MIRACLE HELIANTHUS: BAB 9. Telaga Warna

 

 


"Tidak tau kapan dan dimana aku mulai menyukai sesuatu atau membenci sesuatu itu? yang aku tahu hanyalah kehangatan dari kenangan yang tertinggal dihatiku." Ketika ketidakpekaan diriku berubah menjadi keingintahuan akan dirinya.

...

Aku bersama teman setimku Jefra masih disibukan akan mencari sampel serangga yang akan kami inventaris. Rupanya teman-teman yang lainnya juga melakukan pekerjaannya masing-masing sesuai dengan. Waktu sudah semakin siang. Kira-kira pukul 10.46 aku dan Jefra selesai dari aktivitas kami di kebun teh mengamati serangga yang ada disana. Kami memutuskan untuk melihat-lihat apakah ada serangga yang bisa diinventaris di sekitar danau sehingga kami memutuskan untuk mengunjunginya. Kulihat beberapa tim ekologi air sedang berada diatas perahu menikmati suasana tentram ditengah danau sana. Aku yang baru sampai bersama jefra berada di tepi danau menunggu teman-teman yang lainnya menepi.

Perahu itu menepi dan seseorang mengulurkan tangannya padaku untuk memanduku melangkah diatas perahu yang sedikit bergoyang. Tanpa basa basi aku gapai tangan itu hingga aku berada diatas perahu. Celoteh Yana menyoraki Gerald yang membantuku dengan menggenggam tanganku tadi. "Ciye-ciye Pegangan tangan," ujarnya ketika melihat Gerald yang membantuku naik keatas perahu. Kami hanya diam saja tidak menanggapi celotehannya itu karna begitulah Yana dengan segala keusilannya. Jefra juga sudah berada diatas perahu membantu mengayuh perahu agar menuju ketengah danau kembali.

"Wahh, Indahnya." Aku terpesona akan alam yang belum aku lihat sebelumnya. Air yang jernih dengan lumut dan ganggang berada di sekitar danau. Pepohonan yang menjulang tinggi dengan langit yang membiru. Teriknya mentari memancarkan cahaya indah yang menembus danau hingga terlihat jernih airnya. Aku pejamkan mataku sejenak menarik nafas perlahan menikmati suasana kala itu. Ditengah suasana itu Gerald menawarkan secangkir teh hangat untuk kami. Dia terlihat piawai sekali memasak air didalam peralatan memasak yang dia biasa bawa ketika naik gunung.

"Kau mau pakai madu atau gula?" tanya Gerald padaku. "Amh, boleh bila ada." Aku lantas menghampirinya dan membantu membawakan teh untuk Jefra juga. Kami menikmati secangkir teh hangat dengan pemandangan indah kala itu. Aku juga melihat kawanan Monyet yang sedang bergelantungan di ujung pohon teratas melompat dari satu dahan ke dahan lainnya. Tak lupa Gerald mengabadikan momen tersebut dengan kamera yang sengaja dia bawa. Perasaan hangat kala itu membuatku merasa seperti sudah lama mengenal mereka. Padahal ketika di kampus aku tidak terlalu dekat sama sekali. Namun kepedulian mereka membuat hatiku hangat kala itu. Meskipun pada dasarnya aku juga tidak terlalu banyak bicara hanya menikmati kebersamaan kami. Namun bagiku itu pengalaman yang cukup menarik selama masa hidupku.

...

Dari ujung pintu masuk danau terlihat seseorang melambaikan tangannya memanggil nama Jefra. Rupannya lelaki tersebut adalah Yudi. Kami akhirnya menepi sejenak dan Jefra menemui Yudi lalu pergi berdua. Aku masih berada di atas perahu bersama teman yang lainnya. Kulihat Diana dan Indira sedang mencatat beberapa hal yang mereka temukan selama berada di danau seharian. Gerald dan Yana akhirnya mendorong perahu kembali untuk pergi ke bagian ujung danau. Disana tak kalah indah dengan banyaknya hewan air berada di pinggir danau. Ada juga ikan-ikan kecil disana. Setelah kami selesai mendokumentasikan semua yang diperlukan, kami lantas bersantai sejenak menikmati pemandangan danau dan hembusan angin sepoi-sepoi. Dari kejauhan Jefra dan Yudi sudah kembali tapi kami berada di ujung sebrang danau sehingga dia hanya melihat-lihat dedaunan sekitar dengan membawa jaring  perangkap serangga di tangannya. Terlihat juga Meylisa bersama kak Puda yang sedang memotret burung-burung yang ada di sekitar danau.

Matahari sudah terik sekali kala itu. Perahu menepi karna kami anak perempuan harus membantu memasak makan malam nanti. Kami berjalan di pinggir danau untuk melihat-lihat perangkap yang dipasang untuk hewan air apakah sudah terisi atau belum. Lalu Yudi nyeletuk bilang kalo menurut legenda yang di tulis pada papan informasi di danau ini. Bila kalian berada di danau ini kemudian melihat ada ikan merah kecil disana. Maka ada kemungkinan orang disamping kalian adalah jodohmu. Lalu Yudi melihat ikan di pinggir danau dan menunjuk kearah aku dan Jefra. Aku tak menghiraukan ucapannya kala itu karena aku tidak baca sendiri papan informasi tersebut. Aku kembali ke vila bersama Jefra dan anak perempuan lainnya ditemani kak Puda, Yana dan Meylisa yang usai dengan kegiatan mereka. Gerald, Farel, dan Yudi tetap berada di sekitar danau.

Ketika kami hendak pulang ke vila aku cukup kaget dengan rute jalan yang berbeda ketika kami pergi ke danau. Rupanya Yana dan yang lainnya menggunakan rute yang terpendek untuk mencapai lokasi vila kala itu. Ditengah perjalanan aku dan Jefra menemukan beberapa serangga unik yang belum kami temui. Aku keluarkan kamera dari poketku dan aku dokumentasikan serangga tersebut. Perjalanan menuju vila memang tidak sejauh jalan normal. Tapi aku terkejut dengan apa yang berada di tengah perjalanan kala itu. Di sepanjang pepohonan baik diatas dan di daun bawah ada saja pacet yang berada disana. Aku sempat khawatir kala itu. Bersyukur aku menggunakan sepatu Boots dan jaket parasut agar terhindar dari pacet. Namun aku hampir saja berteriak karena ada pacet yang menempel tepat di ujung topi yang aku pakai. "Melmel ... Mel ... Diana ... Yan ... Tolong ... ini." Ujarku bergidig menunjuk pacet yang berjuntai tepat di depan mataku. Jefra dan meylisa lantas menolongku membuang Pacet tersebut dengan sebuah kayu kecil agar pacet tersebut terperangkap disana.

Setelah itu kami keluar dari jalan kecil tersebut menuju jalan agak besar menuju vila. Setibanya di depan halaman vila. Aku melihat bapak dan ibu dosen datang berkunjung. Mereka datang membawa beberapa cemilan untuk kami dan sedikit memberi kabar kurang menyenangkan pula. Rupannya kegiatan Eksplorasi kami tidak boleh lebih dari Lima hari. Paling lama 4 Hari. Karena sudah dua hari kami disini. Besok adalah hari terakhir kami bisa menjelajah daerah sekitar taman nasional dan puncak sekitarnya.

...

Usai menyiapkan masakan untuk makan malam. Aku dan teman-teman perempuan ikut berkumpul di ruang tengah yang semakin ramai dengan kedatangan beberapa alumni. Tak lama di grup Line terdapat notifikasi dari Gerald yang membagikan Foto bahwa dia dan Farel baru saja mengunjungi habitat Kantung Semar disana. Aku sempat iri karena mereka bisa pergi ketempat sana. Lalu Kemudian Kak Puda menawarkan kepadaku dan Jefra untuk pergi kesana bersama dengan timmya Meylisa. "Gua besok mau lihat juga, kalian tertarik buat ikut?" tanyanya pada kami. Tentu saja aku dan Jefra gak butuh lama buat mikir dan mengiyahkan ajakannya itu. 


BEFORE                                                                                                               NEXT BAB 10

Comments

Popular Posts