Saat aku turuni tangga
eskalator di mall. Aku tak sengaja menoleh kearah stage musik yang
sedang ramai pengunjung di bawah. "Hmm, rasa-rasanya aku pernah dengar
lagu yang sedang berdendang ini?"ungkapku seraya mengingat apakah aku
tau lagu apa itu.
Rupanya
ada festival musik di lantai bawah mall yang menghadirkan beberapa
music dari anak band yang ada di kota kami. Aku melirik kebawah
terlihat band yang sedang tampil di stage sana. Ternyata band yang
sedang tampil itu adalah salah satu band yang terkenal di sekolahku
dulu.
"Ahh mereka
kah? Tidak aku sangka bisa melihat mereka tampil disini." ujarku melihat
sejenak penampilan musik band teman satu angkatanku dulu. Hingga
akhirnya aku selesai dengan apa yang ingin aku lihat kemudian aku pergi
memalingkan diri meninggalkan mall untuk bergegas pulang. Sesaat
setelah melihat band tersebut aku mulai mengingat masa SMA dulu.
...
Memory SMA
kira-kira
saat itu aku kelas 2 SMA. sekolahku adalah sekolah menengah atas
negeri biasa. Namun tiba-tiba menjadi tidak biasa karena kedatangan
murid pindahan dari Jakarta. Namanya adalah Trisna Abimana, katanya sih
dia anak orang kaya di kotaku tinggal. Bahkan rumahnya sebesar istana
yang dapat semua orang lihat di pinggir jalan sebelum berangkat ke
sekolah.
Siswa
pindahan itu ada di kelas IPA tiga berbeda kelas denganku. Rupa-rupanya
dia merupakan saudara dari anak kelas satu yang cukup populer di
sekolahku. "Hmm, kalo tak salah namanya juga ada Abimananya. Yah,
namanya adalah Restu Abimana. Lalu kalo tak salah dengar anak IPS yang
namanya Rendra juga merupakan kerabat Restu, jadi otomatis mereka
bertiga satu keluarga." Begitulah ingatanku sekilas tentang mereka yang
baru saja aku lihat.
Sama
seperti yang aku lihat di mall tadi mereka bertiga tergabung dalam
band Sudah dari sejak SMA dulu. Yah, sudah seperti sinetron saja
kisahku ini. Siapa yang menyangka di sekolahku akan ada anak pindahan
dari sekolah lain. Hingga sempat membuat heboh teman-teman wanita
seangkatanku. Jujur saja, awalnya aku tidak terlalu memperhatikan
mereka. Sampai saatnya sekolah kami mengadakan pensi dan mereka tampil
memeriahkan acara tersebut.
"Juwita kaulah gadisku, sungguh aku ini cinta padamu ... ."
"Tetapi ... sayangnya, kau ... sudah ada yang punya ... ."
Bila tidak salah seperti itulah salah satu syair yang band mereka nyanyikan kala itu.
Saat
itu kebetulan aku belum pulang sekolah setelah giliran acara pensi
kelasku selesai. Biasanya sih udah cabut lagi, namun karena aku salah
satu panitia kelas. Aku membantu yang lainnya membereskan perlengkapan
pentas kelas kami sampai selesai. Kebetulan ditengah selingan penampilan
acara. Band keluarga Abimana menyumbangkan lagu dengan Trisna sebagai
vocalisnya.
"Wahh
... ." Aku hanya bisa terkagum dengan alunan musik dan suara vocalis
mereka. Mungkin karena terlalu sering berada di kelas dan perpus, aku
baru kali ini melihat wujud mereka berempat personel Nicegray sekolah.
"OMG
... Aku kira hanya orang-orang Jakarta aja yang punya wajah tampan.
Ternyata di sekolahku ada juga lelaki tampan yang gak kalah dari
bintang film di televisi," ujarku dulu norak melihat band dari dekat
untuk pertama kalinya. Lantas aku mulai terbuai alunan musik yang
mereka mainkan. Tapi bila dipikir-pikir kembali wajar sih banyak teman
kelasku yang ngefans. Mereka semua terlihat tampan dari dekat, mungkin
karena mereka perawatan untuk bisa setampan itu kali ya, Maybe?" Tapi
bukan tampannya sih yang buat aku terkagum. Ternyata mereka memang jago
mainin alat musiknya. "Heol, bikin iri saja," begitulah imbuhku dalam benakku ketika melihat bakat dan semua yang mereka miliki.
...
Fix,
setelah menonton permainan profesional anak band sekolah. Aku jadi
terpicu semangat buat belajar alat musik lagi. Aku ambil gitarku
dipojokan dan kumainkanlah alat itu di malam harinya.
"Jenjreng ... ."
"Aaaaaaa ... ."
Baru
saja lima menit aku memainkannya ibuku sudah datang ke kamarku dan
memarahiku. "Alya berisik! Udah malam tau. Mending enak didenger, yang
ada malah bikin sakit kepala aja. Gak tau apa ibu lagi sakit gigi,"
ujarnya menegurku dan langsung kembali menonton tv kembali.
"Ahh,
mungkin aku terlalu bersemangat karena kejadian tadi siang." Aku
taruh gitarku kembali di pojokan dan kembali rebahan hingga tertidur
sampai pagi.
...
Esok
paginya aku berangkat sekolah seperti biasanya. Diwaktu istirahat aku
melihat keluarga Abimana sedang berkumpul bersama di kantin sekolah.
Sontak banyak siswa lainnya yang melihat kearah mereka, namun gak
selebay di sinetron sih. Amh ... cuma lihatin aja, gak sampai muji-muji
apa gimana. Yah karena mereka juga bukan artis, jadi palingan cuma para
anak kelas satu aja yang agak lebay dikit. Wajarlah namanya juga masih
anak kelas satu SMA.
Seperti
biasa aku berada di perpustakaan untuk membantu penjaga perpus
memberikan pelayanan peminjaman buku. Karena lokasi perpus dan kantin
yang dekat inilah aku tau kegiatan orang-orang yang mondar-mandir di
sekitarnya.
Kira-kira
3 bulan setelah pensi diadakan aku mendengar kabar tak menyenangkan.
Banyak siswa yang bergunjing tentang siswa baru dari IPA tiga itu. Tapi
karena hanya sekedar rumor aku mengabaikannya. Hingga 2 bulan kemudian
aku mendengar bahwa Trisna si anak baru itu berpacaran dengan anak
kelas satu yang orang-orang bilang sih paling cantik di sekolah.
Tak
lama setelah kabar pacaran dua orang tersebut. Aku tak sengaja melihat
keduanya berjalan bersama memasuki gerbang sekolah. Si cewe anak kelas
satu itu turun dari mobil Trisna dan mereka jalan mengarah padaku.
Setelah berpapasan dengannya, aku seperti mengenal anak kelas satu
tersebut. Akh, rupanya dia anak dari sebrang gang rumahku. Kalo dia
sih aku sudah pernah lihat, dia kan ... wanita cantik itu. Cewek yang
pernah satu angkutan umum denganku. Yah, dia memang cantik sih. Pantas
saja si anak baru itu mau pacaran dengannya. Setelah selesai dari
tukang fotocopy di luar gerbang aku kembali ke kelas untuk membagikan
kertas hasil kopian kepada teman yang lainnya. Pelajaran dimulai setelah
bel berbunyi tiga kali.
...
Kenangan
sekolahku di SMA tak terlalu baik. Aku bahkan tak terlalu senang
mengenang teman-teman seangkatanku. Namun setelah bertemu dengannya di
mall tadi. Aku jadi mengingat kembali teman-teman SMAku yang dulu.
Lagian
kenapa aku harus ketemu dengan mereka bertiga sih. Hmm ... yah namanya
juga masih di kota yang sama tentu saja ada kemungkinan bertemu. Tapi
kenapa harus mereka, bukan orang lain yang aku harapkan bertemu.
Sudahlah, bagiku keluarga Abimana ini seperti cerita dalam sinetron
saja. Sekelompok orang yang populer di sekolah, anak orang kaya, ke
sekolah pakai mobil dan gerombolan Lelaki tampan serta anak band.
Btw, meski begitu aku cukup bersyukur sih bisa ketemu mereka tadi. Meski bukan salah satu fans dari Nicegray,
ada salah satu personil yang aku sukai disana. Bukan karena dia tampan
juga sih, tapi karena dia seorang drummer. Aku dari dulu sangat suka
sekali sama orang yang mahir main bass sama drum. Nah saat sekolah
dulu, kebetulan aku melihat dia bermain drum dengan mahirnya. Hingga
jantungku berdegup kagum, ditambah dia terlihat sangat cool saat
bermain drum. Hal itu bisa terlihat dari keringat yang bercucuran dari
wajahnya, leher yang terpampang melalui kaus oblong yang dia pakai.
"Ahhhhh, gawat ... aku jadi teringat dia kembali. Drummer Nicegray Restu
cowok populer sekolah dengan tampannya yang maksimal."
Tapi
meski begitu, walau dia memiliki ketampanan seperti artis pun. Bagiku
dia tak lebih menarik seperti lelaki yang selalu ada di hatiku sampai
saat ini. Namun meski begitu, terima kasih kepada Tuhan aku ucapkan
karena telah menciptakan berbagai macam mahkluk indah di dunia ini.
Di
masa SMA ada keluarga Abimana yang sedikit memberikan kenangan dalam
memoriku tentang musik. Sedangkan di kampusku lebih banyak lagi yang
lihai memainkan alat musik dan band dengan berbagai aliran musik yang
bisa aku nikmati. Apalagi fakultas sebelah, gedung sebelah fakultas MIPA
adalah fakultas sastra. Tak ayal setiap beberapa bulan sekali mereka
selalu mengadakan pensi di halaman gedung mereka. Aku adalah salah satu
mahasiswa yang tak pernah absen melihat penampilan para seniman sastra
itu. Begitu banyak hal menarik di kampus hingga aku sedikit melupakan
rasa bosanku. Selain itu, Gerald teman sekelasku juga rupanya mahir
dalam memainkan gitarnya. Meski aku tak tau dia anak band atau bukan.
Aku hanya pernah melihat dia gonjrang ganjreng memegang gitar. Yah,
ntahlah itu adalah hobinya saja atau memang anak band beneran bukan
urusanku sih. Lagipula banyak hal lain di kampus yang mesti aku lakukan
dan pikirkan. Hingga saat ini pun kehidupan kampus masih aku jalani di
semester tiga ini. Btw, Minggu depan udah UTS. Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Dan
malam ini pun aku masih bergelut dengan buku-buku di meja belajarku.
Aku membuka buku-buku di lemari untuk mempersiapkan beberapa materi
yang akan aku pelajari untuk persiapan UTS. Aku membuka halaman demi
halaman membaca buku yang sedang aku pegang. Hingga akhirnya aku mulai
merasa mengantuk dan tertidur di meja tempatku membaca buku.
BEFORE NEXT BAB 7