MIRACLE HELIANTHUS: BAB 5. Sepenggal mimpi dari kenangan seorang anak

 


 

Aku berjalan menuju gang rumah. Dikala melihat beberapa anak kecil sedang berlarian menggunakan seragam sekolah dasar. Mereka berlarian dengan berteriak mengenai keinginan mereka masing-masing. "Jangan lari kau penjahat, tunggu kau." "Ayo lari, polisi datang." "Bukan polisi, tapi superhero tau." Kenangan masa kecil itu terbayang kembali dibenakku.

...

"Ada banyak pengertian mimpi. Salah satunya adalah angan-angan. Ada pula yang mengartikan mimpi itu adalah bunga tidur. Bagiku sendiri, mimpi itu adalah Banyak hal. Tergantung dari kau menginginkanya apa."

...

Setiap manusia diwaktu kecil pasti memiliki cita-cita atau mimpi yang ingin dia capai ketika dewasa nanti. Begitu pula dengan diriku. Meski saat itu aku sendiri juga tak yakin dengan apa yang aku ucapkan mengenai cita- citaku disaat besar nanti. Dulu disaat aku kecil, ada yang bertanya padaku. "Sudah besar mau jadi apa nak?" tentu saja aku menjawab secara spontan tanpa tau bagaimana caranya menggapai mimpi itu.

Aku ingin jadi insinyur pertanian seperti ayah. Itulah yang aku ucapkan saat aku kecil dulu. Sangat mudah untuk diucapkan meski tak tau arti dari sebuah pertanyaan tersebut. Dua hari setelah aku menjawab pertanyaan seorang bapak-bapak tetangga rumahku. Aku melihat sebuah koran tergeletak di meja. Aku iseng melihat koran yang tergeletak dimeja itu. Aku melihat isinya dan aku baca. Lalu aku terkejut melihat isi dari berita di koran yang menyebutkan artis cilik paforitku juga memiliki cita-cita yang sama denganku. "Wahh hebat." Betapa bahagianya aku saat itu. Memiliki keinginan yang sama dengan seseorang yang aku kagumi. Tak ada rasa bahagia yang lain bagi anak sekolah dasar membaca berita tersebut.

Dikala sekolah dasar dulu, aku sekolah di SD Negeri yang tak jauh dari rumahku. Rute menuju sekolah bisa ditempuh menggunakan kendaraan umum dan juga dengan berjalan kaki. Aku berangkat sekolah dengan adikku yang kebetulan satu angkatan denganku. Meski jarak kelahiran kami berbeda tapi dia sudah bisa berada diangkatan yang sama denganku. Meskipun tak semahir diriku yang lebih dahulu mengenal pensil untuk menulis. Adikku harus sering berlatih terus agar dapat bertahan di kelas yang sama denganku. Oleh karena itu ibuku mengajarkan adikku pelajaran tambahan dirumah agar dia tak ketinggalan jauh denganku yang sudah bisa membaca dan menulis. Berbeda denganku, adikku selalu bersama ibuku. Yah, mungkin karna aku seorang kakak jadi jarang sekali berada di dekat ibu dan lebih sering bermain bersama teman seumuranku. Mungkin juga karena aku sudah bisa melakukan apapun seorang diri. Jadi ibuku tak terlalu memperhatikan aku. Meski begitu aku termaksud anak yang cukup mandiri kala itu.

RUMAH

Acara televisi di hari minggu.

"Ultramen gaya ... ."

"sailor moon ... ."

"Doraemon dan lainya."

Yeahh, keren-keren sekali ketika aku melihat acara televisi tersebut. Pahlawan memang sangat keren dimata anak-anak. Selalu membela yang lemah dan membantu sesama. Itulah yang aku pikirkan saat itu. Dulu aku sangat terobsesi dengan segala sesuatu yang berbau heroik. Aku bahkan mencoba menolong teman-teman yang tertindas di kelas oleh kakak kelas. Bila dipikir lagi, "Ahh betapa bodoh dan naifnya aku dulu." Aku hanyalah seorang anak yang naif kala itu. Menolong orang tanpa tau situasi dan kondisi. Aku sangat ingin menjadi seperti superhero di televisi. Kenangan masa kecilku penuh dengan segala sesuatu yang kekanak-kanakan. Normal sih, namun bila aku ingat lagi sekarang. "Wahh, aku tak tau harus berkata apa."

Memory SD Ekskul Pramuka

Hari sabtu adalah hari sekolah kami untuk khusus ekskul pramuka. Kelas untuk anak pramuka ada di ruang kelas 6 yang paling ujung dari semua kelas. Dikarenakan sekolah kami kekurangan kelas. Ada kalanya beberapa dari kami tidak kebagian tempat duduk karena minimnya kursi dan banyaknya anggota pramuka. Siapa cepat datang pagi dialah yang mendapatkan kursi untuk duduk, begitulah aturan kala itu. Karna aku dan adikku selalu datang pagi. Maka aku selalu mendapat kursi pada hari sabtu. Saat itu aku menyimpan tasku di kursi nomer satu di kelas. Lalu aku keluar sebentar untuk keluar. Sesaat aku kembali keruangan, tasku sudah ada di bangku nomer 2. Adikku yang ada dikelas saat itu memberi tahu kronologis kejadian kenapa demikian. Ternyata yang memindahkan tasku adalah para seniorku di kelas 6. Namun untuk beberapa anak yang orang tuanya terpandang dan banyak duit masih bisa mendapatkan bangku nomor satu tanpa di pindahkan ke kursi lainnya. Meski aku tidak tau kenapa demikian kala itu. Hanya saja saat itu aku mulai tersadar, bahwa tak ada keadilan di dunia nyata. Aku hanya menahan rasa sakit di dadaku ini. Aku mencoba untuk tidak menangis. Tak hanya itu, banyak dari teman-temanku yang tidak kebagian tempat duduk saat itu. Aku memutuskan membagi tempat duduk kami pada teman kami yang terlambat datang. Melihatnya tersenyum membuatku sedikit bahagia. Mungkin masih ada yang bisa aku lakukan, begitu pikirku waktu itu. Jadi setiap pagi di hari sabtu aku bersiap duduk di bangku no 2 bersama adikku untuk mengamankan tempat duduk kami. Kami juga menempati bangku kedua yang lainnya agar teman satu kelas kami yang terlambat bisa mendapatkan tempat duduk. Begitu dan begitulah kegiatanku di hari sabtu.

Bicara soal ekskul Pramuka tak ayal hubungannya dengan kamping atau persami. Sebelum kenaikan kelas sekolah kami akan mengadakan persami di sekolah. Kami tak pernah ikut dan tak pernah mendapatkan izin dari orang tuaku setiap ada kegiatan di sekolah. Tapi karna kami sekarang sudah kelas 5 SD aku dan adikku akhirnya mendapat izin untuk mengikuti acara persami pertama kami kala itu. Untuk berjaga-jaga aku membawa termos dari rumah bila sesuatu yang tak diinginkan kemungkinan terjadi. Hal itu aku lakukan karena kami tak kebagian kelompok karena mendadak mendapat izin orangtua. Jadinya kami tak memiliki teman yang membawa kompor di kelompokku atau lebih tepatnya aku hanya berdua saja dengan adikku. Aku tak terlalu ingat kejadian itu, namun aku berusaha menikmati setiap waktuku, itulah yang kuingat.

Mendapatkan izin untuk menginap di sekolah untuk acara Pramuka pertama kami bagaikan mendapat Jackpot. Aku dan adikku sedikit antusias kala itu. Kami mempersiapkan segalanya untuk keperluan kami berdua. Setibanya dilokasi yaitu sekolah. Kami datang terlambat dan ruangan sudah penuh dengan orang-orang yang menggelar tikar. Kami berdua tidak melihat satu pun teman kami yang ikut persami saat itu. Rupanya teman-teman yang dekat denganku dikelas tak mengikuti persami hari itu. Meskipun ada beberapa teman sekelas lainnya, namun kami tak begitu dekat. Hingga mereka sedikit tidak menghiraukan kami dengan kesibukan mereka sendiri mempersiapkan perlengkapan untuk malam nanti. Kami pun tak mendapatkan tempat untuk tidur. Bahkan para guru tidak sadar bahwa kami tidak memiliki kelompok untuk membawa tikar. Para guru hanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Aku melihat sekeliling hanya sibuk dengan diri mereka sendiri. Aku sadar, terlambat adalah kesalahan kami sehingga mereka tak sadar kehadiran kami. Namun aku tak berkecil hati karena hari itu adalah hari yang aku dan adikku tunggu. Kulihat ada tempat kosong di tengah ruangan yang bisa kami pakai untuk tidur. Aku tutupi area kosong itu memakai kertas koran untuk menyimpan barang bawaan kami. Saat malam kami tambahkan sejadah untuk ibadah agar tidak kedinginan. Persami pertama yang aku impikan tak sesuai dengan keinginanku. Rasanya sedih sekali kala itu. Hanya kami berdua yang tidur beralaskan sejadah. Kami juga makan mie dari termos yang kami bawa. Tanpa dimasak menggunakan kompor. Tapi meski begitu, aku tidak terlalu bersedih. Aku anggap semua itu menjadi pelajaran berharga untukku. Agar saat persami atau kamping nanti aku lebih mempersiapkan diri lagi.

Malam pawai obor akhirnya tiba, meski sempat kecewa sebelumnya. Akhirnya ada sesuatu yang menarik di persami pertamaku ini. "Malam pawai obor." kami semua bangun di malam hari kala itu. Kami semua menyalakan obor yang kami bawa dari rumah. Kami melakukan pawai obor berjalan menyusuri perkampungan dekat sekolah. Kala itu adalah pertama kalinya aku berjalan di luar rumah pada malam hari bersama teman-teman Pramuka. Bintang malam kala itu sangat indah. Bulan juga bersinar dengan indahnya. Aku mengucap syukur kepada Tuhan. Di persami pertamaku ini, banyak pelajaran yang bisa aku petik.

Hari Pembagian Raport Kelas 5

Hari ini hari pembagian rapot untuk semua siswa dari kelas 1-6 SD. Seperti biasa yang mengambil raportku dan adikku adalah ibuku. Karna ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya. Meski demikian ayah selalu menanyakan hasil nilai belajar kami. Bila nilai rapot kami bagus dia berkata itu baru anakku. Apabila nilai rapot kami jelek dia bilang bukan anakku. Bisa dibayangkan bukan perasaan anak kecil yang harus mendengar perkataan seperti itu dari orang dewasa.

Ayahku, perkataanya bagai perintah. Kami bagai robot yang hanya harus mengatakan iya dan siap. Kami bahkan tak pernah bilang tidak bisa atau tidak mau. Kami selalu berusaha agar kami bisa melalui waktu ke waktu dan itu akan selalu ada di depan kami menghantui seumur hidup. Begitu dan selalu begitu sampai aku memasuki sekolah selanjutnya pun masih saja tak ada yang berubah.

Meski demikian aku harus bertahan karna aku anak pertama demi keluargaku. Kuharap aku memiliki waktu lebih. Setidaknya sampai aku bisa membuat ibuku bahagia. Meski aku tak tau kapan hal itu akan bisa aku lakukan. Namun semangat dan harapan itu akan selalu aku simpan. Meski tak berharap banyak, tapi harapan adalah secercah cahaya yang akan menerangi jalanku.

Begitulah, sepenggal kisah ketika aku sekolah dasar dulu. Ada kalanya aku mengingat kenangan dahulu. Beberapa rasa yang tak bisa aku ungkapkan. Baik dulu ataupun sekarang bahkan nanti. Aku masih terus berjuang meniti jalan. Menuju tujuan yang orang-orang bilang goal hidup bagi seseorang. Akan ada keajaiban atau tidak pada kehidupan biasa diriku ini. Aku akan coba untuk melaluinya dan mencoba menikmati hariku saat ini.

 

BEFORE                                                                                                                           NEXT BAB 6

 

Comments

Popular Posts