CURSE: BAB 4. Permulaan petaka

 

 BAB 4. PERMULAAN PETAKA

 

RUANG TENGAH KASTIL

Ketika Aluna berjalan menuju ruang tengah kastil. Semua orang sudah berkumpul disana. Vincent dan Shin juga tampak berada di tengah-tengah mereka.

"Ada apa ini? Kenapa mendadak ramai begini." Aluna lantas menghampiri keramaian tersebut. "Apa? Sebuah peti?" dia terkaget dengan temuan teman-temannya itu.

"Karna berat, kami meminta teman-teman yang lainnya untuk membawa kemari. Namun kami belum tau apa isi dari peti ini," ungkap Vincent kepada Profesor Johnson dan Obalyn yang baru saja tiba bersamaan dengan Aluna.

"Tidak!.. kalian tidak boleh membawa peti itu keluar dari kastil!" tiba-tiba sesosok lelaki berjubah hitam datang dari ujung lorong pintu kastil.

"Siapa dia?. Pakaiannya aneh sekali."

"Hey, bukankah dia lelaki yang beberapa waktu lalu."

"Benarkah? Ahh iya. Dia lelaki yang menggangu kita membuka gerbang utama." ujar mereka yang berada di tim satu gerbang depan. Lelaki tersebut menghampiri kerumunan itu dengan membawa pisau kecil ditangannya.

"Hey mau apa kau?. Lalu kenapa dia membawa pisau ditangannya."

"Minggir kalian!" ujar lelaki berjubah hitam. "Aku harus menghancurkan sumber petaka itu sebelum kita semua menyesal nanti." Lelaki itu berlari dan mengacungkan pisaunya menuju keramaian.

"Ahh gila, dia menuju kemari. Cepat menghindar."

Para peserta ekspedisi lantas menjauh dari jangkauan lelaki yang membawa pisau itu. Namun sebelum lelaki itu mencapai tempat para anggota ekspedisi. Langkahnya terhalang oleh Shin yang menghadangnya sebelum sampai di antara mereka.

"Woahh Shin! yang benar saja. Dia mau melawan orang gila itu," ujar salah satu anggota ekspedisi.

"Kak Shin." Aluna sedikit cemas melihat Shin berhadapan dengan lelaki tak dikenal itu.

"Tenang saja, dia adalah senior kita dengan sabuk hitam. Tidak usah khawatir, semuanya akan baik-baik saja," ujar Vincent yang sedikit merasa lega Shin yang menghadapi lelaki tak dikenal itu.

"Kau...siapa kau?. Darimana kau dan apa tujuanmu mengganggu pekerjaan kami," tanya Shin pada lelaki yang ada di hadapannya.

"Minggir!" ujar lelaki itu. "Aku harus memusnahkan sumber masalah disini. Minggir aku bilang!" lelaki tersebut mencoba membuat Shin mundur dengan mengacungkan pisaunya. Perkelahian diantara mereka tidak bisa dihindari. Shin berhasil menangkis pisau tersebut. Akan tetapi lelaki yang dihadapinya rupanya seorang ahli beladiri juga. Mereka saling pukul dan melukai satu sama lainnya. Hingga di detik terakhir Shin berhasil melumpuhkan lelaki tersebut dikala dia lengah.

"Tidak, kau jangan mendekati peti itu!" ujar lelaki berjubah hitam yang perhatiannya teralihkan ketika Obalyn mendekati peti.

"Chance!" Shin mengambil kesempatan dari kelengahan lelaki itu dan berhasil melumpuhkan kedua tangannya dengan plintiran.

"Lepas brengsek, aku bilang jangan menyentuh peti itu!" (Melihat kearah Obalyn yang berada di dekat peti). Lelaki tersebut terus berkata demikian dikala ada seseorang yang mendekati peti. Dibantu rekan ekspedisi lainnya Shin mengikat tangan lelaki itu dengan tali. "Maaf kawan, tapi sebaiknya kau tidak menggangu pekerjaan kami." ujar Shin kepada lelaki tersebut.

"Jadi siapa kau, apa sebenarnya yang ada di dalam peti tersebut hingga kau ngotot sekali membuat keributan disini. Bila kau hanya berteriak tidak jelas, bagaimana kami bisa mengerti kawan?" ujar Shin kembali menatap ke arah mata lelaki tersebut.

Tap..tap tap, dikala Shin sedang mengintrograsi lelaki tersebut. Obalyn menghampiri mereka berdua. "Anak muda, kau tau apa yang ada didalamnya? Bisakah kau memberitahu kami mengapa tidak boleh membuka peti tersebut. Bila alasanmu jelas dan logis, ada kemungkinan kami mendengarkanmu dan tidak membuka peti itu." ujar Obalyn kepada lelaki berjubah hitam itu.

"Profesor? Apa yang anda katakan?" ujar Lorenzo yang terkaget mendengar perkataan Profesor Obalyn. Lantas Obalyn mengangkat tangannya mengisyaratkan pada Lorenzo untuk menghentikan ucapannya. Melihat Profesor Obalyn mengangkat telapak tangannya membuat Lorenzo terdiam sejenak. Obalyn tersenyum dan menganggukkan kepalanya dihadapan lelaki berjubah hitam itu agar dapat mempercayainya.

"Baiklah, akan aku beritahu. Tapi dengan satu syarat, kalian jangan pernah membuka peti terkutuk itu." ujar lelaki tersebut.

"Tentu, bila itu logis dan memang tidak boleh dibuka. Kami akan mencoba untuk tidak membukanya." ujar Obalyn berusaha meyakinkan lelaki yang berada dihadapannya.

"Namaku adalah Erik, aku bertugas menjaga kastil ini dari turun-temurun. Rumahku tak jauh dari keberadaan kastil ini."

"Jadi, kaulah orang yang mengubah peta keberadaan kastil azmut ini?" Shin memotong pembicaraannya.

"Ya, aku harus melakukan segala upaya agar kastil ini tidak diinjak oleh manusia."

"Kenapa begitu? Pasti ada alasannya kan. Sampai kau berbuat sampai seperti itu?" ujar Shin sedikit penasaran.

"Itu karena kastil Azmut ini sudah dikutuk."

"Dikutuk katamu, yang benar saja?" Vincent menyela karena tidak percaya akan kutukan.

"Kalian percaya atau tidak aku tidak peduli. Aku hanya menjalankan tugas dari leluhurku agar peti itu tetap ada di tempatnya. Selebihnya aku tidak peduli." ujar lelaki itu mengakhiri penjelasannya.

"Dikutuk yaa.. namun aku tak merasakan apapun di dalam peti itu. Kau pasti bergurau, hey anak muda. Jangan coba membodohi kami ya." ujar Falseek paranormal yang ikut bersama dengan mereka.

"Benarkah itu Falseek?. Kau tak mendeteksi sesuatu yang aneh di dalam peti itu?" tanya Johnson yang tiba-tiba bereaksi akan ucapan Falseek paranormal yang dia percayai.

"Aku tidak bohon. Peti itu menyimpan sesuatu yang terkutuk. Kalian jangan coba-coba untuk membuka bagian dalamnya." ungkap lelaki berjubah hitam.

Perdebatan yang semakin sengit diantara mereka. Namun perdebatan itu berhasil di tampik oleh argumen Profesor Lorenzo kala itu juga.

"Maaf saja anak muda. Kami ini tidak mempercayai hal yang tidak masuk akal. Lagipula, spiritual kami Falseek bilang tidak ada yang mencurigakan disana. Sebaiknya kau hentikan ocehan konyolmu dan jangan coba memanipulasi kami lagi." ujar Lorenzo saat itu juga.

Usai perdebatan itu akhirnya mereka membuktikan ucapan lelaki berjubah dengan membuka peti tersebut. Falseek sendiri yang membuktikan bahwa di peti tersebut tidak terdapat apapun didalamnya. Dia membuka peti tersebut dan tak ada apapun di dalamnya.

"Tidak mungkin, kosong? Bagaimana bisa?. Jadi selama ini...aku hanya menjaga peti yang tidak ada apapun di dalamnya?" Lelaki itu terkejut dengan kenyataan yang dilihatnya. Dia tersungkur dan syok kala itu juga. Begitu pula dengan Profesor Obalyn dan Profesor Johnson.

"Jadi, ini semua hanyalah lelucon kah?" Obalyn meninggalkan keramaian dan meninggalkan buku yang dia pegang tergeletak di lantai." Prof, Anda mau kemana?" Johnson mengikuti Obalyn berjalan dibelakangnya.

"Buku itu, kenapa dia membuangnya?" Aluna mengambil buku yang ditinggalkan oleh Profesor Obalyn.

***

Beberapa saat dikala keadaan sudah sedikit tenang. Profesor Johnson memberikan instruksi terakhirnya sebagai ketua tim ekspedisi.

"Terima kasih atas partisipasi kalian semua selama beberapa hari ini. Kalian adalah para calon peneliti masa depan yang luar biasa yang berjasa membantu ekspedisi di hutan Well ini. Bersamaan dengan telah ditemukannya lokasi kastil Azmut yang membuktikan bahwa kerja keras kita membuahkan hasil. Untuk penelitian lebih lanjut akan di bicarakan pada proyek selanjutnya. Kemudian bersamaan dengan ini saya sebagai ketua tim Ekspedisi Greenly. Kegiatan ekspedisi hutan Well resmi ditutup."

Johnson menutup kegiatan ekspedisi sore harinya. Setelah penutupan mereka seraya berkemas meninggalkan posko penginapan mereka. Sebelum meninggalkan hutan, Johnson sempat menemui Erik penjaga Kastil Azmut.

Toktoktok...

"Kau.. buat apa kau datang kemari?" ujar Erik ketika membuka pintu rumahnya.

Johnson tersenyum kepada Erik seraya melangkah ke dalam rumahnya.

"Tidakkah... kau kesepian sendiri disini?" ujar Johnson melihat-lihat sekeliling rumah Erik.

"Apa maksud perkataanmu? Langsung saja apa tujuanmu datang kemari!" ungkap Erikk yang langsung berdiri kembali dari posisinya terduduk.

"Pemuda yang tidak sabaran sekali." Johnson melihat wajah Erik dari dekat. "Bukankah, kau lebih baik meninggalkan tempat ini Erik. Kau sendiri melihat tadi siang bahwa peti yang selama ini kau jaga ternyata kosong. Lalu, untuk apa kau masih harus tinggal di tengah hutan menjaga kastil tersebut." ungkap Johnson pada Erik lagi.

"Tidak ada hubungannya denganmu paman. Ini adalah hidupku, terserah aku mau tinggal dimana aku mau." balas Erik yang tak mau diberitah.

"Kau pemuda yang kerasa kepala rupanya ya. Aku menyukai tipe pemuda seperti kalian. Sama seperti diriku dulu. Bila boleh dikata, sesungguhnya aku sedikit kecewa dengan hasil temuanku kali ini. Aku kira teoriku benar tentang peninggalan batu bertuah itu. Namun ternyata itu semua hanyalah omong kosong."

"Batu bertuah? dari mana kau tau tentang itu?" Erik lantas sedikit tertarik dengan yang dibicarakan oleh Johnson.

"Ahm, rupanya kau juga tahu sesuatu mengenai batu bertuah itu. Itu artinya teoriku 50:50 antara benar dan hanya hipotesis saja. Namun yang membuatku bingung adalah... Amh peti tersebut ternyata kosong. Yah apa boleh buat."

"Hey paman, kau tau dari mana tentang batu bertuah itu?" tanya Erik pada Johnson sedikit kasar dengan menarik kerahnya.

"Mengenai itu... (Mencoba melepaskan tangan Erik dengan sedikit mendorongnya kebelakang dan menempelkan kertas yang berisi kartu namanya tersebut) Yah, pokoknya kau bisa menghubungiku di nomer tersebut. Aku harap kita bertemu kembali." Johnson lantas meninggalkan kediaman Erik setelah berbicara dengannya.

Mobil-mobil yang sedang menunggu keberangkatan telah terparkir di depan posko penginapan. Aluna dan yang lainnya sudah berada di mobil Van untuk para peserta Ekspedisi Greenly. Tak lama kemudian Profesor Johnson muncul dari arah hutan menuju mobil pribadi yang dia akan naiki. Satu-persatu dari mereka meninggalkan posko penginapan tersebut. Mereka berangkat menuju hotel tempat pertama mereka berkumpul sebelum berangkat ke hutan Wells.

Hotel Welliam's

"Arghh, lelahnya.. akhirnya aku bisa tidur di kasur yang empuk setelah beberapa hari berada di hutan belantara." Aluna menaruh tasnya dan mulai merebahkan tubuhnya.

....

....

"Woahh, kita sekamar rupanya." ujar Shin.

"Yahh, tidak aku sangka bisa berbagi kamar dengan senior Shin," balas Vincent.

"Ahh lebay Luh."Berjalan menuju Sofa panjang yang terlihat empuk di pojokan.

"Hahaha, Tidak pantas kah?" ujar Vincent seikit tertawa.

"Tentu saja, kau ini tidak cocok bercanda seperti itu tau. Wajah dan ucapanmu jauh sekali perbedaannya. Jadi tolong hentikan oke." Merebahkan tubuhnya di Sofa dan menikmati waktu istirahatnya sejenak.

"Am oke. Ahhhhh, nyamannya. Tidak terasa ekspedisinya sudah berakhir saja ya." ungkap Vincent sembari merebahkan tubuhnya di kasur.

"Kau benar, tidak terasa seminggu kita di hutan dan kini sudah selesai." balas Shin sembari melepaskan atribut yang masih menempel di tubuhnya.

"Tidakkah kau merasa ekspedisinya terlalu monoton senior?" tanya Vincent terduduk dari posisinya rebahan.

"Monoton?. Maksudmu kurang menegangkan Apa bagaimana?" ujar Shin meluruskan pembicaraan mereka yang juga mulai dalam posisi terduduk di Sofa.

"Yahh, aku tidak tau benar apa tidak pemikiranku ini. Namun bagiku, ekspedisi ini sedikit aneh dan mengganjal. Serasa ada yang kurang saja begitu. Lagipula kita tidak diizinkan melihat-lihat lebih jauh kastil dan mendokumentasikannya. Hanya para peneliti senior yang diperbolehkan meneliti tentang kastil itu. Bukankah itu sedikit tidak adil, terlebih lagi kita sudah membantu mereka sampai sejauh itu. Yah meskipun bagian yang menariknya tidak terbukti ada." ungkap Vincent yang mengeluarkan unek-uneknya kepada Shin.

"Kau ini, ternyata masih tidak puas ya."

"Salahkah?"

"Tidak... itu normal menurutku," Shin tersenyum. "Sudahlah, aku mau mandi terlebih dahulu. Sebentar lagi kita ada pertemuan untuk makan malam bersama bukan?"

Shin Jong menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sementara Vincent masih memikirkan kejadian tadi siang di kastil.

Aneh sekali, apa aku emang salah lihat. Aku rasa, peti di dalam ruangan itu ada lebih dari satu. Tapi.. kenapa yang ada hanya satu yang mereka bawa. Selain itu.. kutukan apa yang membuat dia sampai seperti itu yah. Dalam lamunannya Vincent masih merasa janggal dengan kejadian di kastil. Namun karena dia tidak terlalu tertarik dengan hal yang mistis. Dia abaikan kejanggalan yang dia ketahui itu.


35 Menit setelah Shin masuk kamar mandi dan sudah melakukan beberapa aktivitas lainnya sementara Vincent masih saja rebahan.

"Kau masih tiduran saja, cepat mandi dan ganti baju. Sekarang sudah hampir jam 19.00 waktu untuk kita turun makan malam tau.", ujar shin melihat Vincent yang masih rebahan di kasur saat dia baru keluar dari kamar mandi.

"Ahh iya, aku mandi sekarang juga. Bukannya senior yang lama sekali di kamar mandi?" ujar vincent dari lamunannya kala itu.

•••

Di sisi lain di tengah hutan tempat ekspedisi. Erik yang memikirkan ucapan Johnson untuk meninggalkan hutan dan memulai hidup baru. Tampaknya dia putuskan untuk kembali ke kastil lagi untuk terakhir kalinya. Namun dari kejauhan dia melihat fenomena yang tidak biasa disana.

"Apa itu?. Bukankah tadi sore orang-orang sudah meninggalkan lokasi hutan ini?" ujar Erik melihat aktifitas beberapa orang keluar dari kastil. Dia lantas mengikuti orang-orang tersebut. "Apa!.. Apa itu. Peti? dan juga ada tiga peti dengan beberapa tanda di atasnya. Jangan-jangan itu adalah peti yang seharusnya tidak boleh meninggalkan kastil! Celaka, kenapa aku bisa kecolongan dan dibodohi begitu mudahnya," ungkap Erik dalam benaknya ketika melihat orang-orang yang memasukan peti kedalam mobil box.

"Hei, apa yang sudah kalian lakukan!" Seru Erik. "Cepat kembalikan peti-peti itu ketempat semula!" Erik keluar dari balik pohon besar dimana dia bersembunyi. Dia mencoba mencegah peti-peti tersebut dibawa keluar dari areal kastil.

"Urus dia sekarang juga!" ujar lelaki yang memakai masker memasuki mobil dan menyalakan mesin.

"Berhenti kau!.. aaaahh...kurang ajar.. ber..hen..ti. aku.. mo..hon.". Erik pingsan ketika menerima pukulan dari seseorang yang bertubuh besar di belakangnya.

•••

Di hotel Welliam's semua tim ekspedisi sedang menikmati waktu makan malam bersama mereka. Tiba-tiba lampu hotel mati dan membuat seisi pengunjung panik untuk sementara.

"Kepada para pengunjung diharap tenang. Kami sedang mempersiapkan tenaga listrik cadangan. Jadi mohon jangan tinggalkan tempat kalian berada saat ini karena dikhawatirkan terjadi suatu hal yang tidak diingnkan." ujar manager hotel Welliam's memberika intruksi kepada pada pengunjung yang mulai panik.

Tak lama kemudian lampu kembali menyala. Namun diluar tampaknya menunjukan cuaca yang tidak biasa. Tiba-tiba hujan turun disertai guntur. Pohon-pohon disekitar hotel bahkan sampai ada yang tumbang hingga terbakar. Para pegawai tampak sibuk menangani hal yang tak terduga tersebut. Demi keamanan dan kenyamanan para pengunjung yang datang. Petugas hotel menyerukan agar memasuki ruangan mereka masing-masing. Para pengunjung hotel akhirnya kembali ke ruangannya masing-masing.

"Ada apa ini? Ntah mengapa perasaanku tidak enak." ungkap Aluna yang berjalan bersama Paula teman satu kamarnya.

***

 BEFORE                                             NEXT BAB 5

Comments

Popular Posts