kami rupanya Gerald dan Mamas mendengar sekilas tentang bau parfum yang aku bilang pada eka. Kemudian mereka menjelaskan sedikit yang mereka tahu kenapa hal tersebut tidak boleh dipakai ketika di daerah pegunungan.

"Yah, gue gak tau bener apa engganya sih, tapi kalian lihat cabang dahan di atas sana," ujar Gerald melihat kearah atas.

Aku lantas juga melihat kearah sana yang dilihat gerald tapi hanya tampak seperti dahan yang bergerak karena angin bagiku.

"Kalian gak tau kan, siapa tau dahan itu tidak bergerak karena angin! Tapi karena sebab lain. Yah, Lo Taulah ini dimana? Apalagi si eka sekarang pakai parfum di malam begini," ujar gerald lagi dengan suara pelan pada kami.

"Ahh elu Gerald, bisa aja kalo ngomong. Pake nyangkut pautin sama kaya gituan lagi." lantas eka menanggapinya dengan sedikit tertawa kecil namun sedikit gugup pula.

"Ayo semuanya, buat lingkaran mengelilingi api unggun ya." Di tengah obrolan kami, para senior mengintruksikan untuk membuat sebuah lingkaran besar.

"Oke udah semua melingkar?" "Nah, sekarang kalian pegang tangan teman sebelah kalian."

"Duh intstruksi apaan lagi ini? Pegang tangan temen sebelah?"  Woii, sebelah gue cowok semua tau!"  Ungkapku dalam hati  sembari memegang tangan kedua temanku di kiri dan kanan.

"Lo tau gak bar? Apa yang ada dibelakang kita sekarang?" Ujar Gerald pada akbar disampingnya yang kebetulan disamping akbar adalah aku.

"Duh, ini si Gerald! Dari tadi ngomong apaan sih. Mau nakut-nakutin gue, apa gimana sih maksudnya?" Gerutuku dengan suara kecil. Lantas aku sedikit kesal pada Gerald saat itu.

Alhasil akibat mendengar hal-hal yang menakutkan itu, aku tak bisa tidur malam ini. Sepanjang malam aku ketakutan, bahkan tak sanggup lihat teman di sebelahku saat ini. Aku mencoba membuka mataku sedikit demi sedikit, aku ingin tau masihkah Diana yang berada di sebelahku? Apalagi selimut yang ada semuanya putih, tambah parno pula diriku malam itu.

Barulah menjelang subuh aku bisa tertidur sejenak. Itupun aku hanya bisa beberapa jam tersisa sebelum jam enam pagi.

"Hoamm, mataku ngantuk banget, padahal ini hari terakhir kita berada di sini." Ujarku melipat selimut dan bergegas mengantri untuk mandi.

...

Pukul 09.00 aku dan teman-teman pergi menjelajah taman nasional dibantu pemandu dan didampingi oleh beberapa dosen.

"Aghh, rupanya ada hikmahnya juga aku kesini." ujarku pelan. Indahnya pemandangan sekitar kala itu memanjakan mataku. Seketika mataku terbuka lebar melihat suasana pegunungan yang hijau dengan nyanyian burung di pagi hari. Rasa kantukku hilang sejenak melihat pemandangan diiringi angin sepoi-sepoi menerpa pori kulitku. Banyak sekali yang kami dapat lihat dan pelajari disana. Mulai dari tanaman hutan yang bisa dikonsumsi manusia, hewan-hewan endemik tanaman nasional dan ada juga binatang yang harus diwaspadai di setiap pohon yang ada.

Yap, bicara soal binatang yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah "PACET" binatang ini biasanya ada di batang pohon yang lembab bahkan di dedaunan dan tanah yang lembab. Tidak beracun sih, tapi menghisap darahhh. Seketika tubuhku merinding dibuatnya melihat salah satu temanku digigit Pacet.

"Syukurlah, aku pakai pakaian parasut dan tidak lewat tempat becek," ujarku dalam hati yang ngeri melihat temanku digigit Pacet.

"Pacet ini biasa disebut juga lintah darat yang hidup di pohon. Mereka menghisap darah, katanya sih kalo udah kenyang dan jadi gendutan dikit dia bakalan lepas sendiri." ujar Pak Ucep.

"Tapi, tetep aja scary baik itu digigit lintah. Mau itu lintah air atau lintah darat, ugh seramm." Ujar batinku mendengar penjelasan Dosen mengenai Pacet.

Akhirnya, kami selesai dengan melihat-lihat suasana di taman nasional. Kami diintruksikan untuk istirahat sejenak dan mempersiapkan untuk pulang siang ini. Setelah penutupan diikuti dengan berdoa bersama kami satu persatu turun gunung.

"Yes, akhirnya pulang juga," ungkapku dengan senyum lebar.

Tidak seperti naik ke lokasi menginap, menuruni gunung sangat ringan sekali bagiku. Mungkin karena semua cemilan sudah aku makan habis kali ya hahaha. Ntah kenapa aku menjadi satu-satunya wanita yang lebih dahulu menuruni gunung. Kulihat ke belakang hanya ada seniorku dan tak ada teman sekelasku disana. Aku mengurangi langkah kakiku sejenak. Lalu salah satu seniorku yang tak aku kenal namanya berbicara padaku.

"Mau berlomba kah?"

"Hah, apa maksudnya?" Heran pikirku.

Kemudian dia berlari mendahuluiku dan spontan aku menyusul dia dari belakang.

"Aghh ... ahh ... haahhh ... ." Suara nafasku yang terngah-engah. Aku menghela nafas yang panjang karena kelelahan berlari.

Senior itu pun keluar dari warung dimana goal dari perlombaan kami.

"Ahaha, aku yang menang." ujarnya padaku dengan wajah bahagia yang gak jelas.

Aku hanya berusaha menormalkan nafasku saat itu dan terduduk di pinggiran warung sembari menunggu yang lainnya. Selang 10 menit satu persatu teman-temanku menghampiri dari kejauhan. Hingga 15 menit berlalu semuanya sudah berkumpul bersama begitu pula dengan dosen pembimbing kami.

Setelah berkumpul semua, kami melanjutkan kembali perjalanan pulang menggunakan bus mini yang sudah menunggu di parkiran. Setibanya aku dirumah badanku terasa pegal tak tertahankan. Bahkan kakiku tak hentinya bergetar karena kelelahan. Namun yang membuat anehnya aku bisa tidur dengan nyenyak kala itu. Mungkin karena aku tidak merasa takut lagi. Karena di rumah ada ibu dan adikku yang bila takut aku bisa segera menghampiri mereka dan memeluknya tanpa harus khawatir dibilang penakut haha.

...



 BEFORE                                                                                                                          NEXT BAB 4

Feb 12, 2024

ANATA DAKE: BAB 12. RETAK

 


Setelah kejadian tempo lalu. Hubungan Shiorin dan Yuji mulai diterpa  cobaan. Akhir-akhir ini Yuji menjadi sedikit sibuk dengan tugasnya yang dia habiskan bersama Sakura. Shiorin sedikit kesepian dikarenakan kekasihnya yang cukup sibuk dengan tugas karya ilmiah Yuji dan kelompoknya.

Bahkan hari ini Shiorin menatap layar handphonenya lagi untuk memeriksa pesannya yang belum dibalas oleh Yuji. Merasa bosan dengan tidak melakukan apapun akhirnya Shiorin pergi keluar kamarnya untuk menghirup udara segar. Ketika dia terduduk di bangku taman yang tak jauh dari apartemennya dia mendengar suatu yang cukup menarik minatnya untuk turut ikut juga pergi kesana. Akhirnya tanpa tunggu lama dia mengambil tas dari kamarnya dan pergi ke daerah SHIBUYA untuk pergi melihat pameran seni disana.

Dia memesan taxi untuk peri kesana. Ditengah perjalanan menuju tempat tujuan dia terpaksa turun di tengah jalan dikarenakan macet yang disebabkan orang-orang yang ramai keluar masuk daerah sana. Akhirnya Shiorin Turun dari Taxi dan berjalan sedikituntuk pergi ke daerah pameran yang sudah tak jauh lagi jaraknya.

Dia cukup antusias melihat-lihat pameran yang sedang diadakan disana. Meski sendiri dia cukup bersenang-senang melihat-lihat dan menikmati menu makanan yang ada disana. Awalnya dia sempat menelpon Kazu dan yang lainnya namun mereka sedang sibuk hari itu. Sehingga dia putuskan untuk pergi sendiri untuk membunuh rasa bosan yang melanda dirinya saat itu.

Ditengah kesenangan saat menikmati permen kapas kesukaanya selintas seperti dia melihat seseorang yang tak asing baginya berjalan tepat di depannya. Rupannya Mereka adalah Yuji dan Sakura yang baru saja pulang dari kerja kelompok mereka. Ketika Shiorin hendak menyapa mereka dari belakang dia cukup terkaget Sakura memegang tangan Yuji tepat didepannya dan mereka mempercepat langkah mereka untuk melihat sesuatu didepannya.

Shiorin mematung kaku disana, orang-orang berlalu lalang melewati dirinya.  Hingga beberapa saat kemudian ada seseorang yang menyenggol dirinya hingga membuatnya tersadar. Dia lantas melirik sekitarnya mencari mereka berdua. Namun dia tak temukan keberadaan Sakura dan Yuji dimanapun.

***

"Hmmm, Aku pasti salah Lihat! Iya pasti aku salah Lihat."

Shiorin menutup pintu kamarnya dan terduduk tepat dibalik pintu kamar beberapa  saat. Usai mandi dan merapihkan meja belajarnya dia terbaring dikasurnya. Dia cek handponennya dan terdapat pesan balasan dari Yuji.

"Aku ada di Kost sekarang, Ada apa? Apa kau ada perlu sesuatu?" Shiorin sempat ragu sebelumnya namun akhirnya dia menelpon Yuji saat itu juga. Dia mencoba mengkonfirmasi apa yang membuat dia gelisah beberapa saat lalu.

"Hallo ... ."

"Hallo, Tumben kamu telpon duluan. Baru aja aku mau telpon."

"Benarkah?" sedikit tersenyum.

"Iya, habisnya aku kangen karna beberapa hari ini kita jarang ketemu karna tugasku. Maaf yah aku jadi gak bisa nemenin kamu seperti biasanya."

"Oh yah, Aku dengar di SHIBUYA ada pameran seni loh. Kau mau pergi denganku kesana?"

"Ahh, bukannya hari ini terakhir ya? Kenapa gak bilang mau kesana. Aku kan bisa sempetin waktu kesana sebelumnya."

"Ahh, hari ini terakhir ya?" Mengingat kejadian tadi siang.

*****

Shiorin menyimpan handpone tersebut. Dia tersenyum sendu. Memegangi dadanya yang terasa sedikit sakit meski dia tidak tau apa itu.

Keretakan hubungan Yuji dan Shiorin semakin menjadi ketika keduanya mulai merasakan sedikit keraguan dalam hati mereka.

****

SIANG HARI DI KAMPUS

"Lin, Tidak biasanya kau ingin aku menemanimu di perpustakaan?" Tanya Shiorin. Lantas semua orang melirik ke arah mereka berdua yang berisik di depan pintu perpustakaan.

"Ssst ... ." ujung jari Anelin ditaruh dibibirnya untuk mengisyaratkan agar Shiorin tidak berisik.

"Ah, iya ... Oke." Angguk Shiorin dengan suara pelan mengikuti langkah kaki Anelin.

"Ahh, Tidak ada kah?" Anelin lantas kembali ke meja dimana Shiorin terduduk yang sedang membolak-balikan komik di tangannya.

Dia tampak bingung sedikit gelisah. Namun setelah melihat wajah polos Shiorin ketika membaca komik dengan ekspresi yang lucu. Anelin mulai tersenyum dan menyimpan beberapa buku di meja dan melihat-lihat buku tersebut.

Setelah keluar Perpus mereka berjalan di lorong kampus, terlihat Shiorin sedari tadi melihat isi ponselnya yang tampaknya tak ada satupun pesan yang masuk. Hingga mereka melihat Yuji dan Sakura menuruni tangga dan bertemu di persimpangan. Shiorin sangat senang melihat Yuji kala itu dan akhirnya mereka pulang bersama meninggalkan Sakura dan Anelin di belakang.

Halte Bus

"Hmm ... (Melihat kearah Sakura) Kalian cukup dekat yah?" Tanya Anelin.

"Dekat? Ahh lumayan, aku memang cukup dekat dengan mereka berdua." Ujar Sakura

DEPAN APARTEMEN SHIORIN

Shiorin tampak sedikit murung ketika mereka akan berpisah di depan gerbang apartemen miliknya itu. Dia menawarkan kepada Yuji untuk mampir namun rupanya kekasihnya tersebut tidak bisa mampir dikarenakan harus melakukan Kerja Paruh Waktunya. "Amhh, begitu yah. Kalo begitu, gimana bila aku juga ikut kerja paruh waktu bareng kamu?" (Tiba-tiba ide itu muncul begitu saja dalam benaknya dan Shiorin langsung saja mengatakan kepada Yuji). Yuji hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya lalu mengusap kepala Shiorin. "Aku pamit yah, nanti aku hubungi kamu lagi oke." Yuji yang perlahan berjalan menjauhi apartemen. Shiorin hanya bisa menatap punggung tegap kekasihnya itu. Dia tersenyum tipis dengan air mata yang seakan luruh namun dia tidak menangis. Dia menarik napas perlahan dan masuk ke gerbang di hadapannya itu.

KAMAR KOST YUJI

Malam sudah larut, Yuji baru saja pulang dari kerja paruh waktunya. Tak lama kemudian dia mendengar bunyi notif dari ponselnya yang berada tak jauh dari tempatnya rebahan di kasur. Dia lihat ponselnya itu terdapat dua pesan dari Shiorin dan Sakura. Dia membalas kedua pesan tersebut satu persatu selanjutnya dia menuup kedua matanya dengan lengan kirinya. Tak lama kemudian Yuji mulai terlelap tidur.

Disisi lain Shiorin yang belum tertidur menanti balasan dari Yuji. Dia langsung membalas pesan dari kekasihnya tersebut . Namun tak ada balasan lagi dari Yuji. Dikamar yang gelap itu seorang gadis masih duduk terjaga melihat ponselnya yangtak kunjung ada balasan.

Keesokan harinya DI KAMPUS

Shiorin terlihat sangat muram sekali di kelas. Dia bahkan berulang kali hampir tertidur di dalam kelas. Bahkan saat kuliah Shiorin tidak bisa Fokus akan mata kuliah yang di jelaskan oleh dosen yang sedang menerangkan di depan. Alhasil Shiorin sempat kena tegur beberapa kali karena dianggap tidak minat mengikuti kuliah hari itu.

KANTIN KAMPUS

Ketika itu Shiorin sedang munum jus buah kesukaanya bersama beberapa teman kelas lainnya. Tak lama dia melihat Yuji sedang berjalan bersama Sakura melewati kantin. Sontak dia menaruh minumannya di atas meja dan menghampiri Yuji dan Sakura. Shiorin sempat memanggil mereka dari jauh namun Yuji tak mendengar suaranya dan malah asik ngobrol dengan Sakura yang berada di sampingnya. Karna kesal Shiorin mulai mengingat kejadian yang mengganggunya beberapa waktu lalu. Dia mengepalkan tangannya dan mengejar mereka berdua.

Dengan suara terengah-engah akhirnya dia berhasil mengejar mereka berdua dari belakang. Shiorin tanpa sengaja mengucapkan perkataan sinis kepada Sakura dan membuat Yuji tersinggung. Seakan Shiorin menuduh mereka berdua telah selingkuh dibelakangnya.

Namun, Shiorin tidak menyangka bahwa tindakan dan perkataaannya kepada Sakura saat itu justru membuat Yuji marah padanya. Hingga akhirnya Yuji meninggalkan Shiorin dan Sakura disana dan pergi begitu saja. Shiorin sempat minta maaf pada Sakura dan menyesali apa yang baru saja dia katakan. Dia tidak bermaksud atau berfikiran demikian, namun kenyataanya dirinya merasa terganggu dengan kedekatan kekasihnya dengan Sakura tersebut. Sakura hanya tersenyum dan bilang bahwa dia memakluminya dan pergi begitu saja.

Ditengah keramaian lorong kampus itu. Shiorin terlihat lebih depresi karena merasa sangat bersalah kepada Yuji. Dia terdiam berdiri disana diantara orang-orang yang berlalu lalang. Hingga akhirnya Anelin datang dan menupuk punggung Shiorin. Dia menatap dalam Anelin lalu mulai meneteskan air matanya dan menangis kala itu juga.

***


BEFORE                                                                                                                            NEXT

 

ANATA DAKE: BAB 11. ROMANSA

 


Keesokan harinya Yuji dan yang lainnya melakukan aktifitas seperti biasa di kampus. Dikarenakan ujian akan berlangsung kurang lebih semingu lagi Shiorin belajar mati-matian di perpus ditemani Yuji sebagai Tutornya.

****

Hari Ujian Akhir Sekolah sudah di depan mata. Shiorin masih sibuk-sibuknya dengan beberapa tumpukan buku di meja belajar. Besok sudah memasuki hari ujian setelah beberapa hari lalu dia dan Yuji menghabiskan waktu bersama belajar bersama di perpustakaan. Semester ini dia semangat sekali dengan ujian tidak seperti biasanya. Namun nampaknya semangat yang dimilikinya masih belum cukup untuk memahami seluruh pelajaran yang akan diujikan satu minggu ke depan. Di dinding kamar terpasang spanduk "TARGET SASTRA I SEMESTER III"

Tak lama kemudian suara bel berbunyi, Shiorin tiba-tiba terbangun dari tumpukan buku yang menutupi wajahnya. Meski keadaannya cukup memprihatinkan dikarenakan belum mandi dan tampil acak-acakan. Dia langsung menuju ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang berkunjung. "Huhh, Siapa lagi sih yang ganggu di pagi hari yang indah ini." ujarnya berjalan menuju pintu.

Kazu: "Yuhuu, aku datang berkunjung." Ujarnya yang datang untuk memenuhi undangan Shiorin.

Shiorin: "Ahh, Kau rupanya. Masuklah kau datang tepat waktu disaat aku sedang pusing dengan semua materi-materi yang bagaikan koran itu." Ujar Shiorin mulai ngomong ngelantur.

Kazu: "Yah, Penampilan apa-apaan ini---Memegangi rambut Shiorin yang acak-acakan. Bila Yuji melihatmu begini dia pasti langsung minta putus keesokan harinya." Ujarnya melepaskan kembali rambut Shiorin yang dipegangnya. Dia kemudian masuk dan terduduk di Sofa tanpa disuruh.

Shiorin: "Huh--meniup rambutnya keatas. Itu sih kau yah. Yuji tidak akan begitu padaku hanya karena aku berpenampilan berantakan begini." ungkapnya sembari menutup Pintu.

Kazu: "Jadi, pelajaran mana saja yang mau aku ajarkan agar kau mengerti?" ujarnya menatap Shiorin yang terduduk di depannya.

Shiorin lantas tersenyum dan berkata,"Semuanya, Bisa tidak?" seraya mengedip kedipkan matanya dengan pose tangan memohon kepada seorang dewa maha pintar di kelas Sastra I. Kazu cukup terkejut dengan permintaan temannya tersebut. Dia tidak habis pikir dengan yang dilakukan Shiorin selama ini. Padahal dia setiap waktu meminta Yuji untuk mengajarkan kepadanya setiap materi yang akan diujikan dikala mereka belajar di perpustakaan. Namun tidak satupun yang Shiorin pahami dari apa yang Yuji jelaskan padanya. Rupanya ketika Yuji sedang menjelaskan kepada Shiorin. Bukannya Shiorin tambah fokus malah dia tak henti-hentinya memandangi wajah kekasihnya tersebut dan melupakan tentang apa yang Yuji ajarkan.

Kazu: "Aughhh, Kau ini. Sudah aku duga akan sia-sia saja Yuji mengajarkan apapun kepada dirimu. Bukannya Fokus kau malah memandangi wajah Yuji saja seharian bukan!" Ujarnya menggelengkan kepala seraya menyilangkan tangannya karena kesal.

Shiorin hanya bisa diam tersenyum tipis diceramahi oleh Kazu karena tindakannya tersebut. Namun pada akhirnya Kazu tetap mengajarkan beberapa materi yang Shiorin tidak pahami. Mereka belajar seharian sampai malam. Hingga akhirnya Kazu selesai dengan semua yang bisa dia ajarkan kepada Shiorin. Dia memberikan beberapa Tips dan trik kepada Shiorin sehingga waktu mereka tidak terlalu banyak yang terbuang hanya untuk mempelajari satu materi.

Shiorin: "Wahh, Ternyata kau emang Genius kawan. Aku jadi merasa bisa mengerjakan semua soal saat ini. Apakah kau benar-benar dewa sehingga semuanya jadi terasa mudah?" Ungkapnya dengan ekspresi kagum.

Kazu: "Dasar Bodoh, apa-apaan lagi itu." Mengambil sebotol minuman dingin di kulkas.

*****

Hari ujian sudah dimulai. Shiorin memasuki ruangan ujian yang sudah ditentukan sebelumnya. Dia berada diruangan 1.3.1 bersama dengan Kazu dan Rei. Ketika kertas Ujian dibagikan Shiorin cukup terkejut dengan apa yang dia lihat. Dia melihat kearah Kazu seraya tersenyum sumeringah. Rupanya semua simulasi soal yang Kazu berikan hampir mirip dengan soal yang ada tepat di depannya ini. Dia mengerjakan soal satu persatu dan menyelesaikan mengisi soal ujian hingga waktu habis. Shiorin senang bukan main dikala dirinya baru pertama kali dapat menyelesaikan soal ujian dengan lebih mudah dari biasanya. Sebagai ucapan terrima kasih kepada temannya itu, Shiorin mentraktir Kazu makan sepuasnya di Kantin. Tanpa basa basi Kazu langsung menerima ajakan ke kantin dari Shiorin itu. Rei awalnya tak mau ikut meski Shiorin akan metraktrir karna ada beberapa materi yang belum dia pahami. Namun dengan rayuan dari Shiorin bahwa Kazu akan mengajarkannya di kantin barulah Rei turut ikut bersama mereka. Di kantin ternyata Yuji dan Sakura sudah berada disana. Tanpa basa basi lagi Shiorin langsung memeluk Yuji dihadapan orang banyak karena sangat gembira kala itu. Sakura yang melihat itu cukup terkejut dikarenakan Shiorin cukup berani pamer kemesraan di depan umum. Wajah Sakura tersenyum namun dia tidak tampak bahagia melihat kedekatan kedua temannya itu. Meski demikian dia senang bila Yuji dan Shiorin tambah dekat dan akur.

Yuji: "Yah, Kau sesenang itu kah. Apakah penjelasan dariku membuat ujian hari ini benar-benar jadi lebih mudah?" Tanya Yuji cukup terkejut dengan pernyataan Shiorin yang sangat gembira ketika bisa mengerjakan soal ujian lebih mudah. Dia tidak tahu bila Shiorin lebih mudah menyerap materi dikarenakan bantuan dari Kazu dan bukan darinya.

Shiorin: "Ahh...Ahahaha--menggerakan alisnya untuk memberi kode pada Kazu agar tidak memberitahu bahwa dia menerima tutor darinya. Tentu, Karnamu aku jadi lebih mudah mengerjakan soal ujian kali ini." Ungkapnya dengan sedikit tertawa mencoba meyakinkan Yuji. Dia menarik nafas sejenak melagkah menjauh sedikit dari Yuji yang kemudian terduduk disampingnya. Shiorin lantas memesan beberapa makanan untuk disantap oleh mereka bersama setelahnya.

****

Apartmen B12

Shiorin tampak terlihat sedang menunggu seseorang di lobi Apartemen. Dia mulai terlihat bersemangat menghampiri Kazu yang terlihat mendekati Lobi Apartemen. Kazu sedikit bingung mengenai ekspresi aneh temannya tersebut.

"Woy, Kau kenapa? Kesambet setan apa malam-malam begini?" Tanya Kazu heran dengan prilaku Shiorin.

"Yah, Kau ini. Tentu aku menunggumu, Kau malam sekali pulangnya?" Ungkap Shiorin berjalan disamping Kazu menuju Lift.

"Begitulah, Ada beberapa yang harus aku lakukan. Kenapa emang?" Ujar Kazu sedikit curiga dengan gelagat Shiorin yang cukup aneh.

"Hehe... Tidak, Kau lelah yah? Sini biar aku bantu bawaannya, Kau pasti berat." Mencoba membawa barang bawaan Kazu di dalam lift tersebut.

"Udah gak usah ini berat. Lagian ngomong langsung aja apa yang kau mau Orinnn. Aku lelah pengen istirahat tau." Kazu sedikit risih dengan perilaku Shiorin tersebut.

"Ahm, Tidak. Aku hanya ingin menyapamu saja kok." Pintu Life terbuka Kazu keluar dan Shiorin melambaikan tangannya dengan tersenyum.

Kazu membalikan badannya sejenak sebelum Pintu lift tertutup kembali dan bertanya kepada Shiorin apa yang sebenarnya dia inginkan. Namun Shiorin hanya berkata," Tidak ada" tersenyum dan melambaikan tangannya seraya pintu lift tertutup.

Tak lama kemudian Shiorin kembali ke kamarnya. Dia sedikit murung dikarenakan ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan kepada Kazu perihal beberapa materi yang dia masih belum paham. Namun ketika melihat Kazu yang kelelahan dan perlu istirahat. Dia mengurungkan niatnya untuk berkunjung ke kamar Kazu untuk bertanya beberapa materi kuliah padanya. Hingga akhirnya dia hanya bisa mengandalkan beberapa catatan kecil miliknya ketika belajar bersama kemarin.

Dikala Shiorin sedang Mumet-mumetnya belajar tiba-tiba Handponenya bergetar. Kazu mengirimkan beberapa materi yang mungkin bisa dia pelajari untuk ujian besok. Dia sontak tersenyum kegirangan dan segera menulis pesan balasan kepada Kazu. Sesaat Kazu akan merebahkan tubuhnya di kasur. Handponenya bergetar mendapat Pesan dari Shiorin dengan emoticon yang membuat Kazu tersenyum seketika. Kemudian Dia taruh Handponenya seraya menutup matanya dan mulai tertidur.

*****

Tidak terasa satu minggu sudah berlalu. Ujian sudah selesai dan Mahasiswa Sastra FAM University tinggal menunggu hasil ujian seminggu yang akan datang.

*****

Anelin memiliki tiket nonton untuk 4 orang yang diberikan kepada Shiorin secara cuma-cuma dikarenakan Film yang akan tayang tersebut terdapat saudaranya yang turut bermain sebagai aktor pendukung. Oleh karena itu Anelin mengajak Shiorin dan yang lainnya untuk menonton film yang akan tayang perdana malam nanti. Shiorin cukup antusias dengan ajakan Anelin dan langsung membujuk Yuji dan yang lainnya untuk ikut. Tentu saja yang Shiorin ajak bersama dengannya adalah Yuji, Sakura dan Kazu. Awalnya Kazu enggan menerima ajakan Shiorin tersebut karena dia ada jadwal malam nanti. Namun mendadak acaranya batal dan dia langsung berangkat dari lokasinya saat ini ke bioskop tempat mereka akan menonton. Seketika Kazu sampai di bioskop dia melihat orang-orang sudah berkumpul di depan pintu masuk. Kazu datang tepat waktu ketika mereka akan memasuki bioskop dimana filmnya akan ditayangkan.

RUANGAN BIOSKOP

Ketika film diputar Shiorin cukup menikmati adegan horor yang ada di depan layar hingga dia tidak menghiraukan semua yang ada disekelilingnya termasuk Kazu yang rupanya tidak terlalu suka dengan adegan penampakan hantu di layar kaca. Semuanya cukup histeris dan menutup kedua mata mereka ketika adegan hantu muncul begitu pula dengan Sakura yang tidak sengaja memegangi tangan Yuji yang ada disampingnya. Sakura langsung melepaskan tangannya ketika sadar dan sedikit malu kepada Yuji karena memegangi tangannya yang cukup erat. Yuji hanya tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa ketika sakura melepaskan tangannya. Yuji melanjutkan menonton film sesekali dia melihat Shiorin yang cukup menikmati film tersebut. Shiorin tidak sedikitpun menutup matanya dan asik menonton film dengan popcorn yang sedang dia nikmati satu persatu ke dalam mulutnya. Yuji tidak terlihat takut dan bereaksi seperti biasa orang-orang pada umumnya ketika melihat film horor meski dia bukan penikmat film horor. Yuji cukup menikmati film yang ditontonnya tersebut. Namun sayangnya dia sedikit kecewa karena mengharapkan Shiorin yang sedikit ketakutan agar memegangi tangannya justru terlihat paling berani menonton film horor. Alhasil yang tadinya Yuji ingin memamerkan keberaniannya kepada pacarnya itu sia-sia.

****

Shiorin: "Yah, Filmnya keren banget sumpah Nel." ujar Shiorin kepada temannya tersebut.

Anelin: "Sudah Gua duga Lo bakalan suka. Yah kita emang sefrekuensi suka sama film beginian. Hmm, gak sia-sia gue dapat Tiket gratis ini. Gimana menurut kalian?" bertanya kepada teman-teman yang lainnya.

Kazu: "Uhh, Keren parah. Gue sampe bergidig bulu Roma gua!" Ujarnya Lebay sok berani di depan yang lainnya.

Anelin: "Yahh, Sungguh? Baguslah kalo lo suka." Pura-pura tidak pernah melihat kazu ketika menutup matanya saat adegan horor beberapa waktu lalu.

Yuji: "Menurut Gue juga seru kok ceritanya dan horornya dapet banget meski lebih ke Thriler sih."

Anelin: "Hmm, Rupanya lo tau juga tentang alur dan plot. Anak sastra 1 emang dah. Btw Sakura, Lo dari tadi diem aja wajah lo kenapa pucat gitu? Lo sakit." Semua orang Melihat kearah Sakura yang wajahnya terlihat pucat fasih.

Sakura: "Aku... Ahh...." Perlahan menutup matanya dan hampir terjatuh. Yuji yang ada di sampingnya dengan sigap memegangi tangan sakura dan merangkulnya sebelum terjatuh.

Sakura jatuh pingsan di pelukan Yuji. Semua orang panik berusaha menolong. Kazu dengan sigap menelpon ambulan dan mereka membawa sakura ke rumah sakit.

Yuji terlihat khawatir akan keadaan sakura dan menemaninya di ruang rawat sebagai kenalannya. Shiorin yang melihat kekasihnya begitu khawatir akan keadaan sakura membuat dirinya terdiam sejenak di pintu masuk rumah sakit. Kazu yang menyadari hal itu lantas menepuk pundak shiorin dan menarik tangannya agar turut masuk ke dalam. Mereka berdua menunggu di ruang tunggu beserta yang lainnya.

Hari sudah mulai larut. Kazu lantas mengajak Shiorin untuk pulang bersamanya. Meski Dia enggan pulang pada awalnya, setelah Yuji memintanya untuk pulang dan beristirahat di rumah akhirnya Shiorin meninggalkan rumah sakit bersama Kazu dan lainnya.

Kamar Shiorin...

Dia taruh tasnya, berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan lainnya. Dia terbaring di ranjangnya dan perlahan-lahan menutup matanya.

BEFORE                                                                                                                                  NEXT

Entri yang Diunggulkan

Lirik lagu FREE OST KPOP DEMON Hunter's

  FREE LIRIK LAGU   I tried to hide but something brokel  I tried to sing, couldn't hit the notes The words kept catching in my throat I...