Feb 15, 2024

CURSE: BAB 5. Marker

 

 BAB 5. MARKER

Tanpa terasa malam semakin larut. Namun hujan masih mengguyur kawasan hotel Welliam's. Aluna dan semua tim Ekspedisi Greenly berada di kamar mereka masing-masing. Dalam keadaan hujan deras aluna tak kunjung tidur karena takut akan suara petir yang menggelegar terdengar di kupingnya. Dia terjaga sepanjang malam hingga hampir pagi dia barulah bisa tertidur.

******

Keesokan paginya semua tim ekspedisi sarapan bersama. Tampaknya ada beberapa orang yang tak hadir disana. Aluna melirik sekeliling meja makan namun tak dia temukan Profesor Obalyn dan Profesor Johnson. "Apa mereka belum bangun?. Ahh tidak mungkin. Pasti karena alasan lain mereka tidak sarapan pagi. Lagipula, penutupannya sudah selesai kemarin sore bukan?" ungkap aluna dalam hatinya sembari menikmati sarapan pagi.

Ditengah lamunannya kala itu. Vincent dan Shin datang menghampirinya yang sedang terduduk sendirian di mejanya. "Sendirian aja, mana Paula teman sekamarmu?" tanya Shin terduduk di hadapan Aluna yang masih dalam lamunannya."Hey... Halloo. " Shin mengarahkan tangannya di depan wajah Aluna.

"Ahh, (Aluna tersadar dari lamunannya) Kak Shin. Kapan kau ada disini?" (Aluna tersenyum dan tampak bingung kenapa Shin tiba-tiba ada di hadapannya).

"Kau ini.. (Shin menggelengkan kepalanya) yasudahlah mungkin kau masih lelah." ujar Shin yang tak ingin pembicaraan mereka tambah panjang. Dia lantas meminum teh hangat yang sedang dipegangnya itu. Tak lama Vincent datang dengan membawa kopi hangat serta roti sebagai menu sarapan paginya.

"Yah, Kak Shin suka sereal sebagai sarapan pagi rupanya?" ujar Vincent menghampiri dan terduduk diantara mereka. "Ahh pagi.." sapa vincent pada Aluna mengangukan kepalanya.

"Amh, pagi juga." balas Aluna. Lantas dia sedikit mengerutkan keningnya dan matanya melotot terkaget sedikit heran karena beberapa waktu lalu mereka tidak pernah berinteraksi. Bahkan meski mereka berdua berada di angkatan yang sama sehingga Aluna sedikit terkejut dengan sikap Vincent pagi ini.

•••

Sekilas INFO...

Sejak awal pelatihan sebelum keberangkatan ekspedisi. Vincent hanya berinteraksi dengan Shin seorang di karenakan dia adalah seniornya di klub beladiri dan salah satu senior yang dia hormati sebelum masuk Wells University. Mereka dahulu pernah tinggal bertetangga ketika di London. Dikarenakan hanya berbeda satu tahun dengan Shin. Lantas mereka sudah seperti teman dekat. Namun Vincent tetap menghormati Shin dengan memanggilnya kakak/senior. Dia tidak memiliki kakak atau adik sehingga kehadiran Shin membuat Vincent terasa memiliki seorang kakak. Awalnya Vincent tidak pernah tertarik mengikuti ekspedisi yang diadakan di kampusnya. Meski keluarganya sudah mendorongnya untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dia tak ingin mengikuti kegiatan tersebut karena dia kira kegiatan itu tidak terlalu menarik. Hingga pada akhirnya dia mengetahui bahwa Shin akan mengikuti kegiatan ekspedisi yang pernah keluarganya bahas beberapa waktu lalu.

Vincent merupakan salah satu mahasiswa dengan kepandaian diatas rata-rata di angkatannya. Terutama untuk jurusan Biologi yang nanti pada akhirnya akan menjadi seorang ilmuan kelak. Dia bahkan sudah pernah ikut serta melakukan beberapa riset untuk ukuran anak SMA hingga mendapatkan beberapa penghargaan. Namun meski dia memiliki bakat dan talenta yang luar biasa. Sayangnya dia tidak banyak memiliki motivasi untuk dirinya sendiri. Meski keluarganya berasal dari keluarga ilmuan yang ahli dalam ilmu fisika. Dia tidak terlalu tertarik dengan yang namanya ilmu Sains dan lainnya. Dia ahli dalam berbagai hal, namun tak satupun yang membuat dia tertarik. Bahkan saat mengikuti pelatihan untuk Ekspedisi Greenly saja, dia melakukannya hanya karena ada Shin senior yang dia hormati di dalamnya. Tidak banyak yang dapat membuat dia tertarik di sepanjang hidupnya. Dia tak pernah mendapat saingan yang mampu menandingi kegeniusannya. Hingga saat tes seleksi ekspedisi dimulai dan dia ketahui ada seorang mahasiswi yang mampu bersaing dengan dirinya. Mahasiswi itu adalah Aluna. Pada awalnya Vincent sempat sedikit bersikap jutek kepada Aluna. Namun seiring pertemuan mereka di lokasi ekspedisi sebagai satu tim. Sikap Vincent kini berubah sedikit lebih baik pada Aluna. Ditambah lagi semenjak dia mengetahui bahwa Aluna adalah salah satu dari keturunan keluarga Hoppes. Meski demikian, dia tidak secara langsung bisa mengakrabkan diri dengan Aluna. Dia masih lebih sering berbincang dengan Shin ketika mereka bertiga bersama.

•••

Usai sarapan pagi mereka bertiga kembali ke kamar untuk packing baju bersiap-siap ceout hotel. Mereka bertiga keluar hotel dan menaiki mini bus bersamaan dengan semua peserta ekspedisi dengan tujuan bandara. Ditengah perjalanan mereka melihat kerusakan yang diakibatkan hujan badai tadi malam. Pohon-pohon tumbang dan ada juga pohon yang tersambar petir. Namun dikarenakan sigapnya petugas pemerintah di daerah sekitar. Semua kerusakan dapat segera diatasi setelah hujan reda di pagi buta tadi meski bekas kerusakan masih terlihat di sepanjang jalan.

Aluna melihat-lihat rekan yang lainnya. Namun tampaknya tak dia temukan seseorang yang dia cari. Lantas dia menatap jendela mobil kembali dan sedikit menghela nafas. Sesampainya di bandara semua peserta menaiki pesawat yang akan segera berangkat tepat pukul 10.20 sesuai dengan tujuan mereka masing-masing. Aluna, Vincent dan Shin menempuh perjalanan selama 2 jam 30 menit untuk sampai di kota Phinleaf dekat dengan ibukota Well. Peserta yang lainnya menaiki pesawat yang berbeda menuju kota mereka tinggal. Di bandara mereka berpamitan sejenak sebelum boarding pass menuju pesawat. Pesawat sampai di bandara Welles pukul 12. 21 siang hari.

LOBI BANDARA

Dikala keluar dari lobi bandara. Taxi yang Shin pesan sebelumnya sudah menanti. Dia menaiki taxi terlebih dahulu dan berpamitan dengan Aluna serta Vincent. Shin sempat mengajak mereka berdua untuk pulang bersama. Namun tampaknya mereka memiliki tujuan yang berbeda hingga tak bisa memenuhi ajakan Shin. "Hati-hati di jalan senior," ujar Vincent melambaikan tangan diikuti Aluna yang juga melambaikan tangannya. "Kau sudah memesan taxi? Apa masih belum datang?" tanya Vincent spontan setelah Shin pergi dengan taxi yang dinaikinya. "Hmm, aku mau naik bus umum dari sini dan kau?" ujar Aluna sembari melihat jam tangannya. "Ahh kau juga kah?" ungkap Vincent yang sedikit terkejut.

•••

Mereka berdua pulang menggunakan bus dengan tujuan kompleks perumahan Phinleaf dekat kampus Well University. Aluna turun terlebih dahulu diikuti Vincent di menit ke dua. Vincent turun dari bus berjalan beberapa langkah dari halte pemberhentian. Dia lihat jam tangannya dan mampir ke minimarket sejenak. Keluar dari sana dia berjalan kembali menuju tempat tujuannya. "Hey bro, Lo udah balik aja. Kenapa gak minta jemput gua aja sih!" ujar Edgard yang baru membeli beberapa minuman berada dibelakangnnya.

"Ahh, buat apa. Emang gue anak kecil." balas Vincent membuka pintu gerbang.

...

"Wahh, asik lu beli cemilan banyak juga ternyata (melirik kearah kantung kresek yang dibawa Vincent). Btw gua mau bikin mie Lo mau?" ujar Edgard sembari mengambil cup mie di lemari.

"Nggak deh, gue capek dari perjalanan. Gue mau tidur dulu," ungkap Vincent yang meletakan bawaannya lalu langsung menuju kamarnya.

"Oke, Lo istirahat aja yang banyak. Gue mau makan mie dulu kalo gitu." ujar Edgard menuju dapur.

...

Sembari menikmati mie yang baru saja dia buat. Edgard menonton televisi yang sedang menyiarkan pertandingan sepak bola. Sementara Vincent berada di kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.

...

Sekilas INFO....

(Edgard adalah sepupu jauh dari Vincent. Ibu dari Edgar merupakan saudara dari keluarga Vincent. Rumah yang mereka tinggali saat ini adalah salah satu rumah keluarga Vincent yang terletak Phinleaf yang letaknya tak jauh dari kampus. Awalnya rumah itu merupakan salah satu kos-kosan yang biasa di sewa mahasiswa lelaki. Namun dikala Vincent kuliah di Well University, rumah tersebut tidak lagi dijadikan tempat kos-kosan melainkan tempat tinggal pribadi. Alasannya adalah karena Vincent tak terlalu suka dengan kehadiran banyak orang disekelilingnya. Bahkan di kelasnya sendiri Vincent tak banyak teman disana. Meski dia merupakan salah satu mahasiswa terpandai. Satu-satunya teman yang dekat dengannya hanya Edgard sepupunya dan Shin seniornya).

BEBERAPA JAM BERLALU

"Hoamm." Vincent keluar dari kamarnya setelah tidur selama 4 jam.

"Kau sudah bangun?" ujar Edgard sembari menonton siaran televisi kala itu. Tiba-tiba ketika iklan terdapat berita breaking news yang disiarkan mengenai kejadian di daerah Welliam's. "Hey, bukankah itu daerah dimana kalian menginap?" ujar Edgard sembari melihat kearah Vincent.

"Ahh.."(mencoba melihat namun karna tak jelas dia mencoba menghampiri dengan sedikit berjalan menuju sofa). Vincent melihat berita tersebut dengan posisi berdiri. "Kau benar, saat itu memang ada hujan badai. Bahkan saat pulang banyak pohon yang roboh kala itu. Hoamm... (menguap dan sedikit mengucek matanya)," ujar Vincent yang masih belum sepenuhnya membuka mata.

"Gilaa. sampai separah itukah (menunjuk ke arah Tv yang memperlihatkan tempat kejadian). Syukurlah kau dan yang lainnya baik-baik saja. Lalu bagaimana dengan ekspedisinya?" tanya Edgard pada Vincent.

"Amh.. bagaimana yah?" Vincent terdiam sejenak dan berjalan menuju kamar mandi. "Nanti aku ceritakan bila sudah ingat," ujarnya meninggalkan Edgard di ruang Tv.

"Shinhh.. Dasar.. dia tak pernah serius.. ahh sudahlah nonton lagi mending." Edgar memindahkan chanel Tv menjadi hiburan musik dan mulai menggoyangkan kepalanya.

•••

KEDIAMAN ALUNA DI TOKO ROTI

"Bukankah kau lelah, setelah pulang dari Welliam's?" tanya Paman Aluna seketika begitu melihat keponakannya itu mencoba membawakan beberapa nampan yang berisi roti.

"Tidak kok Paman, aku sudah istirahat tadi. Sini Paman, Biar aku bawakan rotinya ke etalase (Aluna mengambil nampan berisi roti dan menaruh roti yang dibawanya ke etalase toko). "Apakah hanya segini yang kita jual hari ini?" tanya Aluna ketika sudah menaruh semua rotinya.

"Yah, aku rasa cukup sebanyak itu, Lagipula hari ini sedang tidak banyak pesanan." ujar Pamannya sembari menaruh celemek yang dipakainya.

"Paman istirahat saja, biar aku yang jaga toko saat ini." ujar Aluna sembari merapihkan beberapa tatanan roti di etalase.

"Amhh.. baiklah, bila sudah pukul 19.00 kau bisa tutup tokonya yah." Pamannya merapihkan bajunya dan masuk ke dalam ruangan tengah.

"Baik paman, selamat beristirahat." Aluna terduduk di kursi dimana tempat kasir berada.

MALAM HARINYA

Pukul 19.00 aluna menutup toko roti Pamannya. Dia menuju ruang makan dimana bibinya sudah menyiapkan makan malam untuk mereka.

"Duduklah Luna, bibi sudah masak Risotto kesukaanmu." Bibinya menaruh makanan di depan kursi Aluna.

"Wahh, senangnya. Rasanya senang sekali bisa makan masakan bibi lagi (Mencium aroma Risotto dihadapannya)." Ungkap Aluna merasa sedikit bersemangat melihat menu makan malam kala itu.

"Ahh Luna ini, bila memuji paling bisa saja. Sudah cepat dimakan selagi masih hangat," ujar bibinya yang senang melihat kepoakannya itu menikmati masakan buatannya.

"Baik bibi, aku makan yah." Aluna memulai makan masakan yang ada dihadapannya itu.

"Kau ini, masa kalah dari Luna. Padahal Risotto itu tidak terlalu panas. Tapi makannya masih belum habis sedari tadi," ujar Bibi Aluna kepada Pamannya.

"Mau bagaimana lagi, aku ini tidak bisa makan selagi masih panas kan. Lidahku ini sudah sensitif dari dulu." Ungkap Pamannya yang memberikan alasan.

"Ahh yasudahlah, sini perlu aku tiupi agar cepat dingin?" mencoba meraih risotto yang sedang ada dihadapan suaminya itu.

"Wah, kau pikir aku anak kecil. Sudahlah.. lebih baik kau juga ikut makan bersama kami." Menganggkat Risottonya dan mencoba meniupi makananya sendiri.

"Iya..Iyah.. ini baru aku mau makan." Sedikit menyeringai sebelum memakan makanannya itu.

Aluna hanya bisa tersenyum melihat kehangatan yang ditunjukan oleh Paman dan Bibinya itu.

Beberapa Menit Setelah Makan Malam

"Oh yah Paman.. Bibi, aku ada sesuatu untuk kalian. Sebentar aku ambilkan dahulu dikamar yah" ujar aluna setelah menghabiskan makanannya dan mencuci piring. Aluna menuju kamar dan membuka koper yang belum sempat dia buka sehabis pulang dan beristirahat tadi siang. "Ahh ini, dan ini". Aluna mengambil beberapa barang dari koper dan kembali ke ruang tengah dimana bibi dan pamanya berada.

"Ini apa luna?" tanya bibinya yang terheran dengan benda kecil ditanganya.

"Itu adalah daun Semanggi berhati empat. Daun itu sangat terkenal di kalangan para pendaki. Aku mengambil daun itu ketika di hutan sebelum memasuki kastil. Banyak yang bilang bila kita menyimpan daun itu, maka keberuntungan akan datang. Percaya tak percaya sih. Namun karena langkanya daun itu, aku tertarik untuk mengambilnya. Bahkan aku sempat berebut dengan teman-teman ketika menemukannya" ujar luna antusias.

"Bukankah berarti ini sangat berharga buatmu Luna?", ungkap bibinya.

"Tentu saja, namun kalian lebih berharga buatku. Jadi sebagai seseorang yang berharga buatku. Aku ingin memberikan sesuatu yang berharga itu untuk kalian"

"Ahh kau ini buat kami terharu saja Luna..."

...

Aluna kembali ke kamarnya setelah selesai berbincang dengan paman dan bibinya. Dia tiduran diranjang setelah merapihkan beberapa pakaian. Dikala dia hendak memejamkan matanya. Tiba-tiba terdengar suara benda yang dilemparkan ke jendela kamarnya. Seketika dia membuka mata dan melirik ke arah jendela.

"Hmm, siapa yang iseng melempar batu ke arah jendela?" Aluna meneguk ludahnya seraya turun dari ranjangnya.

Dia sedikit ragu untuk membuka gorden jendela. Diriknya jam yang menunjukan pukul 23.00 malam hari. Melihat waktu yang sudah malam, dia urungkan membuka gorden dan kembali ke ranjangnya.

Plak.. suara jendela yang dilemparkan batu kecil.

Plak..

Plak..

"Huhhh.. siapa sih orang yang jahil ini. Rasanya tetangga belakang tak pernah seperti itu. Apa ada yang mau dia sampaikan ya?" ungkapnya kembali dalam hati.

"Tapi.. itu tidak mungkin, inikan sudah larut!" Aluna lantas menutupi bagian wajahnya dengan selimut.

Plak..

Plak..

Plak..

Dibalik selimut Aluna sempat merinding dan ketakutan dikarenakan suara itu. Ketika suara tersebut tak henti-hentinya menganggu. Aluna lantas kesal dan mengambil tongkat pemukul yang berada di pojok kasurnya. Spontan dia buka gorden dan jendela kamarnya tersebut.

"Ehh.. tidak ada orang... Glek, " tiba-tiba degub jantung Aluna semakin cepat. Dia merasa dibelakangnya ada seseorang yang berdiri. Dia tengok perlahan dan terkejut melihat sosok lelaki tinggi berjubah di belakangnya. Akhirnya dia pingsan dan tak sadarkan diri.

Lelaki itu mengulurkan tangannya dan mengusapkan sesuatu ke kepala Aluna. Langit malam yang tadinya cerah diterangi rembulan tiba-tiba mendung dan hujan turun dengan derasnya. Petir menyambar merobohkan pohon besar di sekelilingnya rumah dekat Aluna.

•••

Pagi tiba dengan pancaran sinar mentari menerpa wajah Aluna yang tergeletak di lantai. Dia membuka matanya perlahan. Dilihatnya sekeliling kamarnya dan mulai terkaget. "Astaga, kenapa badanku terasa dingin. Langit kamar juga tampak jauh sekali?" ujarnya yang belum sadar tergeletak di lantai. "OMG, aku... kenapa aku tidur dilantai?" Aluna akhirnya tersadar dan bangun dari tempatnya tergeletak. "Huacchih," suara bersin yang dikeluarkannya karena kedinginan.

"Aluna.. kau sudah bangun. Ayo cepat turun dan sarapan." Panggil bibinya untuk segera sarapan pagi.

"Iya bibi, aku segera turun." Aluna keluar dari kamarnya menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya. "Haah, ada apa denganku ini. Aku merasa lelah sekali. Padahal baru saja bangun tidur. Apa karena aku tidur dilantai kah. Lalu kenapa aku bisa tidur dilantai?" Aluna masih tampak bingung seraya melihat wajahnya di kaca ketika mencuci wajahnya.

KAMPUS_MIPA1

Aluna berjalan di lorong kampus menuju kelasnya. Hari itu adalah hari pertamanya memasuki kelas biologi A setelah dia mengikuti ekspedisi beberapa hari lalu. Aluna pindah kelas berdasarkan hasil tes ujian masuk dan pencapaiannya sebagai peserta ekspedisi untuk para calon peneliti masa depan. Dia memasuki ruang kelas yang tampak asing baginya. Aluna yang notabenenya dari kelas biologi D dimana hanya terdapat mahasiswa biasa disana.

"Hallo, namaku Aluna dari biologi D. Salam kenal semuanya,"ujar Aluna sebelum memasuki pintu kelas biologi A. Meski sedikit gugup berada dikelas yang baru. Aluna memasuki ruangan dan terduduk di kursi yang masih kosong. "Ahh, rasanya aneh sekali disini. Lagipula mereka kenapa diam saja melihatku?" ungkap Aluna ketika duduk di kursi yang masih kosong.

Beberapa saat kemudian Vincent memasuki kelas. "Ahh, Vincent," spontan Aluna melambaikan tangannya kepada Vincent. "Yah, kau jadi benar berada di kelasku? Tidak heran sih," ujar Vincent kepada Aluna sembari berjalan mendekati bangkunya. Lantas dia terduduk disamping Aluna yang terduduk di belakang. Teman-teman sekelas terkejut melihat Vincent yang tak pernah bicara dengan sembarang orang memulai percakapan dengan Aluna yang baru masuk ke kelas mereka. Dia bahkan terduduk di samping Aluna untuk menemaninya.

"Wahh, apa-apaan ini?. Akan ada badai apa rembulan cerah di Phinleaf." Ungkap anak-anak biologi A secara pelan melirik kearah mereka

•••

Hingga beberapa saat kemudian Dosen memasuki ruangan dan memulai kuliahnya kala itu.


BEFORE                                                                                                            NEXT BAB 6

 

CURSE: BAB 4. Permulaan petaka

 

 BAB 4. PERMULAAN PETAKA

 

RUANG TENGAH KASTIL

Ketika Aluna berjalan menuju ruang tengah kastil. Semua orang sudah berkumpul disana. Vincent dan Shin juga tampak berada di tengah-tengah mereka.

"Ada apa ini? Kenapa mendadak ramai begini." Aluna lantas menghampiri keramaian tersebut. "Apa? Sebuah peti?" dia terkaget dengan temuan teman-temannya itu.

"Karna berat, kami meminta teman-teman yang lainnya untuk membawa kemari. Namun kami belum tau apa isi dari peti ini," ungkap Vincent kepada Profesor Johnson dan Obalyn yang baru saja tiba bersamaan dengan Aluna.

"Tidak!.. kalian tidak boleh membawa peti itu keluar dari kastil!" tiba-tiba sesosok lelaki berjubah hitam datang dari ujung lorong pintu kastil.

"Siapa dia?. Pakaiannya aneh sekali."

"Hey, bukankah dia lelaki yang beberapa waktu lalu."

"Benarkah? Ahh iya. Dia lelaki yang menggangu kita membuka gerbang utama." ujar mereka yang berada di tim satu gerbang depan. Lelaki tersebut menghampiri kerumunan itu dengan membawa pisau kecil ditangannya.

"Hey mau apa kau?. Lalu kenapa dia membawa pisau ditangannya."

"Minggir kalian!" ujar lelaki berjubah hitam. "Aku harus menghancurkan sumber petaka itu sebelum kita semua menyesal nanti." Lelaki itu berlari dan mengacungkan pisaunya menuju keramaian.

"Ahh gila, dia menuju kemari. Cepat menghindar."

Para peserta ekspedisi lantas menjauh dari jangkauan lelaki yang membawa pisau itu. Namun sebelum lelaki itu mencapai tempat para anggota ekspedisi. Langkahnya terhalang oleh Shin yang menghadangnya sebelum sampai di antara mereka.

"Woahh Shin! yang benar saja. Dia mau melawan orang gila itu," ujar salah satu anggota ekspedisi.

"Kak Shin." Aluna sedikit cemas melihat Shin berhadapan dengan lelaki tak dikenal itu.

"Tenang saja, dia adalah senior kita dengan sabuk hitam. Tidak usah khawatir, semuanya akan baik-baik saja," ujar Vincent yang sedikit merasa lega Shin yang menghadapi lelaki tak dikenal itu.

"Kau...siapa kau?. Darimana kau dan apa tujuanmu mengganggu pekerjaan kami," tanya Shin pada lelaki yang ada di hadapannya.

"Minggir!" ujar lelaki itu. "Aku harus memusnahkan sumber masalah disini. Minggir aku bilang!" lelaki tersebut mencoba membuat Shin mundur dengan mengacungkan pisaunya. Perkelahian diantara mereka tidak bisa dihindari. Shin berhasil menangkis pisau tersebut. Akan tetapi lelaki yang dihadapinya rupanya seorang ahli beladiri juga. Mereka saling pukul dan melukai satu sama lainnya. Hingga di detik terakhir Shin berhasil melumpuhkan lelaki tersebut dikala dia lengah.

"Tidak, kau jangan mendekati peti itu!" ujar lelaki berjubah hitam yang perhatiannya teralihkan ketika Obalyn mendekati peti.

"Chance!" Shin mengambil kesempatan dari kelengahan lelaki itu dan berhasil melumpuhkan kedua tangannya dengan plintiran.

"Lepas brengsek, aku bilang jangan menyentuh peti itu!" (Melihat kearah Obalyn yang berada di dekat peti). Lelaki tersebut terus berkata demikian dikala ada seseorang yang mendekati peti. Dibantu rekan ekspedisi lainnya Shin mengikat tangan lelaki itu dengan tali. "Maaf kawan, tapi sebaiknya kau tidak menggangu pekerjaan kami." ujar Shin kepada lelaki tersebut.

"Jadi siapa kau, apa sebenarnya yang ada di dalam peti tersebut hingga kau ngotot sekali membuat keributan disini. Bila kau hanya berteriak tidak jelas, bagaimana kami bisa mengerti kawan?" ujar Shin kembali menatap ke arah mata lelaki tersebut.

Tap..tap tap, dikala Shin sedang mengintrograsi lelaki tersebut. Obalyn menghampiri mereka berdua. "Anak muda, kau tau apa yang ada didalamnya? Bisakah kau memberitahu kami mengapa tidak boleh membuka peti tersebut. Bila alasanmu jelas dan logis, ada kemungkinan kami mendengarkanmu dan tidak membuka peti itu." ujar Obalyn kepada lelaki berjubah hitam itu.

"Profesor? Apa yang anda katakan?" ujar Lorenzo yang terkaget mendengar perkataan Profesor Obalyn. Lantas Obalyn mengangkat tangannya mengisyaratkan pada Lorenzo untuk menghentikan ucapannya. Melihat Profesor Obalyn mengangkat telapak tangannya membuat Lorenzo terdiam sejenak. Obalyn tersenyum dan menganggukkan kepalanya dihadapan lelaki berjubah hitam itu agar dapat mempercayainya.

"Baiklah, akan aku beritahu. Tapi dengan satu syarat, kalian jangan pernah membuka peti terkutuk itu." ujar lelaki tersebut.

"Tentu, bila itu logis dan memang tidak boleh dibuka. Kami akan mencoba untuk tidak membukanya." ujar Obalyn berusaha meyakinkan lelaki yang berada dihadapannya.

"Namaku adalah Erik, aku bertugas menjaga kastil ini dari turun-temurun. Rumahku tak jauh dari keberadaan kastil ini."

"Jadi, kaulah orang yang mengubah peta keberadaan kastil azmut ini?" Shin memotong pembicaraannya.

"Ya, aku harus melakukan segala upaya agar kastil ini tidak diinjak oleh manusia."

"Kenapa begitu? Pasti ada alasannya kan. Sampai kau berbuat sampai seperti itu?" ujar Shin sedikit penasaran.

"Itu karena kastil Azmut ini sudah dikutuk."

"Dikutuk katamu, yang benar saja?" Vincent menyela karena tidak percaya akan kutukan.

"Kalian percaya atau tidak aku tidak peduli. Aku hanya menjalankan tugas dari leluhurku agar peti itu tetap ada di tempatnya. Selebihnya aku tidak peduli." ujar lelaki itu mengakhiri penjelasannya.

"Dikutuk yaa.. namun aku tak merasakan apapun di dalam peti itu. Kau pasti bergurau, hey anak muda. Jangan coba membodohi kami ya." ujar Falseek paranormal yang ikut bersama dengan mereka.

"Benarkah itu Falseek?. Kau tak mendeteksi sesuatu yang aneh di dalam peti itu?" tanya Johnson yang tiba-tiba bereaksi akan ucapan Falseek paranormal yang dia percayai.

"Aku tidak bohon. Peti itu menyimpan sesuatu yang terkutuk. Kalian jangan coba-coba untuk membuka bagian dalamnya." ungkap lelaki berjubah hitam.

Perdebatan yang semakin sengit diantara mereka. Namun perdebatan itu berhasil di tampik oleh argumen Profesor Lorenzo kala itu juga.

"Maaf saja anak muda. Kami ini tidak mempercayai hal yang tidak masuk akal. Lagipula, spiritual kami Falseek bilang tidak ada yang mencurigakan disana. Sebaiknya kau hentikan ocehan konyolmu dan jangan coba memanipulasi kami lagi." ujar Lorenzo saat itu juga.

Usai perdebatan itu akhirnya mereka membuktikan ucapan lelaki berjubah dengan membuka peti tersebut. Falseek sendiri yang membuktikan bahwa di peti tersebut tidak terdapat apapun didalamnya. Dia membuka peti tersebut dan tak ada apapun di dalamnya.

"Tidak mungkin, kosong? Bagaimana bisa?. Jadi selama ini...aku hanya menjaga peti yang tidak ada apapun di dalamnya?" Lelaki itu terkejut dengan kenyataan yang dilihatnya. Dia tersungkur dan syok kala itu juga. Begitu pula dengan Profesor Obalyn dan Profesor Johnson.

"Jadi, ini semua hanyalah lelucon kah?" Obalyn meninggalkan keramaian dan meninggalkan buku yang dia pegang tergeletak di lantai." Prof, Anda mau kemana?" Johnson mengikuti Obalyn berjalan dibelakangnya.

"Buku itu, kenapa dia membuangnya?" Aluna mengambil buku yang ditinggalkan oleh Profesor Obalyn.

***

Beberapa saat dikala keadaan sudah sedikit tenang. Profesor Johnson memberikan instruksi terakhirnya sebagai ketua tim ekspedisi.

"Terima kasih atas partisipasi kalian semua selama beberapa hari ini. Kalian adalah para calon peneliti masa depan yang luar biasa yang berjasa membantu ekspedisi di hutan Well ini. Bersamaan dengan telah ditemukannya lokasi kastil Azmut yang membuktikan bahwa kerja keras kita membuahkan hasil. Untuk penelitian lebih lanjut akan di bicarakan pada proyek selanjutnya. Kemudian bersamaan dengan ini saya sebagai ketua tim Ekspedisi Greenly. Kegiatan ekspedisi hutan Well resmi ditutup."

Johnson menutup kegiatan ekspedisi sore harinya. Setelah penutupan mereka seraya berkemas meninggalkan posko penginapan mereka. Sebelum meninggalkan hutan, Johnson sempat menemui Erik penjaga Kastil Azmut.

Toktoktok...

"Kau.. buat apa kau datang kemari?" ujar Erik ketika membuka pintu rumahnya.

Johnson tersenyum kepada Erik seraya melangkah ke dalam rumahnya.

"Tidakkah... kau kesepian sendiri disini?" ujar Johnson melihat-lihat sekeliling rumah Erik.

"Apa maksud perkataanmu? Langsung saja apa tujuanmu datang kemari!" ungkap Erikk yang langsung berdiri kembali dari posisinya terduduk.

"Pemuda yang tidak sabaran sekali." Johnson melihat wajah Erik dari dekat. "Bukankah, kau lebih baik meninggalkan tempat ini Erik. Kau sendiri melihat tadi siang bahwa peti yang selama ini kau jaga ternyata kosong. Lalu, untuk apa kau masih harus tinggal di tengah hutan menjaga kastil tersebut." ungkap Johnson pada Erik lagi.

"Tidak ada hubungannya denganmu paman. Ini adalah hidupku, terserah aku mau tinggal dimana aku mau." balas Erik yang tak mau diberitah.

"Kau pemuda yang kerasa kepala rupanya ya. Aku menyukai tipe pemuda seperti kalian. Sama seperti diriku dulu. Bila boleh dikata, sesungguhnya aku sedikit kecewa dengan hasil temuanku kali ini. Aku kira teoriku benar tentang peninggalan batu bertuah itu. Namun ternyata itu semua hanyalah omong kosong."

"Batu bertuah? dari mana kau tau tentang itu?" Erik lantas sedikit tertarik dengan yang dibicarakan oleh Johnson.

"Ahm, rupanya kau juga tahu sesuatu mengenai batu bertuah itu. Itu artinya teoriku 50:50 antara benar dan hanya hipotesis saja. Namun yang membuatku bingung adalah... Amh peti tersebut ternyata kosong. Yah apa boleh buat."

"Hey paman, kau tau dari mana tentang batu bertuah itu?" tanya Erik pada Johnson sedikit kasar dengan menarik kerahnya.

"Mengenai itu... (Mencoba melepaskan tangan Erik dengan sedikit mendorongnya kebelakang dan menempelkan kertas yang berisi kartu namanya tersebut) Yah, pokoknya kau bisa menghubungiku di nomer tersebut. Aku harap kita bertemu kembali." Johnson lantas meninggalkan kediaman Erik setelah berbicara dengannya.

Mobil-mobil yang sedang menunggu keberangkatan telah terparkir di depan posko penginapan. Aluna dan yang lainnya sudah berada di mobil Van untuk para peserta Ekspedisi Greenly. Tak lama kemudian Profesor Johnson muncul dari arah hutan menuju mobil pribadi yang dia akan naiki. Satu-persatu dari mereka meninggalkan posko penginapan tersebut. Mereka berangkat menuju hotel tempat pertama mereka berkumpul sebelum berangkat ke hutan Wells.

Hotel Welliam's

"Arghh, lelahnya.. akhirnya aku bisa tidur di kasur yang empuk setelah beberapa hari berada di hutan belantara." Aluna menaruh tasnya dan mulai merebahkan tubuhnya.

....

....

"Woahh, kita sekamar rupanya." ujar Shin.

"Yahh, tidak aku sangka bisa berbagi kamar dengan senior Shin," balas Vincent.

"Ahh lebay Luh."Berjalan menuju Sofa panjang yang terlihat empuk di pojokan.

"Hahaha, Tidak pantas kah?" ujar Vincent seikit tertawa.

"Tentu saja, kau ini tidak cocok bercanda seperti itu tau. Wajah dan ucapanmu jauh sekali perbedaannya. Jadi tolong hentikan oke." Merebahkan tubuhnya di Sofa dan menikmati waktu istirahatnya sejenak.

"Am oke. Ahhhhh, nyamannya. Tidak terasa ekspedisinya sudah berakhir saja ya." ungkap Vincent sembari merebahkan tubuhnya di kasur.

"Kau benar, tidak terasa seminggu kita di hutan dan kini sudah selesai." balas Shin sembari melepaskan atribut yang masih menempel di tubuhnya.

"Tidakkah kau merasa ekspedisinya terlalu monoton senior?" tanya Vincent terduduk dari posisinya rebahan.

"Monoton?. Maksudmu kurang menegangkan Apa bagaimana?" ujar Shin meluruskan pembicaraan mereka yang juga mulai dalam posisi terduduk di Sofa.

"Yahh, aku tidak tau benar apa tidak pemikiranku ini. Namun bagiku, ekspedisi ini sedikit aneh dan mengganjal. Serasa ada yang kurang saja begitu. Lagipula kita tidak diizinkan melihat-lihat lebih jauh kastil dan mendokumentasikannya. Hanya para peneliti senior yang diperbolehkan meneliti tentang kastil itu. Bukankah itu sedikit tidak adil, terlebih lagi kita sudah membantu mereka sampai sejauh itu. Yah meskipun bagian yang menariknya tidak terbukti ada." ungkap Vincent yang mengeluarkan unek-uneknya kepada Shin.

"Kau ini, ternyata masih tidak puas ya."

"Salahkah?"

"Tidak... itu normal menurutku," Shin tersenyum. "Sudahlah, aku mau mandi terlebih dahulu. Sebentar lagi kita ada pertemuan untuk makan malam bersama bukan?"

Shin Jong menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sementara Vincent masih memikirkan kejadian tadi siang di kastil.

Aneh sekali, apa aku emang salah lihat. Aku rasa, peti di dalam ruangan itu ada lebih dari satu. Tapi.. kenapa yang ada hanya satu yang mereka bawa. Selain itu.. kutukan apa yang membuat dia sampai seperti itu yah. Dalam lamunannya Vincent masih merasa janggal dengan kejadian di kastil. Namun karena dia tidak terlalu tertarik dengan hal yang mistis. Dia abaikan kejanggalan yang dia ketahui itu.


35 Menit setelah Shin masuk kamar mandi dan sudah melakukan beberapa aktivitas lainnya sementara Vincent masih saja rebahan.

"Kau masih tiduran saja, cepat mandi dan ganti baju. Sekarang sudah hampir jam 19.00 waktu untuk kita turun makan malam tau.", ujar shin melihat Vincent yang masih rebahan di kasur saat dia baru keluar dari kamar mandi.

"Ahh iya, aku mandi sekarang juga. Bukannya senior yang lama sekali di kamar mandi?" ujar vincent dari lamunannya kala itu.

•••

Di sisi lain di tengah hutan tempat ekspedisi. Erik yang memikirkan ucapan Johnson untuk meninggalkan hutan dan memulai hidup baru. Tampaknya dia putuskan untuk kembali ke kastil lagi untuk terakhir kalinya. Namun dari kejauhan dia melihat fenomena yang tidak biasa disana.

"Apa itu?. Bukankah tadi sore orang-orang sudah meninggalkan lokasi hutan ini?" ujar Erik melihat aktifitas beberapa orang keluar dari kastil. Dia lantas mengikuti orang-orang tersebut. "Apa!.. Apa itu. Peti? dan juga ada tiga peti dengan beberapa tanda di atasnya. Jangan-jangan itu adalah peti yang seharusnya tidak boleh meninggalkan kastil! Celaka, kenapa aku bisa kecolongan dan dibodohi begitu mudahnya," ungkap Erik dalam benaknya ketika melihat orang-orang yang memasukan peti kedalam mobil box.

"Hei, apa yang sudah kalian lakukan!" Seru Erik. "Cepat kembalikan peti-peti itu ketempat semula!" Erik keluar dari balik pohon besar dimana dia bersembunyi. Dia mencoba mencegah peti-peti tersebut dibawa keluar dari areal kastil.

"Urus dia sekarang juga!" ujar lelaki yang memakai masker memasuki mobil dan menyalakan mesin.

"Berhenti kau!.. aaaahh...kurang ajar.. ber..hen..ti. aku.. mo..hon.". Erik pingsan ketika menerima pukulan dari seseorang yang bertubuh besar di belakangnya.

•••

Di hotel Welliam's semua tim ekspedisi sedang menikmati waktu makan malam bersama mereka. Tiba-tiba lampu hotel mati dan membuat seisi pengunjung panik untuk sementara.

"Kepada para pengunjung diharap tenang. Kami sedang mempersiapkan tenaga listrik cadangan. Jadi mohon jangan tinggalkan tempat kalian berada saat ini karena dikhawatirkan terjadi suatu hal yang tidak diingnkan." ujar manager hotel Welliam's memberika intruksi kepada pada pengunjung yang mulai panik.

Tak lama kemudian lampu kembali menyala. Namun diluar tampaknya menunjukan cuaca yang tidak biasa. Tiba-tiba hujan turun disertai guntur. Pohon-pohon disekitar hotel bahkan sampai ada yang tumbang hingga terbakar. Para pegawai tampak sibuk menangani hal yang tak terduga tersebut. Demi keamanan dan kenyamanan para pengunjung yang datang. Petugas hotel menyerukan agar memasuki ruangan mereka masing-masing. Para pengunjung hotel akhirnya kembali ke ruangannya masing-masing.

"Ada apa ini? Ntah mengapa perasaanku tidak enak." ungkap Aluna yang berjalan bersama Paula teman satu kamarnya.

***

 BEFORE                                             NEXT BAB 5

CURSE: BAB 3. Azmut Kastil

 

 BAB 3. AZIMUT KASTIL

 

FOREST

"Tempat ini berada di pinggir hutan yang merupakan posko penginapan kita. Mulai saat ini kita akan bagi tim berdasarkan tugas pada posisinya masing-masing."

***

Beberapa saat setelah pengumuman dari pimpinan tim ekspedisi tersebut. Semua tim menyiapkan peralatan mereka masing-masing untuk memulai pencarian benda bersejarah yang berada di tengah hutan. Tim penjelajah terdiri dari 24 orang yang mana terdiri dari 3 orang menjadi 8 tim ekspedisi. Vincent mendapatkan tugas berjaga di posko pengungsian. Sedangkan Aluna dan Shin Jong mendapat tugas menjadi tim penjelajah.

"Luna, kau percaya dengan sesuatu yang di luar akal sehat?" tanya Shin kepada Aluna yang kebetulan berada dalam satu tim. Dia bicara dengan suara pelan melihat kearah sekeliling.

"Percaya tak percaya sih. Lalu kenapa kak Shin tanya seperti itu padaku ?" tanyanya kembali berbisik.

"Ntahlah, aku sedikit gugup mengikuti ekspedisi tahun ini. Rasanya ekspedisi ini sedikit janggal untukku," bisiknya kembali.

Benar kata kak Shin. Ekspedisi ini janggal sekali. Kami bahkan tak boleh melihat isi peti yang nanti kami temukan. Ditambah lagi, mengapa ada dukun yang ikut dalam ekspedisi?. Imbuh Aluna dalam hatinya setelah pembicaraan mereka.

***

Beberapa waktu lalu di hotel sebelum memasuki kawasan hutan.

"Perkenalkan, dia adalah Tuan Falseek. Dia adalah paranormal yang biasa menangani hal yang tidak biasa di sekitar hutan. Kami memanggil beliau hanya untuk berjaga-jaga saja," ujar Johnson penangung jawab Ekspedisi Greenly.

Paranormal? Kenapa tidak mengajak pendeta atau ustadz saja sekalian?. Yahh, apa mereka semua itu sama saja apa ya?. Wahh, rupanya sebagian dari para senior peneliti ini adalah orang-orang beriman yah, tutur Vincent dalam benaknya sedikit menyeringai menganggap pemikiran mereka konyol.

Tak hanya Vincent, rupanya Aluna dan Shin Jong juga berpikiran sama dengan dirinya. Namun mereka tak menaruh curiga apapun dengan kehadiran paranormal di sekitar mereka. Sampai kedatangan mereka di Well forest tiba.

***

Gakkk..gakkk..gakkk..

Tiba-tiba terdengar suara gagak yang terbang melintas di atas perjalanan mereka.

"Hey, tidakkah semakin kedalam hutan. Rasanya semakin gelap dan dingin disini?" ujar Danielle teman satu tim Luna dan Shin.

Sejenak mereka melihat kearah atas pepohonan dan menelan ludah mereka masing-masing dengan keringat dingin tanpa sebab. "Ayo kita lanjutkan perjalanan," ujar Shin kembali memimpin jalannya penjelajahan mereka.

Danger!!! Dilarang lewat.

Setelah satu jam perjalanan. Terlihat papan bertuliskan bahaya bila melintas. Lantas Shin Jong melihat peta yang dibawanya. "Aneh, kenapa peta ini mengarah ke daerah berpapan nama itu ya?" Imbuhnya kebingungan dengan petunjuk yang ada di peta dan jalan yang mereka tempuh.

"Kembali saja kah? Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?. Jelas-jelas kita tidak bisa melewati batas yang diperingatkan," ujar Luna.

"Kau benar, terlalu beresiko kita masuk kedalam hutan. Lagipula kenapa tim kita hanya terdiri dari tiga orang saja sih?", ungkap Daniel yang mulai cemas.

Shin Jong akhirnya mengeluarkan alat komunikasi yang dia bawa. "Test..test.. disini tim tiga. Kami dalam kesulitan menuju lokasi, terdapat papan peringatan di area sekitar jalan yang kami tuju. Perlukah kami kembali untuk meninjau kembali peta tempat lokasi tersebut," ujar Shin menggunakan alat komunikasi mereka.

"Disini tim satu, benarkah itu?" tanya ketua regu tim satu yang didalamnya ada Profesor Johnson.

"Iya pak benar sekali".

"Baiklah, tim kalian segera kembali ke posko. Kami juga mendapatkan masalah dengan peta yang kami bawa. Segera kembali ke posko," ujar ketua tim satu kembali.

"Baik pak laksanaka," ungkap Shin.

POSKO PENGINAPAN

"Bagaimana penjelajahannya, apakah berjalan dengan baik senior?" tanya Vincent pada Shin sembari memberikan sebotol minuman untuknya.

"Ahh terima kasih ( Menerima botol minuman dari Vincent). Yah, begitulah. Ada masalah sedikit mengenai peta lokasi. Kami tak bisa melanjutkan perjalanan kami karenanya. Tapi aku sudah menghubungi Profesor John. Dia bilang akan kembali sebentar lagi," ujar Shin.

"Begitukah?. Sayang sekali aku tidak kebagian menjelajah. Aku harap bisa ikut pergi kesana," ujar Vincent mengeluh pada Shin.

"Tenang saja, besok kau pasti kebagian. Lagipula hari ini hanya meninjau lokasi dan peta apakah benar atau tidak. Sepertinya besok akan ada perubahan bila tidak berjalan sesuai rencana." Shin lantas membantu Vincent membagikan minuman kepada mereka yang baru saja datang dari meninjau peta lokasi.

Benar saja apa yang dikatakan oleh Shin. Keesokan harinya semua orang ikut dilibatkan dalam ekspedisi. Vincent mendapatkan bagian dalam tim jelajah bersama Shin dan Aluna. Mereka didampingi dengan tim senior dua orang yaitu Profesor Lorenzo dan Marina.

Setelah semalam meninjau peta yang mengarah menuju situs kuno terdahulu. Sang ahli sejarah dan Meteorologi Mr. Kenzo berhasil memecahkan peta dibantu ahli bahasa kuno Prof. Obalyn.

Sudah aku duga. Dari keenam rute dipeta ini. Semuanya menuju arah bahaya dimana ada papan peringatan diantaranya. Lihat saat kita menyatukan ke enam peta sekaligus. Ada garis hijau yang samar-samar terlihat menuju titik ditengah. Ada kemungkinan titik ditengah itu adalah situs kastil yang kita cari. Besok kita akan bagi enam kelompok menyusuri enam jalur hijau yang menuju titik tersebut, ungkap Kenzo kepada rekan-rekannya setelah meninjau peta dan sejarah hutan Wells tadi malam.

Tim Shin terdiri dari : profesor Lorenzo dan Mariana serta didalamnya ada Shin, Vincent, Aluna dan Daniel. Mereka mendapatkan rute enam dimana jalur masuk belakang yang berada jauh dari posko penginapan. Lantas mereka berenam berangkat pagi-pagi sekali menggunakan Jeep yang sudah disediakan untuk menuju jalur masuk yang dituju.

Kira-kira satu jam perjalanan menggunakan Jeep. Mereka sampai pada titik yang ditunjukan oleh peta. Samar-samar namun tampak jalur jalan yang bisa dilewati oleh pejalan kaki. Mereka berjalan menuju lokasi ketika Jeep tak bisa masuk lebih jauh. Matahari sudah bersinar terik diatas mereka. Rasa lelah dan haus tak terkira menerpa tubuh keenam penjelajah itu. Mereka memutuskan beristirahat sejenak sebelum memutuskan dalam meneruskan perjalanan mereka.

"Prof, persediaan air kita hanya sedikit. Aku akan mencari sumber air terdekat untuk mengisi ulang botol kita dahulu di sungai sana," ujar Shin.

"Begitukah, Daniel kau ikut bersama shin. Bawa juga alat pendeteksi kadar air dan racun ini. Kalian hati-hati dan cepatlah kembali", ujar profesor Lorenzo.

Sementara shin dan daniel pergi mengambil air. Mereka berempat mendiskusikan seberapa jauh lagi untuk sampai ke situs tersebut. Hingga Shin dan Daniel kembali. Mereka melanjutkan perjalanan setelahnya.

"Wahh, luar biasa pintu gerbang yang menakjubkan," ungkap Profesor Mariana terkagum melihat pintu gerbang yang ada di depannya itu.

"Wahh, hebat.. inikah situs itu?" Ungkap Shin dan yang lainnya.

Kemudian profesor mulai mengeluarkan peralatannya dan mulai menganalisis perjalanan mereka. Setelah selesai menandai di peta. Lalu dia mulai gambar dan mendokumentasikannya.

"John, apakah kau sudah berada di depan gerbang kastil depan?" tanya Lorenzo kepada Profesor Johnson melalui alat komunikasi yang dipegangnya.

"Yah, aku sudah tepat di depan gerbang masuk. Profesor Obalyn sedang melihat pola sandi reruntuhan di pintu gerbang. Bisakah kau periksa beberapa tanda di halaman tengah Enzo," ujar Johnson.

"Baiklah, aku akan minta seseorang di timku untuk membantu memecahkannya," balas Lorenzo menutup komunikasi mereka.

Lalu, beberapa saat kemudian setelah kedatangan keenam tim ekspedisi di depan gerbang situs. Muncullah seorang lelaki dengan jubah hitam menghampiri mereka.

"Sebaiknya, demi kebaikan kalian. Jangan coba membuka pintu gerbang atau mengambil sesuatu yang ada di dalamnya. Kalian tak akan pernah tau apa yang akan terjadinya setelahnya," ujar lelaki berjubah hitam tersebut yang muncul di hadapan tim satu pintu utama gerbang.

Namun ucapan lelaki tersebut tidak di hiraukan oleh orang-orang yang sudah kegirangan tersebut.

"Yess, akhirnya kita menemukan kastil peninggalan terdahulu," ujar salah satu peserta ekspedisi tersebut.

Sementara itu di pintu gerbang belakang...

"Aluna, kau bisa bantu kami memecahkan bahasa loma ini?" ungkap Profesor Lorenzo setelah berbicara melalui alat komunikasi dengan prof Johnson di tim satu gerbang pertama.

Setelah itu, Aluna membantu salah satu Profesor meletakan beberapa batu agar sesuai seperti buku kuno yang dipegang Profesor Mariana.

Treddd.....dredddd...

...Hi Ra Ke ...

Pintu tersebut terbuka dikala Aluna menyusun huruf bahasa daerah disekitar hutan Wells.

"Wahh, keren kau aluna!" Ungkap Daniel terkagum melihat kebolehan teman setimnya tersebut.

"Boleh juga anak itu," ujar Vincent setelahnya yang juga sedikit terkagum olehnya.

"Kerja bagus Luna," ujar Shin menunjukan jempol kanannya pada Aluna. Lantas Aluna kembali membalas mereka dengan tersenyum dan memberikan dua jempol.

Pintu gerbang pertama berhasil dibuka oleh Prof Obalyn. Begitu pula dengan gerbang belakang berhasil dibuka berkat Aluna dan Profesor Mariana. Setelah pintu gerbang terbuka di depan mereka. Secara otomatis pintu di empat gerbang tempat lainnya ikut terbuka.

"Siall, kenapa manusia sekarang bisa mengerti bahasa terdahulu!" ujar lelaki berjubah hitam dalam benaknya.

Disaat tim satu hendak memasuki situs kuno reruntuhan kerajaan tersebut. "Prof, orang dibelakang tadi sudah tidak ada," ungkap seseorang melihat ke arah belakang tempat lelaki berjubah hitam berdiri.

"Benarkah?. Aneh sekali. Buat apa dia kemari bila akhirnya pergi juga," ujar Johnson sedikit merasa bingung melihat kearah belakang sebelum melanjutkan langkahnya.

Tanpa menunggu lama ke enam tim ekspedisi memasuki gerbang pintu secara bersamaan. Mereka bertemu ketika memasuki gerbang tersebut.

"Lorenzo, akhirnya kita berhasil," ungkap Johnson menepuk pundak Lorenzo ketika bertemu di dalam kastil.

"Tidak aku sangka, kastil ini begitu besar hingga mencakup hampir 1/8 dari hutan. Tapi anehnya, kenapa susah sekali menemukan lokasi pastinya ya?" Lorenzo masih tampak bingung.

"Kau benar, lagipula. Siapa yang merubah jejak di peta. Awal penjelajahan kita dibingungkan dengan digiring ke area berbahaya pula," balas Johnson yang mulai kepikiran.

"Wahhh, inikah kastil peninggalan bangsawan azmut?. Besar dan megah sama seperti yang ada di buku sejarah," Aluna terkagum-kagum bukan main melihat semua yang ada di dalam gerbang tersebut.

Disaat aluna sedang menikmati apa yang dia lihat tersebut dengan beberapa catatannya. Johnson dan Obalyn menghampirinya untuk bicara beberapa hal penting.

"Kau yang bernama aluna?" tanya Obalyn menyapa Aluna.

"Aku dengar kau dari keluarga Hoppes, bisa kita bicara sebentar diluar," ujarnya kembali sembari menuju luar kastil.

"Keluarga Hoppes? Pantas saja dia bisa membaca bahasa kuno. Itu menjelaskan betapa berbedanya dia dengan semua mahasiswa dari kelasnya dahulu," ungkap Vincent melirik ke arah Aluna yang berjalan ke arah luar bersama Profesor Obalyn dan Profesor John.

••••••

Sekilas Info

Keluarga Vincent adalah salah satu keluarga bangsawan yang menjadi salah satu penyumbang ilmu pengetahuan di England. Mereka turun-temurun menjadi seorang ilmuan yang ahli dalam ilmu fisika. 

Sedangkan keluarga Hoppes adalah salah satu keluarga bangsawan yang dari turun-temurun bergelut di bidang arkeolog dan ahli bahasa serta sejarah. Namun seiring berjalannya waktu nampaknya keluarga Hoppes kesulitan untuk mendapatkan keturunan yang sesuai dengan ekspektasi mereka. Menurunnya kualitas di keluarga Hoppes sempat menurunkan image keluarga mereka di kalangan semua keluarga bangsawan peneliti. Hingga akhirnya nama keluarga Hoppes tidak diperhitungkan lagi di dunia ilmuan.

Namun kini, kemunculan Aluna yang menyandang nama Hoppes mulai menarik kembali mata ilmuan di England. Setelah beberapa waktu lalu tes ekspedisi tertulis di Well University. Ketua tim sendiri meminta kepada anggotanya untuk menyelidiki latar belakang Aluna. Rupanya Aluna adalah anak dari Ronald Wisman Hoppes seorang sarjana arkeolog dan Alkitab teman seangkatan Profesor Obalyn di London University. Namun karena ibu dari Aluna yang berasal dari kalangan biasa dia tidak tinggal di rumah utama di London. Ronald dan istrinya Maria tinggal di Well berada jauh dari keluarga Hoppes. Namun setelah Aluna beranjak 10 tahun ibunya meninggal dunia karena penyakit jantung. Dikarenakan kesibukan ayahnya, Aluna di titipkan kepada pamannya William Boot Hoppes yang memiliki toko kue di ujung jalan dekat Universitas Well. Tanpa sepengetahuan ayahnya Ronald, Aluna mengikuti ekspedisi untuk sedikit mengurangi biaya kuliah. Dan tanpa sepengetahuan Aluna, ternyata Obalyn adalah teman ayahnya ketika kuliah di London University dulu.

***

"Sudah kuduga, tak banyak mahasiswa yang tertarik membaca bahasa kuno di zaman ini. Rupanya darahnya mengalir padamu," ujar Obalyn pada Aluna.

"Apa maksud dari perkataannya?" Imbuh Aluna dalam hatinya. Dia masih terdiam mendengar ucapan Profesor Obalyn di hadapannya.

"Apakah Ronald tau kau mengikuti ekspedisi ini?" tanya Obalyn pada Aluna.

"Kau kenal ayahku?"ujar Aluna sedikit bingung kenapa dia tahu nama ayahnya.

"Rupanya dia anak tuan Ronald. Pantas saja aku seperti tak asing dengannya. Rupanya dia anak kecil itu," ungkap Johnson seikit tersenyum ketika mengetahui identitas Aluna.

"Tentu saja, dia adalah teman baikku. Kami kuliah di tempat yang sama dulu. Aku bahkan belajar bahasa kuno dari ayahmu Ronald," ujar Obalyn.

"Benarkah? Tidak aku sangka ayah punya kenalan orang sehebat anda profesor," ujar Aluna sedikit terkejut dengan apa yang di dengarnya.

"Ahh apakah kau bisa membaca isi tanda peringatan di halaman akhir ini?" ujar Obalyn kembali sembari menunjukan buku kuno yang menuliskan sejarah kastil tempat mereka berada.

Aluna melihat buku tersebut dan mulai mencoba membaca tiap simbol yang ada di tulisan kuno tersebut.

AZIMUTH CASTLE BOOKS

Di halaman belakang tertulis sebuah peringatan mengenai kastil Azmut. Ketika enam segel terbuka peringatan awal bencana akan datang. Pintu hitam yang terkunci menampakan celah bersamaan keserakahan pada diri manusia. Batu merah pemakan jiwa mulai menggoda dan menggerogoti jiwa yang sudah lama kelaparan. Kegelapan hati manusia memakan jiwa dan raga mereka hingga tak berupa kembali hidup di kegelapan tanpa terik matahari.

Glek.. luna menelan ludahnya setelah mengartikan tulisan kuno di halaman terakhir.

"Kau sudah selesai Aluna?. Luar biasa, biar aku lihat isi dari halaman terakhir itu," ujar Obalyn yang terlihat bersemangat ingin membaca isi halaman terjemahan tersebut.

Lantas dia mengambil kertas di tangan Aluna dan membacanya. Obalyn sedikit terkejut dengan isi yang ada di halaman terakhir. Sampai dia menjatuhkan kertas tersebut. "Ada apa Prof? Apa yang tertulis didalamnya?" ujar Profesor Johnson yang penasaran. Dia ambil lembaran kertas itu kemudian membaca isinya.

"Tidakkah ini peringatan," ujar Johnson yang sedikit bergemetar setelah membaca arti dari halaman terakhir.

BAGIAN DALAM KASTIL

Sementara itu, di ruang tengah kastil. Vincent dan Shin Jong tampak sedang mengamati beberapa peninggalan bangsawan Azmut. Tanpa sengaja Vincent menekan tembok yang membuka pintu menuju ruang rahasia.

"Wahh, tidakkah ini asli?" ujar Vincent yang melihat-lihat lukisan di dinding . Gredddddd...suara pintu otomatis terbuka. Vincent dan Shin terkejut dengan apa yang mereka temukan itu.

"Hey Vint apa itu?" tanya Shin menepuk pundak Vincent dengan mata terbelalak.

"Woh, fantastis. Ruang apa ini?" Vincent menengok ke arah belakangnya dimana pintu rahasia terbuka.

Mereka berdua menundukan kepalanya seraya berjalan masuk ruangan yang baru saja terbuka dihadapannya.

"Wahh, tidakkah disini sangat gelap," Ujar Shin yang belum terbiasa dengan kegelapan begitu menginjakan kaki pertama kali di lorong yang mereka temukan itu.

"Kau benar, tunggu (Vincent merogok saku celananya) aku rasa baterai di handphoneku masih ada untuk penerang dikala begini." Lantas dia menyalakan senter dari handponenya tersebut.

"Ahh, aku lupa bahwa kita punya handphone." Lantas Shin Jong mengeluarkan handphone miliknya dari sakunya dan mulai menerangi jalan di depan mereka.

Menggunakan senter handphone sebagai penerangan Vincent dan Shin meneruskan perjalanan mereka. Disisi lain Johnson dan Obalyn masih memperdebatkan isi dari halaman terakhir yang diterjemahkan oleh aluna.

"Berdasarkan halaman tersebut. Bukankah kita tidak seharusnya mencari batu permata itu?. Bila memang terdapat kutukan di dalamnya, maka kita semua akan dalam bahaya nanti. Bukankah begitu Prof?" ujar profesor Johnson yang sedikit cemas setelah membaca halaman terakhir dari buku Azmut Kastil.

"Apa kau sudah gila?. Kita sudah menghabiskan waktu dan tenaga hingga sampai disini. Kau itu tidak malu sebagai ilmuan?. Ini tahun berapa Johnson?. Kau masih percaya takhayul. Lagipula aku sama sekali tidak percaya dengan apa yang tidak bisa dibuktikan dengan logika dan perhitungan ilmiah!" ujar Obalyn yang tidak menghiraukan ucapan Johnson.

"Profesor.. Profesor Obalyn...". Johnson mengejar Obalyn yang meninggalkannya dan Aluna di pintu masuk kastil.

Haah.. aku.. aku.. entah mengapa firasatku sedikit buruk. Meski aku tidak percaya dengan tahayul. Namun peringatan di halaman terakhir itu sangat menakutkan buatku. Namun.. benar kata profesor Obalyn. Kita sudah menghabiskan waktu, tenaga dan uang untuk sampai di tempat ini.

Aluna lantas mengikuti kedua profesor yang sudah berjalan memasuki kastil terlebih dahulu.

***

 

BEFORE                                                                                                          NEXT BAB 4

CURSE: BAB 2. Only three

 

 BAB 2. ONLY THREE

Modul psikologi, sejarah kota well, sejarah England, buku sastra 5 bahasa, modul sansekerta, buku spiritual, buku ensiklopedia Terupdate, Buku sosial, buku sains update dan buku lainnya menumpuk di meja aluna saat ini. Dia tertidur dengan tumpukan buku menemaninya malam itu.

...

"Hoamm." (Aluna menguap berjalan menuju gerbang kampus).

"Hoy, masih ngantuk aja Luh," sapa Renata merangkul pundaknya.

"Ahh, kau.. hoam," Aluna kembali menutup mulutnya yang menguap.

"Gimana persiapannya? Udah siap ikutan tes hari ini?" tanya Renata melirik buku yang dibawa oleh aluna di tas jinjingnya.

"Amm, tentu. Gue siap kapanpun."( Menengok kearah Renata dan tiba-tiba aluna bersemangat kembali). Dia berjalan tegap menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku-buku yang sempat dia pinjam.

***

Siang harinya di ruang auditorium kampus.

Terdapat 500 mahasiswa/i mengikuti ujian tertulis seleksi Ekspedisi Greenly.

Aluna mengerjakan soal-soal tersebut satu persatu hingga batas waktu yang ditentukan habis.

Hasil dari test hati ini akan diumumkan besok pagi bersamaan dengan wawancara bagi yang lolos tes tertulis.

"Huhh, bisa.. aku pasti bisa. Aku sudah belajar beberapa hari yang lalu. Lagipula pengetahuan umumku juga tidak terlalu buruk. Semoga aku lolos esok." Aluna keluar dari auditorium setelah menyerahkan lembar soal yang telah selesai dia isi.

***


Keesokan paginya, aluna bermaksud datang pagi-pagi sekali hanya untuk melihat pengumuman di mading. "Wow, dahsyatnya." Aluna terkejut melihat orang-orang berkerumun di depan Mading kala itu. Hmm, ternyata bukan hanya aku saja yang berpikir demikian, ungkapnya dalam hati.

Aluna berusaha menerobos melihat-lihat nomor urut ujian miliknya di mading.

Peserta yang lolos ujian tertulis:

1. Vincent david Lee

2. Edgard George Enhel

3. Siska Velove Raineer

4. Shin Jong Ebert Karl

5. Maria Aluna Mark Hoppes

"Wahh, yahhh, wahhh, astaga ini namaku!" Aluna terkejut namanya berada di papan pengumuman mahasiswa yang lolos seleksi tertulis.

"Whahaha aku lolos.. aku lolossssss," lantas Aluna melakukan Uforia ketika mengetahui dirinya lolos seleksi pertama. Semua mata tertuju padanya dengan kelakuan konyol Aluna saat itu. "Hemm, aku harus segera ke ruang wawancara," Aluna melirik kearah kanan dan kiri tampak tatapan orang-orang melihat kearahnya. Dia merapihkan kembali baju dan tasnya yang sedikit berantakan karena Uforianya tadi. Dia langkahkan kakinya menuju tempat wawancara tersebut diadakan.

Ruang 1.1.1 interview room

"Permisi," Aluna mengetuk pintu dan dilihatnya 4 orang yang sudah terduduk di kursi mereka masing-masing. Salah satu diantaranya adalah Shin Jong kakak kelas yang dia temui beberapa waktu lalu.

"Hey kau, kemari." ujar Shin mengangkat tangannya kearah Aluna yang baru memasuki ruangan.

"Kau mengenalnya?" ujar Siska teman satu kelas Shin.

"Yah begitulah, dia junior kita dari kelas biologi D," ujar Shin pada Siska.

"What? Biologi D yang benar?. Bahkan aku dengar anak kelas A hanya ada satu saja yang lolos. Fantastis juga ini cewek." Ungkap Siska terkagum mendengar penjelasan Shin.

Lantas Aluna terduduk diantara Siska dan Shin. Sementara itu David yang merupakan satu-satunya yang lolos dari kelas A tampak mulai melihat kearah Aluna. "Wah, rupanya ada juga mahasiswi yang menarik diangkatanku. Bagaimana bisa dia masuk kelas D?. Bila dia dapat lolos seleksi tertulis ini, itu artinya dia juga merupakan salah satu mahasiswi genius diangkatan kami", ungkapnya dalam benaknya ketika melihat Aluna.

"Kau kenal dia?" tanya Edgard pada David.

"Ntah, aku baru melihatnya," ujar David yang merasa aneh melihat Aluna.

"Ahh, kok bisa. Dia angkatanmu kan?" ujar Edgard.

"Iyah sih, tapi karena dia dari kelas D. Aku mana kenal dia. Lagipula, itu adalah kelas untuk orang-orang biasa. Jadi, mana aku memperhatikan ada dia diangkatanku atau tidak," ungkap David pelan.

"Ahh, kau benar. Rata-rata disini yang lolos kelas A dan B semua. Siapa yang sangka, bakal akan ada kelas D duduk diantara kita," pungkas Edgard.

Beberapa saat kemudian tiga eksekutif dari tim seleksi memasuki ruangan ditemani dua dosen senior.

"Selamat pagi semuanya?"

"Pagi"

"Hari ini kami yang ditugaskan untuk melakukan wawancara. Perkenalkan nama saya Johnson. dua rekan saya yang lain yaitu Rihana dan Lilbert. Baiklah mari kita mulai wawancara kita di pagi ini."

***

Wawancara dilakukan kurang lebih selama dua jam. Peserta diminta keluar sebentar untuk melakukan wawancara satu persatu. Nama pertama yang dipanggil adalah Vincent David Lee. Dia dipanggil berdasarkan hasil nomor urut ujian.

"Wahh, sepertinya aku mengenal dia?" ungkap Aluna melihat kearah David yang memasuki ruangan.

Melihat Aluna yang menatap David saat memasuki ruangan. Lantas Edgar menghampiri Aluna. "Hallo, gua Edgar . Anak semester 3 dari biologi B", ujar Edgar memperkenalkan diri.

"Ahh.. halo juga kak Edgard," sapa balik Aluna menyambut uluran tangannya.

" Yahh, perasaan gue gak ingat pernah ngospek elu deh. Padahal ingatan gue yang paling bagus di kelas", ungkapnya pada Aluna.

"Ahahaha, mungkin karena auraku yang lemah kali yah," ujar Aluna kala itu sedikit tertawa kecil dan agak tidak nyaman dikarenakan Edgar terlalu dekat dengan dirinya.

"Benarkah? Apa iya yah," ujar Edgard yang masih tampak tak percaya.

Yah, tentu dia tak tau aku. Karena aku tak mengikuti ospek mahasiswa terlebih dahulu. Karena saat itu aku sedang sakit. Sampai akhirnya aku sembuh dikala kuliah pertama dimulai. Bahkan teman-temanku sendiri tak percaya aku ini adalah teman satu kelasnya. Apa mungkin.. emang auraku lemah kah?.Imbuh Aluna dalam hatinya sembari tersenyum pula kepada yang lainnya yang tampak melihat kearah mereka berdua.

Semua sudah memasuki ruang wawancara. Terakhir Aluna dipersilahkan masuk dengan mantap dia tetapkan hatinya memasuki ruangan tersebut.

"Silahkan duduk."

***

Satu Minggu telah berlalu sejak wawancara itu dilakukan. Pengumuman yang lolos akan diberitahu esok hari. Tidak tau kenapa hatiku merasa gelisah. Meski aku bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh tim penguji. Ntah mengapa semua pertanyaan yang diberikan terasa ganjil bagiku.

Aku berjalan memasuki gedung menuju kelas dimana aku akan memulai kuliah pagi. Di tengah perjalanan kelas kulihat seseorang menatap tajam padaku. Dari wajahnya aku mengenali dirinya. Dia adalah David Lee siswa terpandai di angkatanku. Sejak pertemuan kami seminggu yang lalu. Dia selalu memandangiku dengan penuh sejuta pertanyaan. Namun anehnya, tak sepatah kata dia ucapkan saat wajah kami saling berhadapan. (Aluna menatap sejenak lalu memalingkan pandangannya kembali menuju ruang kelas tujuannya dengan beberapa unek-unek dihatinya).

"Arghh, rasanya pengen aku tonjok aja itu muka!" ungkap Aluna kesal melihat wajah David yang tampak senga itu.

Berdasarkan referensi yang aku baca. Dia berasal dari keluarga kaya bangsawan Vincent. Dia juga masuk urutan tiga besar siswa yang kemungkinan besar akan memasuki Oxford university. Bahkan nilai ujian SMA saja 100 semua. Ahh manusia apa bukan sih dia?. Ntah mengapa aku rasa dunia ini tidak adil.

Vincent David Lee, dia kaya, dari keluarga terpandang, tampan dan juga pintar. Hanya saja, aku tak terlalu suka dengan sikapnya itu. Bahkan sampai saat ini aku tidak mengerti kenapa dia menatapku seperti itu? Why?.

•••

Pengumuman hasil seleksi akhirnya keluar. Tiga mahasiswa dinyatakan lolos dan dapat berpartisipasi dalam Ekspedisi Greenly. Tiga mahasiswa tersebut diantaranya adalah:

1. Vincent David Lee

2. Shin Jong Ebert

3. Maria Aluna Mark Hoppes

Ketiga mahasiswa tersebut mendapatkan dispensasi dari kampus untuk melakukan pelatihan sebelum keberangkatan. Mereka mendapatkan pelatihan di London bersama ke empat universitas lainnya.

Mulai saat itu, Aluna menjadi salah satu mahasiswa yang di perhitungkan di Well university. Dia bahkan dipindahkan ke kelas A saat itu juga. Namun tak pernah dia bayangkan apa yang akan terjadi saat ekspedisi nanti di hutan Well.

Yang dia tau sekarang hanya, dia tak perlu lagi menghawatirkan biaya kuliahnya nanti. Dan inilah awal perjalanan Aluna sebagai seorang mahasiswa sains di Well university.

***

 BEFORE                                                                                                                     NEXT BAB 3

CURSE: BAB 1. Awalan, Ekspedisi greenly

 

 BAB 1. AWALAN, EKSPEDISI GREENLY

Awalnya aku tak percaya dengan semua yang berbau diluar akal sehat. Yah, karena aku adalah seorang wanita yang hidup di era modern tentunya. Hantu dan lainnya hanya sebagian dari ilusi mata dan ketakutan kita semata. Mungkin yang berbahaya di dunia ini adalah manusia itu sendiri. Oleh karena itu, aku belajar beladiri sejak aku duduk di bangku SMA.

kini aku sudah menjadi mahasiswi di Well university. Aku mengambil jurusan biologi. uniknya di kampusku ini, semua mahasiswa boleh memilih mata kuliah yang bersebrangan dengan jurusan. Oleh karena itulah aku memilih mata kuliah pilihan yang orang-orang bilang tingkat kelulusannya paling sedikit. Yah pada akhirnya aku mengambil mata kuliah spiritual dan sejarah.

Bukan tidak mungkin saat mengikuti kuliah ini kita akan bisa menjadi suatu pribadi yang lebih baik. Namun, berbeda dari yang aku bayangkan sebelumnya. Disini kita dikenalkan dengan berbagai macam buku kuno dari zaman berabad-abad silam lamanya. Bila boleh dikatakan, sepertinya lebih banyak sejarah di mata kuliah ini. Bahkan hari inipun aku berada di tempat antah berantah untuk ekspedisi penyelidikan peninggalan sejarah di sebuah hutan di well barat.

***

Kami keluar dari bandara utama well barat. Kira-kira ada 30 orang tim ekspedisi termaksud diriku berada di dalamnya. Kami menuju hotel menggunakan mobil Van pribadi. Ntah mengapa hatiku begitu deg-degan meski aku sangat menantikan hari ini. Aku berusaha keras agar terpilih di tim ini. Untuk itulah aku berusaha keras agar terpilih menjadi salah satu tim ekspedisi unit khusus di kampusku.

Tim kami terdiri dari 5 tim khusus dari 5 kampus MIPA di England. Satu tim terdiri dari 3 mahasiswa/i dan 3 pendamping ahli yang salah satu diantaranya ahli sejarah, ahli sience dan satu dokter/religius. Kami dipilih berdasarkan seleksi ketat 7 bulan lalu sebelum ekspedisi ini dimulai.

Ada beberapa rumor yang aku dengar sebelum mengikuti ekspedisi. Ada beberapa orang mengatakan bahwa ekspedisi ini hanyalah sekumpulan camping biasa. Ada juga yang mengatakan ekspedisi ini salah satu ritual untuk mencari benda Kramat atau bersejarah. Ada juga yang mengatakan bahwa ekspedisi ini merupakan suatu kegiatan untuk keakraban antara jurusan sience khususnya kuliah sejarah dan spiritual. Aku tak tau apa semua rumor itu benar atau salah.

Hanya satu yang aku yakini sejak aku mengikuti seleksi beberapa waktu lalu. Yakni..bila aku berhasil dalam ekspedisi ini. Aku tak perlu khawatir lagi dengan biaya kuliahku nanti.

Ditambah lagi ada hadiah besar selain beasiswa yang akan aku dapatkan. Meskipun di depan sana aku tak tau akan ada jalan sesulit apa. Aku akan hadapi itu meski harus aku susuri jurang sekalipun.

***

Namaku Maria Aluna Mark Hoppes mahasiswi jurusan biologi. Karena suatu sistem yang unik dari peraturan kampus. Aku memilih 3 jurusan pilihan untuk melengkapi standar kelas semester. Mata kuliah yang aku pilih merupakan jurusan yang berbeda dari mata kuliah sience yang aku ambil. Diantaranya adalah mata kuliah bahasa sansekerta, sejarah/spritual dan remote sensing. Ketiga-tiganya jauh sekali dari unsur sience yang menjadi jurusan yang aku pilih saat kuliah disini.

Awalnya aku memilih mengambil jurusan biologi karena aku pikir lebih mudah menghafal dibandingkan menghitung seperti jurusan eksak lainnya. Aku termasuk dalam golongan orang yang haus akan ilmu dan memiliki keingintahuan yang besar. Oleh karena itu Aku sempat dibilang orang-orang sebagai kutu buku, tukang ikut campur, dan sok perfeksionis dan lainnya. Sejujurnya aku tidak masalah dengan julukan tersebut namun kesal juga bila lama-kelamaan. Akhirnya di bangku kuliah aku sedikit mengurangi sifat kepoku. Namun bila mengenai pelajaran aku masih antusias sampai saat ini. Meski aku sedikit kurangi juga agar tidak banyak orang yang membenciku. Aku sendiri juga kurang tau penyebab sebenarnya aku tidak disukai. Secara aku cantik nggak, jelek nggak tuh. hanya manusia biasa yang memiliki keingintahuan saja. Tapi mungkin bagi sebagian orang, ingin tahu juga adalah dosa oleh karena itulah aku sedikit mengontrol diriku kali ini.

***

Kembali lagi ke tim ekspedisi di hutan well barat. Aku terpilih dari 30 orang yang mendaftar untuk mengikuti ekspedisi tersebut. Untuk seorang yang haus akan ilmu dan dunia luar. Ekspedisi adalah salah satu lahan berburu mereka termasuk juga diriku.

Beberapa bulan sebelum ekspedisi

Terlihat beberapa orang melihat pengumuman di papan mading fakultas MIPA.

Pengumuman:

Bagi anda talenta sientis yang memiliki jiwa pemberani dan keingintahuan tinggi. Kini telah hadir kembali Konservasion GREENLY bersama 5 universitas terkemuka di England. Ayo ikuti ekspedisi bersama membangun dunia bersama ilmu pengetahuan. Mengabdi untuk bangsa dalam penghijauan dunia dan kearifan lokal. Dapatkan pula beasiswa sebagai peserta terpilih dengan syarat dan ketentuan berlaku.

Melihat orang-orang berkumpul. Aluna lantas menyempatkan diri melihat pengumuman tersebut. Dari sekian kata yang tertulis di pengumuman tersebut. Aluna terfokus pada kata 'beasiswa' yang terpampang disana.

"Hmm.. beasiswa kah," imbuh aluna.

Usai melihat pengumuman tersebut. Lantas dia melanjutkan langkahnya ke pintu gerbang kampus setelah mengembalikan buku yang dia pinjam di perpustakaan.

Malam harinya di kediaman keluarga Hoppes.

Aluna sedang membuka beberapa situs di media online mengenai konservasi greenly yang akan diadakan seleksinya di kampus dua Minggu lagi.

"Hmm.. ternyata ini adalah acara tahunan. Kalo begitu, harusnya seniorku ada yang pernah ikut dong ya."

Setelah membaca informasi mengenai apa itu konservasi greenly. Dia lantas menutup laptopnya dan turun dari kamarnya yang berada di lantai atas.

"Paman, bisakah aku bicara sebentar," ujar aluna pada pamannya yang sedang membenarkan perapian.

"Tentu, apa yang ingin kau bicarakan?" ujar pamannya yang segera terduduk di kursi dekat perapian.

"Begini paman.." aluna terdiam sejenak menunduk dan melipat bibirnya karena gugup.

"Yah, ada apa Aluna?"

"Aku berniat mengikuti seleksi ekspedisi di kampusku. Bisakah kau rahasiakan kegiatanku ini dari ayah paman?" ujar aluna dengan suara agak pelan.

"Seleksi ekspedisi?"

Usai berbicara dengan pamannya aluna kembali ke ruangannya di atas. Dia menyenderkan punggungnya di dinding kasur dengan melihat pesan di hapenya. "Tak ada pesan kah?, Huhh...". Dia taruh hapenya di meja samping dan menarik selimut seraya memejamkan matanya.

•••

Keesokan paginya di perpustakaan fakultas MIPA. Aluna melihat beberapa catatan kegiatan kampus. Namun tak ada satupun dokumen yang membahas konservasi greenly disana. Hingga akhirnya ketika kuliah konservasi dimulai. Aluna mengajukan pertanyaan mengenai kegiatan yang dia lihat di mading kemarin sore.

"Konservasi greenly? Kau berniat mengikutinya Aluna?"

"Iya pak, tapi tak ada satupun informasi yang mengenai bagaimana seleksi itu di perpustakaan."

"Tentu saja tidak ada. Itu adalah proyek cukup besar setiap tahunnya. Bahkan lembaga luar negeri ikut membiayai kegiatan tersebut. Bila kau memang tertarik, kau bisa tanya seniormu yang pernah mengikuti seleksi tahun lalu."

***

"Shin Jong Ebert ... "

Aku dengar dia salah satu mahasiswa terpandai satu tahun diatasku. Dia adalah satu-satunya mahasiswa di jurusan MIPA Wells university yang lolos seleksi tahun lalu. Dari 500 peserta yang mendaftar dia mewakili kampus satu-satunya. Hingga kelulusannya itu membuka peluang bagi kami angkatan dibawahnya untuk dapat berpartisipasi tahun ini.

"Fantastis... Akh dia ini manusia apa bukan sih. Bahkan semua nilai ujian miliknya saja mendapatkan nilai A dari setiap dosen. Gilaaa, aku harus segera bertemu dengan senior ini segera mungkin!"

Aluna yang membaca profil Shin Jong Ebert di web kampus mulai terpukau akan informasi yang dia dapatkan itu. Hingga keesokan harinya, dia sengaja menyempatkan waktu untuk pulang terlambat hanya untuk bertemu seniornya tersebut.

***

Area Klub beladiri judo

Aluna masih terduduk diluar ruang tunggu klub beladiri menunggu seniornya selesai latihan. Dia menghela nafas dan terus melihat jam ditangannya.

"Shin, tidakkah kau temui dahulu juniormu yang menunggu di luar itu?" ujar Ryan teman satu angkatan shin yang beda fakultas.

"Menungguku, Junior?" ujar Shin yang melirik kearah pintu luar klub. Lantas Shin keluar dari ruangan dan dilihatnya seorang perempuan memakai jaket hijau terduduk di ruang tunggu dinding klub. Aluna yang kelelahan sedikit tertidur kala itu.

"Dia kah?" Shin menghampiri aluna dari pintu klub.

Dia membangunkan aluna dengan menepuk bahunya secara perlahan."Maaf, apa kau ada perlu denganku," ujar shin dengan suara pelan.

"Ahh.. kau.. owahhh", aluna hampir terjatuh dari kursi tempat dia terduduk. Shin yang tepat disampingnya memegangi pundak aluna kala itu sehingga dia tak jadi terjatuh.

"Maaf, terima kasih kak Shin," ujar aluna sedikit malu-malu.

"Arghh, it's oke. Btw kau ada perlu apa denganku?" ujar shin.

"Begini anoo.. emm."

"Iya.. apa keperluanmu ingin bertemu denganku," ujar shin.

"Bila boleh tau seleksi konservasi greenly itu seperti apa ya seleksinya?. Aku berencana mengikuti tes minggu ini. Bila kak Shin tidak keberatan, aku ingin informasi mengenai seleksi kegiatan tersebut," ujar Aluna.

"Konservasi Greenly? Kau berencana ikut juga. Lalu, apa yang ingin kau ketahui mengenai seleksi tahun lalu?" ujar shin to the points.

•••

Mendengar penjelasan shin lantas aluna melakukan persiapan untuk beberapa mata pelajaran yang akan kemungkinan diteskan.

Aku tidak tau pasti apakah akan sama seleksinya pada tahun lalu apa tidak. Karena untuk tahun ini ekspedisinya akan ada di sebuah hutan. Psikotes umum mungkin akan selalu ada. Namun ujian terberat adalah praktek yang akan kau hadapi nanti. Karena tahun lalu aku sudah pernah lolos. Ada kemungkinan aku akan ikut tanpa tes bila mendaftar kembali. Kebetulan aku juga mendapatkan undangan untuk turut andil dalam ekspedisi kali ini. Yah, kau persiapkan saja semuanya. Bila kau memang pantas masuk jurusan ini. Kau pasti akan menjadi salah satu diantara kami!

 

 

 NEXT BAB 2

CURSE

 

 CURSE


SINOPSIS:

Aluna seorang mahasiswi biologi di Well University mendaftar sebagai salah satu anggota tim ekspedisi di sebuah kawasan hutan untuk mencari benda bersejarah. terdapat 30 orang yang mengikuti ekpedisi tersebut dari 5 kampus elite ternama di England salah satunya adalah kampus aluna yaitu well university. Aluna tidak pernah menyangka bahwa ekspedisi yang dia ikuti tersebut akan membawa suatu tragedi yang tak pernah dia akan bayangkan.

STATUS : ONGOING

GENRE : HORROR, MISTERI,TRILER, SIENCE - DEWASA

DAFTAR ISI:

BAB 1. Awalan, Ekspedisi greenly

BAB 2. Only three

BAB 3. Azmut Kastil

BAB 4. Permulaan petaka

BAB 5. Marker

NEVERS ISLAND ARC 1: CHAPTER 6. TEMAN -TEMAN

CHAPTER  6. Teman - teman

Gill masih berjalan di kegelapan terowongan bawah tanah yang lembab dan suram itu. Tap... Tap... Tap... Suara langkah kaki dari sepatu tentara yang dipakainya.

Sial. Betapa panjangnya ini terowongan!!!. Semoga saja masih sempat. Kumohon... Bertahanlah teman-teman!. Gill mempercepat langkahnya, mengingat nanti malam merupakan malam bulan purnama pertama muncul. Berdasarkan cerita dari kitab kuno yang diberikan oleh Nick seorang arkeolog Mesir kuno. Pada malam bulan purnama, pulau terkutuk neverland tersebut akan dihuni oleh penghuni iblis yang dikutuk. Setelah membaca kitab kuno itu, Gill bergegas berlari mengitari setiap sudut sel untuk menyelamatkan nyawa teman-temannya. Tanpa gill sadari, semua pergerakannya sudah diketahui melalui cctv. Tentara di setiap sudut pun dipersiapkan untuk mengepung gill apabila keluar dari ruang bawah tanah tersebut.

"Kau pikir bisa kabur dengan mudah dari tempat ini Gill?!". Jika saja kau tak bertindak sok baik dengan mencoba menyelamatkan teman-temanmu. Mungkin saja kau akan selamat melarikan diri dari sini.Tapi nyatanya, kau itu sangatlah bodoh dibandingkan dengan leluhurmu keluarga Thunder rupanya. Lelaki dengan berpakaian serba hitam dengan penutup wajah itu tertawa melihat gill di rekaman cctv tersebut. Sembari meneguk segelas anggur ditangannya. Dia memerintahkan 880 untuk menangkap gill segera sebelum bulan purnama muncul." No 880, Tangkap dia hidup-hidup dan bawa dia kehadapanku juga saat ini", titahnya pada prajurit 880."Saya laksanakan tuan", jawab prajurit tersebut.

...

Sementara itu Tania yang sedang berada di pulau heaven. Ada apa ini?, Mengapa perasaanku jadi tidak karuan. Hari ini memang aku berencana meninggalkan heaven. Tapi, perasaan apakah ini?.Seakan mengetahui gill dan teman-temannya berada dalam bahaya. Tania bergegas mempersiapkan perbekalan untuk perjalanannya mencari teman-temannya. Meski dia sendiri pun tak tahu, masih hidupkah atau tidak mereka sekarang. Setelah selesai dengan persiapannya tersebut. Tania menemui Phill untuk berpamitan.

"Jadi, kau tetap akan pergi meninggalkan tempat ini?"

"Amh... Iya"

"Apakah kau tau betapa beratnya dan bahayanya perjananmu nantinya itu?"

" Ya,... Tapi, aku tetap harus pergi"

"Sesungguhnya, aku ingin membantumu mencari teman-temanmu.

"Benarkah?.. lalu.. apakah kau akan.."

"Tapi, aku tak bisa meninggalkan tempat ini"

"Kenapa? Tidakkah kau kesepian disini?"

"Sejak diriku ditakdirkan menjadi penjaga tempat ini. Dunia luar sana begitu gelap dan menakutkan bagiku. Lagipula, aku tak bisa meninggalkan tempat ini"

"Tapi kenapa kau tak bisa keluar dari sini?"

"Alasannya tak semudah itu, ini adalah heaven. Surga yang dirindukan dunia. Surga yang tak boleh orang lain ketahui. Oleh karena itulah aku disini. Karena aku adalah salah satu pintu gerbang di heaven ini"

"Kau... Pintu?"

"Yah,... Bila sang pintu meninggalkan rumahnya terbuka. Maka heaven tidak akan menjadi surga lagi. Orang-orang akan berdatangan kemari. Disaat heaven diketahui oleh banyak orang. Maka, saat itulah keberadaan heaven sendiri akan menghilang dari dunia.

"Apa? Serumit itukah masalahnya?. Tapi, bukankah sesuatu seperti itu hanya bisa dilakukan oleh kehendak Tuhan saja. Bukankah ini era modern, dimana teknologi menjadi pendorong kemajuan zaman. Lalu, benarkah ini semua nyata? Bila semua ini adalah sebuah keajaiban Tuhan, mengapa aku bisa melihatmu saat ini?. Siapa sebenarnya kau Phill?"

"Aku hanyalah seorang pendosa yang berbuat dosa tak termaafkan di masa lalu. Sebagai hukuman atas dosaku itu, aku bertugas menjaga tempat ini seumur hidupku"

"Kau takkan pernah bisa mengerti, karena kita dilahirkan pada era yang berbeda. Meski sebentar, aku bahagia bisa mengenalmu tania. Semoga kau berhasil menemukan teman-temanmu. Selamat jalan dan selamat tinggal", bersamaan dengan salam perpisahan dari Phill.

Tiba-tiba Tania sudah berada di tepi pantai.

"Tunggu Pill...",tania terbangun dengan membuka matanya perlahan. Dia terkaget melihat dirinya yang berada di tepi pantai tempat dia terdampar. Dia usap-usap kedua matanya memastikan kejadian kemarin bukanlah mimpi. Namun pada kenyataannya, dia berada di pinggir pantai saat pertama terdampar dengan baju yang sama dan tas ransel yang sama pula.

Jadi, semua itu hanyalah mimpi kah?. Namun, aku merasakan masih ada kehangatan di dalam dadaku. Meski demikian, bila itu adalah mimpi, kurasa mimpi itu adalah yang terindah bagiku.

“Huh, ntah mengapa kejadian hari ini seperti pernah aku rasakan sebelumnya”,sembari melihat ke atas pohon bakau yang menjulang tinggi. “Lalu, suara perutku yang lapar ini juga seperti aku pernah mengalaminya”.Dikarenakan rasa lelah dan perut yang lapar. Tania pergi mencari makanan untuk bisa sekedar mengisi kekosongan perutnya. Dia masuk kedalam lebatnya hutan untuk mencari makanan disana. Selintas dia melihat gambaran dirinya sebelumnya melewati tempat yang sama. Dia pun berlari untuk memastikannya.

Huh hah huh hah, suara desahan nafasnya setelah berlarian melintasi lebatnya pepohonan.Saat dia buka daun lebar yang menutupi pengelihatannya. Terik mentari menyilaukan menyoroti pelupuk matanya. Dia tutupi dahinya untuk sekedar menahan pancaran terik sinar matahari. Tania berjalan sedikit demi sedikit dengan tangan menutupi dahinya. Lalu dia pun menemukan air terjun yang mengalir dengan aliran sungai yang bersih didalamnya."Luar biasa, ini persis seperti apa yang terlintas di pikiranku. Disini benar-benar ada air terjun". Tania beristirahat di pinggir sungai tersebut sembari memancing ikan untuk persiapan perbekalan perjalanan selanjutnya. Meski dia merasa sudah pernah mengalami hal demikian sebelumnya. Tania menghiraukan perasaanya untuk sementara. Dalam hatinya saat ini hanya ada perasaan kawatir akan keadaan teman-temannya. Jadi setelah persiapan selesai, Tania bergegas kembali ke tepi pantai untuk mencari keberadaan teman-temannya.

Maafkan aku dan terimakasih untuk semuanya, my hero. Nyata ataukah mimpi aku bertemu denganmu, ingatan tentang hadirmu akan ada dalam hatiku.

...

Sementara tania berusaha menyebrang ke pulau neverland dengan menggunakan getek buatannya yang ala kadarnya. Gill masih berkeliling-keliling mengitari penjara di ruang bawah tanah tempat teman-temannya di tahan. “Sial, seberapa luasnya ini penjara. Aku harus bergegas pokoknya”, sembari melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 15.00 sore hari. Setelah Gill berkeliling seluruh penjara. Akhirnya dia menemukan satu penjara yang amat mencurigakan. Itu adalah salah satu penjara tertutup yang dijaga oleh dua pengawal di pintu penjara tersebut. Dikarenakan waktu yang amat terdesak, gill bergegas menghampiri dua pengawal tersebut dengan berpura-pura menjadi pembawa pesan. “Lapor, saya 881 datang membawa pesan. Salah satu diantara kalian ditugaskan menemui pimpinan saat ini juga, begitu isi dari instruksi surat ini”, ujar gill memberikan surat untuk mengelabui para penjaga tersebut.

“Hei..hei.. sejak kapan pimpinan memberikan instruksi menggunakan sepucuk surat?”, tanya salah satu penjaga.

Ups.. tidak memakai suratkah bila memberikan tugas??”Ah... Ini adalah pesan resmi dari beliau dan saya hanya menyampaikan pesan”, ujar gill membuat alasan. “Begitukah?..Yah.. mau bagaimana lagi, biar aku saja yang menghadap pimpinan. Kau berjaga disini saja 709, aku akan segera kembali”, setelah dia membaca surat yang dibawa gill.“Siap, serahkan saja tugas penjagaan para tumbal padaku 710”. Meski dalam keadaan terdesak, gill berhasil mengelabui pengawal tersebut. Ketika mereka berdua berjalan menuju pintu luar, gill pun langsung melancarkan serangannya dari arah belakang pengawal tersebut.

"Ka... Kau..."

“Maaf yah kawan, aku terpaksa menggunakan cara tak elegan dengan menyerangmu dari belakang”, pungkas gill melemparkan tongkat kayu setelah memukul penjaga tersebut. Gill berlari menuju penjara tempat teman-temannya ditahan sesegera mungkin. Kemudian untuk mengelabui pengawal yang satunya gill berpura-pura mendapatkan tugas sebagai pengganti 710 disana. Seketika saat pengawal dengan kode 709 itu lengah. Gill langsung melancarkan serangan tepat di ulu hati pengawal itu. Setelah pengawal pingsan, Gill mengambil kunci pintu penjara dan segera membebaskan teman-temannya. Dreeet...,Suara pintu penjara terbuka dari luar. Secercah cahaya menerpa wajah teman-teman gill yang kelemasan berhari-hari di dalam penjara itu.

"Gill.. kau kah itu?", Ungkap salah satu temannya.

"Dats, Nadine, Marta, Willy, Veronica, jeany, kalian baik-baik saja?",tanya gill sembari melihat wajah mereka satu persatu.

"Tania? Dimana dia? Tidakkah dia dikurung disini?. Lalu Ryo, kenapa dia juga tidak ada disini". Lanjutnya sembari melirik ke setiap sudut penjara tersebut.

"Mereka tidak disini gill. Semenjak kami berada di tempat ini. Aku bahkan tidak melihat kalian bertiga. Setelah aku tersadar, kami sudah dibawa ke penjara oleh orang-orang yang berpakaian seperti tentara itu", ujar dats.

"Aku pikir, kalian tidak selamat dari kejadian pesawat itu. Tapi syukurlah, kau selamat gill", tambah Nadine sembari menangis terharu.

"Gill.. apa kau melihat baccus? Beberapa hari yang lalu dia dibawa oleh mereka?. Apa kau bertemu dengannya",tanya marta yang kebetulan kekasih dari baccus.

"Maaf Marta, aku tidak bisa menyelamatkan baccus. Dia sudah..."sembari mengepalkan tangannya dan tertunduk tak kuasa melihat marta.

"Tidakk.. kenapa ...kenapa harus baccus?... Tidakk..". Seketika Marta menjerit histeris mengetahui baccus sudah tiada. Jeany, Nadine dan Veronica mencoba untuk menenangkan pikiran Marta saat itu juga. Setelah beberapa menit kemudian, dikala emosi marta sudah stabil. mereka bergegas keluar dari penjara bawah tanah dengan peralatan pengawal yang mereka ambil sebelumnya.

Tania... Dimana kau berada?. Kuharap kau baik-baik saja, ungkap gill dalam hatinya. Namun, disaat mereka berpikir akan berhasil keluar dari ruang bawah tanah tersebut. Sekelompok prajurit bersenjata sudah menanti mereka di luar sana.

*****

BEFORE                                                                                                           NEXT CHAPTER 7


NEVERS ISLAND ARC 1: CHAPTER 5. SANG PENYELAMAT

CHAPTER 5. Sang penyelamat

Di sebuah rumah kecil diantara taman bunga yang indah serta pepohonan rindang. Terlihat tania masih mengikuti orang yang menyelamatkan  jiwanya itu. Tak seperti para pahlawan di dunia fiksi lainnya sang penyelamat ini justru bersikap cuek sekali kepada orang yang baru saja di selamatkanya. Oleh karena itulah tania dibuat mati rasa dengan serba salah dihadapannya.

"Biar aku rapikan ini ya"

"Tidak usah"

"Kalo begitu, biar aku taruh buah ini di tempatnya ya"

"Tidak boleh"

"Ahaha... Jadi apa yang boleh aku lakukan?"

"Tidak ada!"

Hanya kata tidak yang diucapkan sang penyelamatannya itu. Sontak tania lambat laun menjadi bosan dan kesal dengan sikap lelaki itu.

Jihh.... Ini orang .... Tampan sih...Tapi, judesnya nauzubillah banget dah. Gue berani bertaruh gak bakalan ada cewek yang betah sama dia. Padahal... Gue ini kan seorang cewe yang lemah gitu loh. Setidaknya tanyain kondisi gue atau apa gitu kek, kaya di film-film. (😒<------- cewek korban film). Kalo dia bukan penyelamat gue, udah gue ..... Ahh....sudahlah.

Akhirnya, tania hanya bisa terdiam. Dia menyerah tentang membantu lelaki itu. Dia sadar bahwa saat ini yang terbaik adalah diam dan bergerak disaat dibutuhkan. Beberapa jam telah berlalu, hari sudah semakin larut. Pria itu pun menyalakan perapian agar suhu dinginnya malam tidak terlalu menusuk tubuh. Meski beberapa menit yang lalu perapian sudah dinyalakan. namun suhu dingin udara malam masih terasa merasuki pori tubuh tania. Dia yang terduduk di sisi dekat pintu pun sudah mulai merasa menggigil kedinginan. Dia gesekan-gesekan kedua telapak tangannya agar menjadi lebih hangat. Melihat tania yang sedang menggigil kedinginan. Pria itu mulai menghampirinya dengan sebuah teh hangat yang siap disantap. "Minumlah, udara malam sangat dingin. Kau seharusnya, jangan berada di dekat pintu. Pindahlah ke bagian tengah ruangan ini. Yah, meski akan sama saja dingin. Tapi kau akan lebih baik bila berada di tengah sana. Duduklah dekat ranjang hangat itu. Lagipula, lukamu masih belumlah pulih bukan", ujarnya sebari meletakkan secangkir teh hangat.

"Aa...hh... Baiklah... Terimakasih", barulah tania menuju ketengah ruangan dekat ranjang yang hangat. Dia cicipi teh buatan pria itu sedikit demi sedikit hingga tubuhnya merasa hangat. Ternyata,... Dia memanglah orang yang baik. Meski sikapnya sedikit dingin, ungkapnya dalam hati. Dari situlah tania mulai merasakan hal yang berbeda pada lelaki itu. Sedikit demi sedikit lelaki tersebut mulai menerima tania sebagai temannya. Kini mereka tidak lagi seperti orang asing satu dan lainnya.

🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥

Sudah hampir melewati satu minggu tania berada di kediaman lelaki itu. Akhirnya setelah hari ketujuh, lelaki itu pun bersedia bercerita mengenai dirinya. Saat itu, Tania sedang membantu lelaki tersebut memetik buah apel untuk membuat beberapa hidangan. Disaat itulah lelaki tersebut menceritakan tentang dirinya dan apa sebenarnya pulau tempat mereka sedang tinggali itu.

"Oh yah, apa luka-lukamu sudah baikan?",tanya lelaki tersebut sebari meletakan keranjang apelnya sebari terduduk beristirahat.

"Ahh... Itu, (tania tersenyum) yah kau bisa lihat sendiri aku sudah membaik. Itu berkat pertolongan pertama yang kau berikan", ujarnya.

"Aku... Sangat berterima kasih padamu. Berkat kau kini lukaku sudah sembuh dalam seminggu ini. Pokoknya terima kasih banyak......emm ...tuan tambahnya"

"Phill...", Panggil saja aku Phill. itu adalah namaku. ungkap lelaki itu memberitahukan namanya.

"Ahh..baiklah...tuan phill, namaku tania. Anda bisa memanggilku tania"

"Tidak perlu formal Napa? Gak usah pake tuan segala lah. Cukup Phill aja, seperti aku udah pria paruh baya saja!", Tambah Phill dengan sikap nyebelinnya.

Tania menyeringai tersenyum kesal, "ahahaha.... Baiklah... Phill saja ya". Kenapa sih?!.... Baru aja gua pikir dia udah baikan.  Ehh... Ternyata ngeselinnya masih sama kaya hari pertama ketemu! . Bener-bener dah, ini cowok!!!.

"Tania yah?.... Hmm, lalu apa rencanamu selanjutnya?", tanya Phill padanya.

Ditanya mendadak seperti itu membuat tania terdiam sejenak. "Aku bertanya padamu? Kenapa kau jadi diam?. Kau... Tidak berencana merepotkan aku selamanya kan?",ujar Phill dengan perkataan yang menusuk.

😼Huh, siapa juga yang ingin merepotkanmu!!!. "Ahaha, tenang saja. Aku tidak akan merepotkanmu terlalu lama kok Phill. Mungkin esok atau lusa aku akan segera pergi. Lagipula aku juga harus mencari teman-temanku.Tapi tenang saja... Aku tidak akan melupakan hutang budiku kepadamu. Bila perlu, aku akan mencoba mengunjungimu bila aku punya uang nanti ahaha... Meskipun masih lama aku punyanya",jawab tania saat itu juga.

Disaat Tania hendak melanjutkan perkataannya..."Jadi... Kau te...."

"Tapi.., bila kau ingin tetap tinggalpun. Aku tidak masalah, tempat ini akan selalu terbuka untukmu", ujar Phill ditengah pembicaraan mereka.

"Phill....", tania pun berhenti dari tertawa bodohnya dan terdiam. Dia tidak terlalu mengerti tentang apa yang Phill pikirkan. Tapi, nada dan ekspresi wajah Phil membuat tania berat untuk meninggalkannya.

“Kau perlu tahu?”... Nama pulau ini adalah "HEAVENS ISLAND". Pulau surga yang diidamkan oleh banyak orang di dunia. Tak hanya pepohonan yang subur, sungai bersih yang mengalir, para tanaman bunga, bahkan hewan-hewan langka pun ada disini.

“Hmm... Ini adalah HEAVENS ISLAND”. ya.. emang benar sih, ini seperti surganya dunia( tania)..

“Ini adalah pulau yang menggambarkan surganya dunia. Seperti yang kau lihat, semua yang berada disini tidaklah normal seperti yang terlihat di dunia sekarang ini. Alasannya adalah... Karena aku ada disini.Karena aku adalah penjaga pulau ini...Kau tahu, serigala yang mengejarmu sebenarnya adalah para penjaga pulau ini. Mereka akan mengejar dan memangsa siapa saja yang dianggap mengganggu ekosistem pulau ini. Ditambah lagi, kau bukanlah penghuni asli pulau ini. Jadi wajar saja bila mereka menyerangmu saat itu”.

"Hmm... Jadi begitu ... Oleh karena itu aku diserang tapi di hari pertama aku memasuki pulau ...Aku sama sekali tidak diserang binatang buas apapun?", ungkap tania heran.

“Itu karna kau masih belum berada di radius daerah terlarang pulau ini. Asal kau tahu, tempat ini bukanlah tempat yang bisa sembarangan orang bisa masuki. Kecuali bila aku sengaja membuka pintu masuk ke tempat ini. Dikarenakan disepanjang perjalanan di HEAVENS ini, Kau tidak menunjukkan sedikitpun niat jahat. Maka, aku pun mengizinkanmu masuk kemari’’, pungkasnya. Saat itu, didalam benak tania banyak sekali pertanyaan. Kenapa ada banyak hal yang tak logis di sekelilingnya, kenapa terdapat tempat seperti surga di antara belantara hutan, serta pertanyaan tentang siapa sebenarnya orang yang berhadapan didepannya saat itu. Namun meski demikian, tania masihlah ingin mencari teman-temannya. Meski kesempatan untuk bertemu dengan mereka sangatlah kecil. Tania masih ingin berjuang sedikit lagi untuk bisa bertemu dengan mereka.

Kuharap kalian baik-baik saja, Gill, Ryo dan semuanya. Tunggu aku, tunggu aku sebentar lagi.

Aku... Pasti... Aku menyelamatkan kalian

 

*****

 

BEFORE                                                                                                         NEXT CHAPTER 6

NEVERS ISLAND ARC 1: CHAPTER 4. KEGIGIHAN GILL

 

CHAPTER 4. Kegigihan Gill



Jika Tania masih kebingungan dengan orang yang baru di temuinya. Gill justru menemukan titik terang dari beberapa orang yang dia dapatkan informasi. "Ahaha, aku hanya lupa saja ko. Habisnya semalaman aku melakukan pencarian kesana kemari tanpa tidur. Jadinya aku takut salah, ya aku bertanya kepada kalian". "Ohh.. begitu. Kau ini, bila masih ingin menjadi prajurit seharusnya jangan pelupa. Bila tidak kau bisa dikeluarkan dari tim khusus"."Hah..? Tim khusus?..". "Lah... Kau lupa lagi ya? Lihat emblem di bagian kiri lenganmu. Itu artinya, kau adalah bagian dari tim khusus yang bertugas atas pengawalan dan keamanan tempat ini. Kau juga punya wewenang memasuki akses tempat-tempat yang kami tidak bisa kunjungi". "Ahh... Begitu yah, Haha... Tentu saja aku ingat kalo itu. Aku ini kan tim khusus (sipp, itu berarti aku bisa memasuki ruang bawah tanah itu) 😎."

"Hey kau yang disana kode 881 bukankah kau harus berlatih di aula ?", Seseorang memanggil gill dari arah belakang.

"Hey, kau itu yang dipanggil... Kau kode 881 kan?"

"Ahh.. Iya.. kau benar. Kalau begitu aku pergi dulu ya", gill pun pergi menuju prajurit yang memanggil dirinya.

"Kau .... Lama sekali 881, latihannya sudah akan dimulai tuh!"

"Ahh.. Iya maafkan saya...oh iya, memangnya hari ini kita latihan apa ya?", tanya gill polos.

"Heuh.., bukankah kemarin sudah diberi pengumuman bila hari ini kita berlatih menembak dan teknik bertempur 1 to 1 dan 1 to 5"

“Apaaa?”( mampus gua. Skuad khusus itu juga ada masa latihan juga ya ? Bagaimana ini?)

"Kau dengar tidak?"

"Ah... Iya aku dengar... Maksudku siap pak"

...

Selanjutnya gill menuju area latihan untuk skuad khusus....

"Untuk semua pasukan skuad khusus berbaris. Kita akan melakukan pemanasan terlebih dahulu" 

"Siap pak"

1, 2,3,4

5,6,7,8

1,2,3,4

5,6,7,8

Setelah selesai pemanasan seluruh prajurit memulai latihan mereka satu persatu. Satu persatu dari mereka maju ke ruangan tembak untuk berlatih menembak dari jarak jauh.

"Selanjutnya, kau 881"

"Ahh... Baik pak"

Gill berkonsentrasi pada target tembak miliknya kemudian membidik target pada hitungan 3 detik.

Satu

Dua

Tiga... Tembak...

🌋

Peluru yang ditembakkan oleh gill melesat kearah papan tembak. 

Hhyuhh... syukurlah... Andai dulu aku malas berlatih olahraga menembak. Maka penyamaranku pasti akan terbongkar. Dan juga, aku mengarahkan jalur tembakku dengan menyesuiakan prajurit disini. 

Wahh.. ternyata, mereka benar-benar tim khusus ya. Apalagi kapten di timku kode 880 keakuratan dalam membidik target benar-benar luar biasa. Tapi, kenapa orang seperti dia berada di pasukan yang bertindak menjadi kejahatan. Aku sungguh tidak mengerti.

Berdasarkan nomor amblem, aku berada satu digit dibawah kapten. Wahh.. bisa gawat bila mereka sampai tau bila aku bukanlah 881.

Dan juga, dimana prajurit 881 itu ya? Kenapa pakaiannya berada di kamar tempat aku ditahan. 

Sungguh sebuah MISTERI...!!!

pokoknya, aku harus segera menemukan teman-temanku dan segera pergi dari tempat ini.

Sesaat setelah gill akan beranjak dari podium tembak. Sang kapten memanggil dirinya dari arah belakang. 

"881... Bisakah kau kemari sebentar"

Glek, tiba-tiba keringat gill keluar tanpa henti. 

Ahh.. hal yang paling aku takutkan terjadi juga. Matilah aku, mana disini skuad khusus semua lagi. 

Bagaimana ini?....

"Ya, aku segera menghadap pak", gill pun terpaksa menghampirinya.

"Apakah kau benar 881?"

Lah, kenapa dia nanya gua?. Tunggu sebentar, sepertinya ada yang aneh..

"Iya pak saya dari skuad khusus bawahan Anda 881. Siap menerima perintah".

"Ahh... Meski kau baru tapi kau sudah bagus dalam latihan menembak ini yah. Kuharap kau bisa diajak bekerja sama tidak seperti 881 sebelumnya".

Glek, mendadak gill merasa tidak nyaman dengan perkataan ketua timnya itu.

"Siap Pak..."

"Bagus, kau bisa kembali latihan lagi"

Meski aku tidak mengerti, tapi untuk sekarang ini. Posisi menyamarku masih belum terbongkar. Kuharap sampai saat itu tiba, aku sudah menemukan teman-temanku.

Satu demi satu latihan untuk para prajurit dilaluinya. Kini gill terbebas dari rutinitas harian prajurit khusus. Sekarang saatnya dia beraksi mencari tahu keberadaan ruang bawah tanah tersebut.

Menurut informasi yang aku dapat, ruang bawah tanah itu terdapat di bawah laut. Dan satu-satunya tempat ruang bawah tanah yang menuju ke bawah laut adalah...

Gill yang kebetulan berada di skuad khusus menawarkan dirinya untuk bergantian berjaga di areal ruang bawah tanah. Dikarenakan penjaga yang lain sedang sibuk mencari keberadaan dirinya saat ini.

Kemudian, setelah dia memasuki ruang bawah tanah tersebut. Gill merasa takjub dengan apa yang dilihatnya. 

Gilaaa, ini benar-benar ada dibawah laut. Hebat sekali mereka bisa membuat ruangan seperti ini. Pasti teknologi yang digunakan amat canggih sekali. 

Namun, dibalik kekagumannya pada bangunan itu tampaklah kengerian penjara bawah tanah tersebut. Terlihat berpuluh-puluh orang yang ditahan disana. Salah satu dari mereka adalah turis asing yang menghilang beberapa waktu yang lalu. 

Astaga, bukankah dia adalah Vincent reporter dari Finland yang hilang dua bulan lalu meski di tempat gelap pun aku masih ingat betul pernah melihatnya di tv. Yah, meski aku hanya mengenalinya lewat topi yang dia pakai. Ada juga Dimitri seorang pelancong terkenal dari Swiss pula. Mereka semua sudah seperti mayat hidup saja.

Dlek..., Keringat gill mengalir membasahi wajah hingga badannya. 

Pokoknya aku harus menemukan lokasi teman-teman terlebih dahulu, disini memang bukanlah tempat yang normal. 

gill pun bergegas melanjutkan pencariannya. Tak lama ketika dia berkeliling penjara, dia pun mendengar erangan rasa sakit dari seseorang di dalam penjara. Begitu pula suara tangisan dari dalam penjara diujung jalan yang sedang dia tuju. 

Setelah dipastikan ternyata, suara itu berasal dari penjara dimana tempat teman-temannya di sekap. 

"Hey baccus, kaukah itu? Ini aku gill kau bisa mendengarku?", ujarnya dengan suara pelan.

Dengan nafas yang terengah-engah, baccus mencoba berbicara pada gill. Baccus berusaha mendekati jeruji besi agar bisa bertatap muka dengan gill. "Gil..Gill...kau kah itu?.. tempat ini neraka gill! Kau harus segera pergi dari sini. Jangan khawatirkan kami, selain aku semuanya baik-baik saja. Selamatkan mereka sekarang gill, Selama bulan purnama belum datang kumohon. Mereka semua yang ada di pulau ini adalah manusia terkutuk. Manusia penghuni NEVER..LAN..D", baccus menghembuskan nafas terakhirnya. "Hey... Baccus, ayo bangun!. Kenapa kau malah tertidur. Apa maksudmu semuanya tidak baik-baik saja?!". "Meski kau berusaha membangunkannya. Hal itu percuma saja, karna dia sudah pergi dari dunia ini", ujar seseorang di pojok penjara.

"Sial !!! Aku terlambat..kah?... Tapi, siapa sebenarnya kau. Kenapa kau juga ada disini? Sebenarnya, tempat apa ini?". "Namaku Nick seorang arkeolog asal Mesir. Aku sama seperti kalian, aku berada di tempat ini karna suatu kecelakaan pesawat". “Pada awalnya aku sangat bahagia, tak hanya selamat dari kecelakaan naas itu. tetapi juga bisa menemukan temuan luar biasa yaitu dengan berada di pulau ini. Apakah kau juga berencana pergi ke North island juga pada awalnya?”. "Yah, kurasa begitu", jawab gill. “Itu sama persis dengan tujuanku sebelum terdampar di pulau ini. Apa kau tau berapa sebenarnya usiaku?”. "Etto..Hmm dilihat dari wajah dan kulitmu. Kurasa kau berusia sekitar 65 tahunan",jawab gill dengan wajah cemas melihat keadaan sekelilingnya.

Gahah...(tiba-tiba orang itu menyeringai). “Andai kau tau saja, usiaku masih 31 tahun”, balasnya. "Apaaa??... ya.. yan..yang benar saja?. Kau bohong kan?", ungkap gill tak percaya.

“Terserah kau mau percaya apa tidak, tetapi begitulah kenyataannya. Aku sudah berada di tempat ini lebih lama dari kalian saat itu usiaku masih 28 tahun. Sebelum aku ditangkap dan dijebloskan ke penjara ini tubuhku masihlah normal tak menua seperti ini. Akan tetapi, setelah malam bulan purnama 3 Minggu setelah aku ditahan dan dipaksa mengikuti upacara persembahan itu. Tubuhku pun mendadak menjadi menua begini”, jelasnya sembari menunjukan beberapa anggota tubuhnya yang menua.

“Hanya orang-orang terpilih saja yang bisa selamat. Bahkan sebagian dari prajurit saja hanya 1/4 dari mereka yang bisa lolos dari kutukan. Akan tetapi, bagi mereka yang selamat belum tentu 100% akan utuh menjadi manusia. Biasanya yang selamat akan mendapatkan kekuatan kehidupan yang panjang dan awet muda sedangkan yang tidak terpilih mereka hanya akan menjadi iblis jadi-jadian yang akan berubah suatu waktu”, ujar lelaki tersebut. "Kutukan? Apa lagi itu?", tanya gill. Sebelumnya pun aku mendengar tentang kata-kata seperti kesembuhan dari prajurit beberapa hari lalu. Sebenarnya mereka ingin sembuh dari apa?.

“Aku tidak tahu detailnya, aku rasa ini semua adalah ulah seseorang yang sedang melakukan eksperimen terlarang yang melibatkan ilmu di luar nalar. Bahkan aku yang seorang arkeolog pun masih belum mengetahui dengan pasti. Akan tetapi di upacara itu semua orang yang ada di tempat ini hampir 80% adalah iblis. Hanya 20 % saja yang berwujud manusia. Bila suatu saat nanti kau tertangkap dan dipaksa untuk melakukan ritual itu. Sekali kau terperangkap oleh rayuan iblis. Maka jeratnya tak akan pernah bisa kau tolak. Sampai proses selesai, kau tidak akan bisa keluar dari genggamannya. Bila kau ingin menyelamatkan teman-temanmu. Saat ini adalah waktu yang tepat. Sebelum bulan purnama datang, dimana insting iblis pembunuh mereka terbuka seutuhnya”, ujar orang itu lagi. “Ambillah tas yang ada disana itu, sebelumnya aku pernah berhasil kabur dari sini. Disana ada peta rute pelarian teraman dari pulau ini. Pergilah ke pulau kecil di sebrang sana. Bila kau beruntung, kau akan bertemu seorang pria. Bila dia berkenan membantu kalian. Aku jamin kalian bisa selamat dari kejaran para iblis di pulau ini”, pungkasnya mengakhiri pembicaraan mereka.

"Hey.. Nick, kenapa kau berhenti berbicara! Nick... Siapa sebenarnya pria itu! .. Nick katakan lebih banyak padaku?!", ujar gill bertanya tanpa henti pada nick. Rupanya Nick sudah tak mampu menahan deritanya akibat kutukan yang dia terima dari ritual iblis pulau itu. Gill pun mengambil tas yang di berikan Nick padanya dan bergegas menyelamatkan teman-temannya.

👹👹👹👹👹👹

 

 

BEFORE                                                                                                                  NEXT CHAPTER 5

Entri yang Diunggulkan

Lirik lagu FREE OST KPOP DEMON Hunter's

  FREE LIRIK LAGU   I tried to hide but something brokel  I tried to sing, couldn't hit the notes The words kept catching in my throat I...