Feb 13, 2024
CERPEN "SERIGALA & 3 EKOR ANAK AYAM"
TELAGA WARNA PUNCAK BOGOR
( sumber : Ade S. telaga warna puncak Bogor)
Makanan khas Indramayu
FOOD TRADISIONAL INDONESIA
This is Burcok. Bubur nasi dengan toping sayuran yang khas dari daerah Indramayu. Monggo untuk para kulineries buat coba makanan yang satu ini. Terutama buat penikmat masakan bubur.
NEVERS ISLAND : PROLOG
Liburan akhir semester sudah tiba. Kini aku adalah mahasiswi jurusan Biologi tingkat akhir di universitas swasta di london ini.
Mungkin ada sebagian yang tak akan percaya,
Tapi aku adalah, seorang peneliti. Aku sangat menyukai pelajaran sejarah, aku juga sangat menyukai ilmu Biologi.
aku menyukainya karna biologi adalah ilmu mengenai kehidupan. Tak hanya mempelajari makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan saja. Biologi juga mempelajari tentang lingkungan sekitar.Kecintaanku pada alam membuat aku memutuskan menjadi seorang peneliti. Oleh karena itu, aku masuk ke universitas jurusan Biologi yang aku sukai sejak dari kecil.
Hari ini adalah hari liburan semester ganjil. Aku sangat menantikan hari libur ini, karna pada hari ini aku akan pergi berlibur bersama temanku ke pulau terpencil. Kalian tau kenapa liburan ini sangat spesial?!.
Karna liburan ini aku sudah tunggu-tunggu dari dulu. Liburan bersama temanku dan juga sekaligus menyelesaikan tugas akhir kuliahku.
Ditambah lagi yang spesial di hari liburan ini adalah.... Karna dia juga ikut berlibur bersama denganku.
•••
Siang hari bandara London.
Aku dan teman-temanku berjalan menuju pesawat yang akan terbang ke tempat tujuan kami.
"Wah, hatiku berdegup kencang. Rasa senang membuat hatiku tak bisa tenang. Bagaimana denganmu ryo?" tanya tania pada ryo temannya tersebut.
" Kau benar tan, aku dengar pulau yang akan kita kunjungi ini masih belum banyak pengunjung berdatangan loh. Kita dapat izin berkunjung pemerintah setempat karna bantuan khusus dari profesor fox. Yahh, karna untuk tugas akhir kita juga". Jawab ryo dengan penjelasan yang simpel. Kemudian Ryo kembali membaca koran setelah tak ada pertanyaan lagi dari tania.
"Perhatian untuk semua pengunjung, sesaat lagi pesawat akan mengudara menuju tujuan pulau kecil. Pengunjung sekalian diharapkan agar tetap tenang".Sesaat Kemudian, pesawat mengudara menuju pulau kecil tempat tujuan mereka.
Didalam pesawat terdapat kurang lebih 150 penumpang dengan tujuan pulau terpencil yang eksotis dekat dengan benua Afrika. Sudah banyak para wisatawan yang berkunjung ke pulau terpencil tersebut. Mulai dari wisatawan Asia, hingga Australia, Afrika, dan Amerika. Bahkan ada juga para kolektor dari penjuru dunia lainnya yang datang kesana. Menurut kebanyakan orang yang datang kesana. Dikutip dari web khusus wisata eksotis keajaiban dunia. Pulau terpencil tersebut merupakan tempat wisata yang paling banyak diminati. Namun tak banyak orang yang bisa datang kesana. Karna tempatnya yang jauh dan harga tiket perjalanan yang mahal. oleh karena itulah hanya para kalangan elite yang bisa datang kesana.
Well, kenapa aku Tania bisa datang ke pulau terpencil idaman banyak orang ini. Itu karena temanku yang super baik hati ngajak kita bersepuluh buat liburan kesini secara gratisan doang. Temenku yang baik itu tak lain adalah Gill Thunter Hunt seorang anak kolongmerat di London yang kebetulan temen kelasku. Karna saking loyal dan baiknya dia, tentu saja banyak orang yang suka sama dia. Apalagi para kaum hawa, wew... Banyak buanget deh. Gak cuma kaya raya, Gill juga punya tampang Guanteng banget, ditambah baik pula orangnya, pokoknya Gill itu TOP BGT dah !.
Oh yah, ngomong-ngomong soal Gill. Ada cowok yang keren lain selain gill yang ikut serta dalam liburan ini. Dia adalah Gilbert thunder Ryo sepupu gill. Ada juga Marta salah satu mahasiswi jenius di kelasku. Jeany yang jago banget di bidang kimia. Nadine sang ratu kampus, Willy si cowok atletis, Veronica anak salah satu komite kampus, Dats sang ahli beladiri seantero kampus, lalu ada juga baccus mahasiswa tereligius di kampus. And then yang terakhir adalah aku Tania adloft Smily mahasiswa biologi tingkat akhir yang punya cita-cita jadi peneliti berpengaruh di dunia.
Well, meski aku tak tahu kapan itu akan terwujud. Aku selalu antusias pada setiap langkah yang aku titih ini. Karna cita-citaku masihlah jauh. Aku putuskan untuk melakukan penelitian kecil-kecilan mulai dari sekarang. Salah satu project bahan yang akan aku buat teliti salah satunya adalah pulau terpencil yang sekarang sedang kami tuju ini. Menurut rumor di internet disana terdapat banyak sekali hal menarik bak keajaiban di dunia. Oleh karena itu, tempat itu adalah salah satu dari sekian tempat yang dianggap surga bagi kami calon peneliti.
Aghh, aku ingin segera sampai di tempat sana. Cepatlah... Cepatlah sampai wahai pesawat terbang.
Tania yang begitu antusias akan perjalanan itu, tak sabar lagi ingin segera sampai di tempat tujuan. Dia tak pernah tahu apa yang akan terjadi yang akan menimpa pada mereka.
πΎπΎπΎ
Apa ini?...
Rasanya ...Dingin...
Kenapa aku bisa melihat awan dengan jelasnya?
Tunggu, kenapa tubuhku tidak bisa digerakkan?
Dan suara ini, aku.. aku mendengar suara ombak.
Saat aku tersadar, aku tergeletak di pinggir pantai dengan deburan ombak menerpa tubuhku yang tak berdaya. Aku coba menggerakkan tanganku... kakiku... dalam Sekejap aku merasa mati rasa.
Hingga selang beberapa menit aku bisa menggunakan tubuhku sesuai keinginanku. Seluruh tubuhku basah, bajuku pun juga, ditambah lagi... Aku tidak tau dimana aku berada. Oh Tuhan... Ada dimana aku? Kemana perginya teman-temanku?. Disaat kedinginan melanda tubuhku. Aku berjalan menyusuri pinggir pantai untuk mencari tempat yang lebih aman. Setidaknya aku ingin mencari dedaunan yang bisa menutupi tubuhku. Lalu,.. aku pun menemukan banyak pepohonan di hutan dekat pantai. Meski begitu, rasa dingin dan lelahku mengalahkan tekadku. Saat itu... Aku pun langsung terjatuh di pinggir hutan. Sebelum aku menginjakan kaki disana.
...
Beberapa jam sebelum Tania terdampar di pantai.
"buku apaan tuh ryo?",tanya tania pada ryo yang sedang serius membaca disamping kursinya. "ahh.. ini", sembari menunjukan beberapa lembar kertas pada tania. "apa?", tania terkaget melihat judul halaman di artikel yang sedang dibacanya. "ini sungguhan yo?. apa cuma rumor aja nih. bukankah ini tentang pulau yang akan kita tuju?",ungkapnya sembari membaca kata perkata pada artikel tersebut. "yah, bila dilihat lokasinya sih sepertinya iya. tapi disitu tak dituliskan nama pulaunya",ryo.
Tania yang kelelahan dan kedinginan saat itu jatuh pingsan di pinggir hutan dekat dari pantai tempat dia terdampar. Dia tak pernah menyangka, nasib naas seperti itu akan menimpa dirinya.
Sendirian di pulau yang dia tidak kenalnya.
Kedinginan...
Kelaparan...
Yang dia ingat hanyalah detik-detik sebelum kejadian naas itu terjadi.
"ahh tenang saja, ini kan hanya sebuah artikel di dunia maya. Aku hanya iseng saja mengunduh dan mencetaknya",diambilnya beberapa kertas dari tania yang sudah dilihatnya. "ahhhaha..iya juga ya, lagipula sumbernya tidak jelas juga yah",tania pun sedikit tersenyum menyeringai lega karna ryo menganggap itu hanya sebuah rumor belaka.
Yah, semoga saja itu hanya rumor yah...(ryo)
Ryo sendiri merasa gelisah dengan tempat yang akan mereka tuju tersebut. Hingga dua Minggu lalu dia banyak mencari informasi tentang pulau terpencil tersebut. Lalu dia pun menemukan sebuah artikel yang bertemakan "NEVERLAND" dimana di pulau tersebut hanya beberapa orang yang memiliki impian saja bisa menginjakan kaki mereka. Sejak saat itu entah mengapa, hati dan tubuh ryo selalu gelisah. Dia takut apabila pulau terpencil yang mereka tuju adalah pulau yang seharusnya diinjakan.
"Tania.."
"Ya, ryo... ada apa?", jawab tania sebari membaca beberapa lembar artikel yang ryo bawa.
"kau tau apa nama pulau yang akan kita kunjungi ini?"
"Emm,... " tania berhenti membaca sejenak seraya mengingat nama pulau tersebut. " Emm.. kalau tidak salah Wonderland .... Nava....apa Neve gitu. Ahha... Maaf ryo, kurasa aku lupa. Soalnya saat gill mengatakan nama pulau itu aku sedang sibuk dengan proposalku. Emangnya ada ryo, akhir-akhir ini kau jadi pendiam dan sedikit ..."
"Hemh.. apa? Aku sedikit apa tan?"
"Ahh...tidak ko... Yah kau jadi pendiam saja. Kenapa sih kau ini ryo?. Lagi pula,.. kau kan bisa tanya pada gill dahulu sebelum memutuskan untuk ikut. Huh... Kau ini yah... Aku kan cuma penumpang gratisan. Jadi mana berani aku tanya-tanya yang tidak perlu. Lagipula... gill pasti membawa kita ketempat yang aman dan menyenangkan bukan?", ungkap tania sebari menatap wajah ryo dari samping.
"Ahaha,.. Iyah yah... Kau benar juga tania. Ahh... Aku masih punya banyak artikel lainnya kau mau baca?",ryo langsung mengeluarkan semua artikel yang dia bawa.
Ternyata.... Benar.... Ryo sedikit ... Aneh. Akhir-akhir ini, dia sering sekali melamun. Dan juga, dia bertanya tentang hal yang aneh-aneh. Ada apa yah?... Heumh andai dia mau terbuka sedikit denganku...ungkap tania dalam hatinya.
Dia adalah Gilbert thunder ryo sepupu gill. Kebetulan dia adalah teman satu angkatan di kelas biologi, tapi dia berada di kelas sebelah. Lebih tepatnya, dia berada dikelas biologi A sedangkan aku di kelas biologi B sama dengan gill. Diantara para mahasiswa biologi, banyak orang yang mengatakan bahwa kelas A adalah kelas unggulan untuk calon profesor di masa depan. Oleh karena itu, kelas A sedikit berbeda dengan kami kelas B. Meski kami sama-sama di kelas biologi, tugas yang diberikan pada kami cukup berbeda-beda. Terutama untuk ryo, karna dia harapan kampus. Yah, Ryo memang jenius, semua tugas berat yang dia dapatkan selalu mendapat nilai A. Sedangkan aku yang orang biasa saja harus bekerja keras untuk mendapatkan nilai A. Tapi, aku ini tidak bodoh loh. Itu karena aku masuk urutan kelas B yang satu tingkat dibawah kelas A. Hanya saja, kelas A itu memang penuh dengan orang-orang genius.
Btw, dulu di semester satu gill adalah salah satu dari mahasiswa biologi kelas A. Tapi setahun kemudian dia memutuskan pindah ke kelas B. Aku tidak tau apa alasannya, padahal gill itu adalah salah satu orang jenius juga loh. Tapi... Kenapa dia memutuskan pindah kelas yah? Hmm... Itu masih misteri sampai sekarang. Kalian tau, berkat gill yang pindah ke kelas B. Sekarang kelas B sudah dianggap kelas setara dengan kelas A. Wah-wah, memang yah... Keadaan lebih luar biasa bila ada orang genius masuk ke kelasku. Dalam waktu singkat kelasku jadi mendadak terkenal. Setiap hari selalu saja banyak mahasiswi yang mencuri pandang ke kelas kami. Ditambah lagi perlakuan para dosen pun mendadak jadi berubah. Seakan mereka ingin membuat tempat dimana gill berada menjadi tempat yang nyaman untuknya. Ternyata keberadaan tuan muda Gill Thunder Hunt memang berdampak signifikan sekali terhadap kelas kami. Begitu pula dengan diriku ini.
Kembali lagi pada topik kita, tentang Gilbert Thunder Ryo yang terduduk disampingku. Dia juga merupakan salah satu keluarga Thunder kolongmerat London yang memiliki perusahaan listrik terbesar di dunia. Kalian tahu, kampus tempatku menimba ilmu juga merupakan salah satu universitas swasta ternama di London. Pasalnya kampus ini adalah yayasan yang dibangun sendiri oleh keluarga Thunder dari masa ke masa. Maka dari itu universitas ini tak kalah dari universitas negeri di London. Kebanyakan orang yang kuliah disini adalah orang-orang elite dari berbagai kalangan. Kebanyakan anak Pemilik perusahaan dan anak pejabat pemerintah. Yah, bisa menjadi salah satu dari mereka adalah suatu kebanggaan tersendiri untukku. Oleh karena itu aku mengucapkan syukur kepada Tuhan yang memberikan kesempatan untukku agar bisa kuliah di universitas ini. Juga kepada pamanku yang sudah membiayai kuliahku saat ini.
Oh yah, kalian tau ryo ini adalah salah satu perwakilan dari organisasi kampus loh. Terlebih lagi, dia adalah ketua dari perwakilan semua mahasiswa.Wajahnya yang tampan dibalut pembawaannya yang kalem dan nada suaranya yang tegas saat berorasi membuat semua para wanita berteriak histeris mendengarnya. Oh iya, aku adalah salah satu wanita itu hihi.
Kau tahu, didalam hidupku ini baru pertama kali hatiku bergetar hanya karena suara teriakan seseorang. Orang yang bisa membuatku terkesima dan terbawa olehnya hanyalah dia... "Gilbert Thunter Ryo". Disaat dia berorasi di depan kerumunan banyak orang benar-benar membuatku berdebar-debar. Apalagi sekarang ini...., dia ada terduduk disampingku. Orang yang aku Kagumi dan spesial untukku. Semua ini tidak bisa terjadi tanpa adanya pariwisata kali ini.
Tuan muda Gill... Aku sungguh berterima kaasih padamu.
...
Tak lama setelah tania dan ryo berbincang sebari membaca artikel. Terdengar suara guncangan di kapal saat itu. Para kru pesawat mengumumkan tentang adanya evakuasi darurat dengan menggunakan parasut. Tentu saja para penumpang semuanya panik. Saat itulah baru pertama kalinya aku melihat wajah ryo yang pucat bukan main. Dia memegang pundakku dan berkata semuanya akan baik-baik saja. Dia memakaikan parasut serta memberikan arahan cara penggunaanya. Lalu mengucapkan kata-kata perpisahan kami. Satu persatu dari kami terjun bebas menggunakan parasut sebelum pesawatnya jatuh terlalu dekat dengan air. Dan sampai disitulah ingatanku hilang. Aku tak tau lagi apa yang terjadi. Kenapa pesawat kami mengalami gangguan kenapa aku bisa ada di tempat ini sendiri. Kemana perginya gill dan teman-temanku serta penumpang lainnya. Kemana pula perginya ryo?.
Kuharap mereka semua baik-baik saja..
Di alam bawah sadarnya, tania berharap semua temanya baik-baik saja. Dia masih tergeletak di pinggir hutan itu. Kini perjalanan pariwisata impiannya sudah kandas karna peristiwa naas tersebut. Akankah tania bisa bertahan hidup dan menemukan kembali teman-temannya?. Lalu, sebenarnya pulau apa yang baru saja dia datangi itu?
π π π π π π
NEVERS ISLAND
NEVERS ISLAND
SINOPSIS:
Tania seorang mahasiswi Biologi
universitas swasta di london. Saat akan berlibur bersama teman-temannya
di pulau terpencil. Pesawat yang membawa tania dan temannya mengalami
kecelakaan saat akan mendekati pulau. Berkat peralatan keselamatan
darurat yang tania pakai ia pun lolos dari maut. Namun ia terpisah
dengan teman-temannya. Naas dia mendarat di laut lalu terbawa arus
hingga tiba di sebuah pulau tak berpenghuni yang tak ia kenal di peta.
Dalam keadaan ketakutan dan sendirian tania mencoba bertahan di pulau
tersebut sampai akhirnya ia memutuskan menjelajahi pulau tersebut. tania
memiliki keyakinan suatu saat dapat bertemu dengan temanya yang lain
apabila dia bertahan hidup kala itu. Namun teman-teman tania yang
berhasil selamat ternyata berada di seberang pulau yang berbeda dengan
dirinya.
CAST:
1. TANIA
2. GILL
GENRE : FANTASI - REMAJA
STATUS SELESAI
DAFTAR ISI
1. CHAPTER I. SENDIRIAN DIHUTAN
3. CHAPTER 3. APAKAH AKU SUDAH MATI?
5. CHAPTER 5. SANG PENYELAMAT
6. CHAPTER 6. TEMAN-TEMAN
7. CHAPTER 7. HARAPAN
8. CHAPTER 8. TENGGELAMNYA NEVERLAND
9. CHAPTER 9. TERBANGUN DARI MIMPI BURUK
10. CHAPTER 10. AFTER
NEVER ISLAND ARC 1: CHAPTER 1. SENDIRIAN DI HUTAN
Sempat tak sadarkan diri dipinggir hutan dekat laut lepas yang membuat sekujur tubuhnya kedinginan. Tania tersadar dari pingsannya setelah kurun waktu tiga jam dia tergeletak.
Beruntung saat Tania pingsan matahari bersinar cerah. Baju yang basah kini sudah mengering kembali. Tania membuka matanya perlahan. Dia pandangi sekeliling yang tampak hanyalah pohon-pohon besar menjulang tinggi.
Tania terbangun dari posisi tengkurap menjadi terduduk bersandar dibawah pohon besar. Kembali mengingat apa yang baru saja dia alami beberapa jam yang lalu. Tenggorokan yang kering serta perut yang lapar memaksanya untuk bergerak saat itu juga.
Tania berjalan memasuki pepohonan besar itu. Meski sedikit enggan menjelajah lebih jauh kedalam hutan. Namun rasa haus dan lapar membuatnya memberanikan diri. Ditambah lagi, Tania tak bisa minum air dari air laut yang sudah jelas rasanya asin.
Meski dia berjalan belum jauh dari tempatnya bersandar tadi. Tania memutuskan untuk istirahat sejenak kembali. Rasa lelah disertai haus dan lapar membuat tubuhnya tak sanggup bertindak seperti biasanya.
Tania terus-menerus mengatur nafasnya. Dia pandangi sekeliling pepohonan besar itu. Namun belum tampak juga pohon yang menghasilkan buah untuk di makan. Lalu, dia pun meneruskan langkahnya itu.
Oh Tuhan,.. apakah ini akhir dari hidupku?.
Bisakah aku bertahan ditempat ini?
Pulau apa ini sebenarnya?
Mengapa aku pandangi dari ujung ke ujung hanya pantai dan disini hanya pepohonan bakau yang besar.
Apa tidak ada pohon yang menghasilkan buah?!.
Huh..., Bisa-bisa.... Aku nanti mati kelaparan kalau begini!.
Jangankan untuk mencari teman-teman. Aku sendiri saja belum tentu bisa bertemu dengan mereka bila tak bisa bertahan dari kondisi ini.
Hugh.... Pokoknya.... Aku harus bisa bertahan hidup dulu! Baru aku bisa berfikir kesananya setelah tubuhku terisi nutrisi..
Air...air... Dimana sih sumber mata air disini?...
Buah...buah... Semoga tak jauh lagi aku bisa menemukan pohon penghasil buah...
Oh Tuhan.... Bantulah hambamu ini....
Sebari memegang tongkat yang dia temui di perjalanan. Tania terus berjalan menyusuri hamparan pohon besar itu. Berharap ada sumber mata air yang dekat dan pepohonan penghasil buah disana.
Sudah berjam-jam Tania berjalan dan hari mulai sore. Ditengah keputusasaan dalam pencarian mata air di dalam hutan, Tania sempat terdiam dan tertunduk. Rasa lelah yang tiada ketara membuat kepalanya tak bisa berpikir lagi. Disaat dia sudah hampir menyerah dan terduduk dibawah pohon besar untuk beristirahat.
Ughh..., Bunyi suara perut Tania yang menandakan cacing diperutnya sudah berdendang.
"Damn ... meski sudah berjalan berjam-jam pun. Tak satupun pohon buah-buahan kutemui."
"Ughh.. apakah ini... Akhir hidupku ... ." batin tania.
Tania perlahan menutup matanya untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya. Saat itu dia sempat bermimpi bertemu dengan teman-temannya. Di mimpi itu, Tania berusaha memanggil dan mengejar mereka yang berjalan di depannya.
Ryo... Gill....itu kalian kan...tunggu aku...
Teman-teman... Kalian mau kemana?...
Kalian... Baik-baik saja kan?
Uh...ahh...uhh...aghh...Tania mengambil nafas sejenak serta memegangi pundak temannya.
Ryo!... Kenapa kau berjalan cepat sekali.
Aku sampai berlari terengah-engah begini.
Ryo.....,
Sesaat Ryo ditepuk pundaknya dan dia pun berbalik menghadap Tania sambil tersenyum....
Kau memanggilku?...
Tidakkk...., Tania pun menjerit histeris ketakutan...
Tania terbangun dengan mata terbelalak tiba-tiba. Keringatnya bercucuran bak air hujan menerpa tubuhnya. Jantungnya berdetak tidak karuan.
Kemudian dia pun mencoba menarik nafas sejenak sebari memegangi dadanya yang masih terkaget akan mimpi yang dilihatnya.
"Mimpi kah?"
"Tapi.... Kenapa harus Ryo?..."
Di dalam hatinya, Tania berharap Ryo dan lainnya baik-baik saja. Firasatnya mengatakan bahwa sedang terjadi sesuatu pada dirinya dan teman-temannya lain. Meski demikian, Tania tetap berharap temanya yang lain juga dalam keadaan baik.
Usai beristirahat dari tidur pendeknya itu. Tania berdiri kembali ditemani tongkat penopangnya untuk berdiri. Meski sedikit merasa malu karna terlihat berjalan seperti nenek tua yang menggunakan tongkat. Tania tetap membawa tongkat itu untuk membantunya berjalan di tengah hutan tersebut.
Hari yang sudah semakin senja membuat hutan terasa semakin anker kala itu. Sebari menelan ludahnya dan memberanikan diri, Tania masih terus berjalan.
Hari sudah mulai gelap, hutan terlihat hitam di malam itu. Beruntung Tania selalu membawa gantungan kunci kos-kosan berhiaskan senter bersamanya. Kini meski hanya secercah cahaya senter. Tania tidak terlalu takut akan gelapnya malam di hutan.
Namun lambat lain Tania memutuskan untuk berhenti berjalan. Dia khawatir bila di hutan tersebut ada binatang buas yang berkeliaran di tengah malam dan menyerangnya tiba-tiba. Oleh karena itu, meski dengan sedikit energi yang dia miliki. Tania memutuskan beristirahat di atas pohon yang bercabang untuk keamanan dirinya.
"Ugh, syukurlah aku ini bisa memanjat pohon. Bila tidak... Aku tidak tau bagaimana nantinya."
"Apalagi, ditempat antah berantah seperti ini".
Tania memanjat salah satu pohon disekitar dia berhenti. Dia matikan senternya karna terdapat sinar bulan yang menerangi di atas pohon. Dia pun hanya bisa memandangi langit sebari Meneteskan air matanya.
Tania menangis bukan karena sedih akan kesendiriannya saja. Tapi karna dia memikirkan nasib teman-temannya yang lain. Ditambah lagi,...mungkin... Bila Tania tidak bisa bertahan hidup di hutan itu. Ada kemungkinan bahwa... Dia akan mati disana.
ππππ
"Hey... Kau yang disana?!"
"Ehh... Apa? .. maksudmu aku" (mau apa si Gill memanggil aku?)
"Kau Tania kan?"
"Ahh...i..Iya...mulai saat ini aku adalah teman satu kelas gill"
"Heeh... Rupanya kau sedikit berbeda yah dengan yang lainnya"
"Ah...eh.. maksudnya berbeda?"
"Yah.. kau tidak memanggil aku dengan sebutan tuan muda Gill seperti yang lainnya"
"Ahh...ahaha...begitu yahπ? (Ini cowok...emangnya harus banget gitu! Dasar mentang-mentang orang kaya! π). Baiklah bila kau maunya begitu tuan muda Gill... Ada apa ya memanggilku?"
"Ah... Tidak...tidak... Kau panggil namaku seperti biasa saja. Lagipula aku tak ingin dipanggil tuan segala. Berasa kaya om-om gue jadinya!"
"Ahh... Baiklah ( hadeuh merepotkan banget ini orang! Maunya apaaa coba? π). Ada apa yah gill?"
"Oh yah... Kudengar lusa akan ada camp di cagar alam?"
"Ahh... Itu yah... Aku rasa pembagian kelompoknya hari ini. Ada apa memang?"
"Yah, sebenarnya ini adalah camp pertamaku di universitas. Jadi aku tak tau apa-apa soal perkemahan"
"Ohh... Begitu yah. (Yah, wajar saja. Wong kamu ini tuan muda. SMA saja home school.) Terus ada yang bisa aku bantu?"
"Ya.. jadi bisakah aku masuk kelompokmu untuk acara camp lusa?"
"(Hah? Maksud loh?!!) Eh.. tapi kelompok ditentukan oleh dospem gill. Jadi.. aku juga tidak bisa apa-apa..Hhe"
"Ahh... Jangan khawatir. Karna dosen pembimbingnya juga akan menempatkan kita dalam satu kelompok"
"Eh...?"
Saat itu aku masih tak mengerti apa maksudnya. Tapi saat pembagian kelompok oleh dospem....
Kelompok 1, Vian, Mina, lord, sisi, tatas, Emil..
Kelompok 2, zaja, ember, fork, butc, calc...
Kelompok 3, gill, Tania, Marta, Luis, Albert...
Kelompok 4, Sintya, Dona, Boby, laryt, tim...
Itu adalah nama-nama kelompok untuk acara camp pada praktikum lapang lusa, Tutur dospem.
Kami berada dalam satu kelompok!... Dan seperti yang gill katakan.
Yah aku sih tak keberatan satu kelompok dengan dia. Malah semua tugas yang diberikan jadi lebih mudah. Banyak hal yang bisa aku dapat. Terutama lokasi camp No 1 di cagar alam dengan tenda super mewah. Yah yang lebih penting, ilmu yang kami dapat menjadi 2x lipat lebih berguna. Cause, pembimbing kami adalah profesornya cagar alam ini pula!.
Dikarenakan acara camp diadakan 2 hari 1 malam kami pun menginap di cagar alam tempat kami praktek lapang.
"Hemm... Ternyata menyenangkan juga yah. Mengikuti praktikum lapangan, apalagi di malam ini bulannya bersinar terang", ujar gill pada diriku.
"Ahh... Kau benar. tapi... Aku tidak terbayang bila suatu saat berada di hutan sendirian. Itu... Sangat menakutkan.."
Dengan tersenyum gill mencoba meyakinkanku, "tenang saja, meski kau berada di hutan sendiri pun. Kau tak akan terlalu takut".
"Heeh, kenapa emang gill?, Tanyaku penasaran.
"Yah, karna kau pasti bisa melaluinya Tania!... Karna kau adalah wanita kuat dan tegar menurut pengelihatanku. Jadi... Apapun situasinya, kau pasti bisa menghadapinya".
πππ
Hari ini dibawah sinar bulan yang sama seperti waktu itu. Aku sekarang.... Berada di tengah hutan sendirian.
"Gill... Apakah....aku... Apa, ... Aku benar-benar bisa melalui ini?"
Tania mengikatkan tubuhnya di Batang pohon dengan helain baju yang dia robek agar dia tidak jatuh. Dia pun menutup matanya perlahan untuk menahan lelah dan beratnya hari yang dia lalui. Meski begitu, Tania tetap siaga tanpa tertidur lelap.
π³π³π³Bersambungπ³π³π³
MIRACLE HELIANTHUS: BAB 11. Mulung sampah? Pegal-pegal, Rasa kantuk
Tanpa terasa Aku sudah
menginjak semester 5 lagi. Usai dengan kegiatan Ekplorasi beberapa waktu
lalu. Kami akhirnya dapat membuat laporan hasil dari kerja kami dalam
kegiatan seminar yang akan diadakan oleh prodi Biologi. Untuk Presentasi
hasil inventarisasi serangga diwakilkan oleh Jefra. Hari-hari kuliah
aku mulai kembali setelahnya.
Waktu
berlalu sangat cepat hari-hari di kampus sampai tidak terasa. Ketika di
bangku Sekolah Menengah Atas dulu aku belajar untuk mendapatkan nilai
bagus. Namun di bangku Kuliah aku sedikit menurunkan ambisiku. Awalnya
aku pikir hanya dengan menjaga nilaiku untuk mendapatkan Indeks
Komulatif 3 sudah cukup. Ternyata aku terlalu santai karna aku berada di
Universitas Swasta. Bukan tanpa alasan aku tidak memiliki ambisi untuk
jadi yang terbaik. Tapi alasan untuk jadi terbaik itu cukup melelahkan
bagiku. Dulu aku bisa berusaha lebih baik lagi karena aku merasa seperti
punya seorang pesaing yang kuat juga. Namun disini aku tidak
melihatnya, Orang yang ingin aku ungguli dan aku kalahkan. Dan itu
adalah salah satu pemikiran naifku yang mungkin akan aku sesali nanti.
Tampaknya
Jurusan Biologi ini tidak akan membuatku bosan. Karena selalu ada saja
kegiatan yang mencegahku untuk bermalas-malasan. Hari ini ketua Miya
berdiri di depan kelas kami sedang memberikan pengumuman bahwa angkatan
kita akan turut ikut berpartisipasi dalam kegiatan walikota dalam
kelestarian lingkungan yang akan di hadiri semua kalangan mahasiswa
terutama Jurusan biologi di kota tempatku tinggal. Tidak ada paksaan
dalam mengikuti kegiatan ini. Namun hampir semua teman-teman di kelasku
ikut serta dalam kegiatan ini. Tentu saja aku tak bisa untuk tidak ikut
ketika 90 % suara mengatakan iya. Kegiatan akan dibuka di kantor
walikota pada Hari Minggu pagi. Kami semua diminta datang untuk
berkumpul pada kegiatan tersebut bagi yang bersedia ikut.
...
Hari sabtu akhirnya tiba, aku turun dari angkot dan apa yang aku lihat di depan mataku ini. THIS IS FANTASTIC,
betapa banyaknya orang yag berkumpul untuk berpartisipasi dalam
kegiatan ini. Dikarenakan terlalu penuh di lapangan, aku menunggu di
luar gerbang menunggu pembukaan selesai. Aku menunggu dengan beberapa
temanku yang juga tidak kebagian tempat untuk mengikuti pembukaan
tersebut. Setelah selesai pembukaan kami dibagikan kaos untuk turun ke
lapangan. Aku satu kelompok dengan Diana dan Yana serta 5 mahasiswa
lainnya menaiki mobil pickup untuk menuju lokasi yang akan menjadi
tujuan pembersihan sampah di sungai.
...
Sesampainya di lokasi sungai yang akan kami punguti sampahnya, rupanya ada masyarakat sekitar juga yang sudah menunggu untuk ikut berpartisipasi. Tidak aku sangka akan semeriah ini meski hanya kegiatan mulung sampah. Jujur saja awalnya aku tidak begitu Excited. Namunketika melihat semua orang dengan kepeduliannya terhadap lingkungan membuat semangatku juga ikut meningkat.
...
Pukul
12.00 waktu adzan dzuhur kami istirahat dari aktifitas mulung sampah.
Tidak disangka-sangka para penduduk sudah menyiapkan camilan untuk kami
santap ketika istirahat. Aku sungguh terhari sekali melihat kepedulian
mereka. Hangatnya teh manis yang aku minum kala itu terasa hangat sekali
sampai menyentuh hatiku. Usai istirahat kami lanjutkan kembali
memasukan sampah-sampah yang berserakan di sungai kedalam karung yang
sudah disediakan. Akhirnya pukul 13.20 Sungai yang ada di hadapan kami
sudah bersih kembali. sebelum dan sesudah dibersihkan terlihat nyata
sekali dimataku. Karung-karung yang berisi sampah tersebut diangkut
dengan truk ke tempat pembuangan sampah. Setelah selesai kami berpamitan
dengan warga sekitar dan kembali lagi ke tempat pertemuan awal kami di
kantor walikota.
Ketika perjalanan pulang di mobil pick up yang terbuka kami bertemu dengan regu lainnya yang juga sudah menyelesaikan kegiatan mereka. Aku melihat Ana dan Zara disana dan melambaikan tangannya pada kami. Setibanya di lapangan kantor Balaikota kami semua berkumpul disana untuk beristirahat makan siang. Setelah melakukan Breafing dengan ketua regu masing-masing kelompok kegiatan. Acara ditutup dengan pembacaan doa.
...
Tanpa
terasa acara sudah berakhir begitu saja. Aku baru sadar sekarang sudah
tergeletak lagi di ranjang empukku ini. Saat ini badanku terasa
pegal-pegal sekali. Baru kali ini aku merasakan sakit dibadan ini sampai
ke sekujur tubuhku. Malam harinya aku tidur sangat pulas sekali tidak
seperti biasanya. Aku dengan suara kecil yang seakan memanggilku namun
tidak aku hiraukan dan mata ini kembali tertidur lelap.
Pagi
harinya aku bangun masih merasakan sakit di kaki serta pundak. Namun
setelah mandi dengan air dingin rasa pegal itu mulai sedikit berkurang.
Setelah sarapan pagi aku bergegas berangkat dikarenakan hari ini ada
kuliah pagi dan aku lupa mengerjakan tugas. Aku berencana datang pagi
sekali untuk mengerjakan tugas di kelas.
Sesampainya
aku di kelas, benar saja masih belum ada orang yang datang. Aku buka
laptop dan mulai mengerjakan tugas saat itu juga. Pukul 07. 30 Satu
persatu teman-temanku datang ke kelas. Akhirnya aku bisa menyelesaikan
tugas di detik terakhir dengan sedikit bantuan dari Ana dan Zara.
Siang harinya di kantin kampus
Tidak
biasanya aku merasa siang ini perutku sangat lapar sekali. Aku
menghabiskan menu makan siangku kurang dari 15 menit. Teman-teman yang
kaget melihatku tidak seperti biasanya lantas pada meledekku kala itu.
"Gila laper lo ya?" ujar Diana dengan ekspresi terheran melihat aku
sudah menghabiskan makananku. "Iya nih, gak tau gue laper atau kelaperan
ya hahaha." Ujarku membalas pertanyaan Diana tersebut. "Hahaha ... ."
Ana dan Zara juga lantas tertawa kocak kala itu. Karna biasanya yang
selalu kelaperan itu adalah Diana dan kini aku membuat rekor baru makan
nasi gila hanya membutuhkan waktu 13 menit saja.
Ruang Praktikum Biologi
Dosen
sedang menerangkan tata cara praktikum yang akan kita lakukan hari ini.
Namun mataku tidak ada hentinya ingin menutup. Lantas Ana mendorong
bahuku pelan dengan tangannya pertanda yang lainnya juga sadar akan
kelakuannku. Aku lantas paksakan mata ini untuk terbuka dengan terlihat
sedikit melotot. Tanpa aku sadari tatapanku malah tertuju pada Gerald.
Lalu secara kebetulan wajahnya yang sedang terduduk di depan membalik ke
arahku. Bukan main malunya aku memelototi Gerald ketika kedua mata kami
saling bertemu kala itu. Aku langsung memalingkan wajahku kearah Ana
seraya tersenyum. Tiba-tiba namaku dipanggil oleh Dosen yang sedang
menjelaskan di depan sana. "Alya ... ." Ujar Dosen Ekologi memanggil
namaku. "Ah iya bu ... ." jawabku panik. "Coba jelaskan bagaimana cara
menghitung tipe Dispersi?" tanya dosenku itu dengan senyuman yang
mematikan. "Dengan menggunakan Rumus Bu." Lantas aku membaca rumus yang
terdapat pada buku panduan yang aku pegang. Namun karna tadi sedang
mengantuk aku tidak bisa menguraikan tata cara yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Akhirnya aku ditegur oleh Ibu Dosen dan diminta untuk
membasuh muka agar tidak mengantuk. "Semalem tidur jam berapa emang
Alya?" tanyanya padaku. Rupanya dia tahu bahwa aku dari tadi mengantuk
dan tidak fokus. "Amh ... Jam 20.00 bu ... ." Jawabku pelan. "Mmmm ...
masa? yaudah kamu cuci muka dulu biar seger," ujar dosenku dengan
senyumannya yang buatku Crepy. "Baik bu ... ." Ujarku
menundukan kepala berjalan meninggalkan kelas. Disaat bersamaan
teman-temanku ada yang tertawa dan melihat kearahku. Terutama Yana yang
terlihat senang sekali melihatku untuk membasuh wajah. "Aughh ...
Memalukan sekali." Aku keluar ruangan menuju toilet untuk membasuh
wajahku dengan pipi yang sedikit merah panas karena malu.
Toilet wanita
Usai
membasuh wajah dan kembali segar kembali. Aku baru ingat bahwa karena
tidur terlalu cepat membuat aku bangun tengah malam. Aku ngin tidur lagi
tapi tidak bisa karena mataku sudah terbuka sepenuhnya. Alhasil aku
mencoba menonton serial anime paforitku yang belum sempat aku tonton.
Tanpa aku sadari waktu sudah menunjukan pukul 03.00 dan aku mulai
mengantuk untuk tertidur kembali. Aku bahkan sampai lupa dengan Tugas
kuliahku. "Augh ... Lelahnya hari ini." Ujarku menatap wajahku yang
masih basah di cermin.
BEFORE NEXT BAB 12
MIRACLE HELIANTHUS: BAB 10. Pendakian Nepenthes
Pagi buta sekali aku bangun untuk mandi karena kamar mandi yang ada hanya satu. Gelapnya ruang tengah membuatku harus hati - hati dalam melangkah karena sebagian para cowok-cowok dan senior memenuhi ruangan untuk tidur disana. Aku berjalan perlahan membuka pintu kamar mandi dan aku tutup dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Aku gantungkan handuk dan baju gantiku setelahnya. kemudian aku masukan tangan perlahan ke bak air terlihat bening jernih itu. Baru saja ujung jariku yang memasuki permukaan air sudah aku tarik kembali karena sangat dinginnya air tersebut. Aku yang biasanya mandi paling lama dirumah ketika disana tak sampai 10 menit sudah kelar.
Waktu
masih menunjukan pukul 04.30 dan orang - orang masih tertidur. Aku
perlahan kembali ke kamar dan mengambil selimut untuk menutupi tubuhku.
Dikarenakan udara yang dingin aku kembali rebahan sambil memainkan
hanponeku. Tak lama berselang Adzan berkumandang dan satu persatu
temanku bangun. Ada yang pergi mandi, ada yang menunaikan ibadah, ada
juga yang pergi ke dapur untuk sekedar membuat kopi dan teh dikarenakan
dinginnya suhu kala itu.
Fajar
mulai menyingsing aktifitas pagi kami dipenuhi dengan orang-rang yang
masih tertidur pulas dengan selimut yang menutupi seluruh badan di ruang
tengah. Ada sebagian orang yang memulai paginya dengan sarapan pagi.
Ada pula yang sedang ngobrol sambil ngopi-ngopi di beranda. Aku sendiri
menikmati secangkir teh di pagi hari dengan sepotong roti di kamar
perempuan. Aku bolak balikan buku panduan identifikasi serangga setelah
mendapatkan beberapa tips dari dosen semalam. Diluar sana terdengar Pak
Asep sedang bersenandung ria bersama anak-anak lelaki di beranda. Canda
gurau mereka sampai terdengar di kamar tempatku sedang bersantai.
Selesai dengan semua aktifitasku di kamar, aku keluar sejenak untuk
menghirup udara segar di pagi hari. Kulihat orang-orang yang diberanda
sudah tidak ada. Diana bilang mereka pergi ke danau bersama Pak Asep dan
Dosen lainnya untuk melihat-lihat hasil kerja mahasiswa dan menikmati
pemandangan telaga warna.
...
Ketika
aku sedang terduduk asik di kursi beranda depan. Jefra datang
menghampiriku untuk berjalan-jalan ke area kebun teh yang belum kita
kunjungi kemarin. "Ahh, oke bentar aku ambil sepatu dulu," ujarku
setelah mendapat ajakan darinya. Aku memakai sepatu dan perlengkapan
seadannya untuk melihat-lihat kebun teh yang tak jauh dari vila tempat
kami menginap. Setibanya disana, Aku cukup takjub dengan apa yang aku
lihat. Rupanya banyak serangga yang menghuni pohon teh. Ada juga lebah
yang mengitari pohon teh yang sempat terjaring oleh penangkap serangga
kami. Setelah memfoto serangga tersebut, kami melepaskannya kembali. Aku
mendapatkan banyak foto disana, tapi kebanyakan foto tanaman yang baru
aku lihat.
Selesai
berkeliling kebun teh kami kembali ke vila. Yana yang menyaksikan kami
berdua baru saja kembali dari kebun teh tiba-tiba tersenyum gak jelas
dan menggoda kami berdua. "Ciye, Pagi-pagi udah jalan aja berdua,"
ujarnya yang masih sarungan terduduk dengan senyum aneh ditangannya
memegangi secangkir kopi. "Iya dong, Pagi-pagi olahraga keliling kebun
nih. Lumayan dapet banyak sampel foto tadi." Jefra lantas membalas
ucapan Yana dengan santainya. Tentu saja, Jefra tidak akan salting
menerima ujaran seperti itu. Lagipula Yana memang seperti itu orangnya
jadi kami berdua juga sudah tidak aneh lagi. Btw, Ceweknya Jefra itu
lumayan cantik dan sekolah di keperawatan ternama rumornya. Aku tau dari
raya yang pernah bilang sama teman-teman di kelas beberapa waktu lalu.
Jadi mana mungkin dia melirik wanita lain dan aku juga menganggap dia
hanya teman biasa. Apalagi Jefra ini terlihat seperti cowok alim dari
pesantren gitu yang jauh sekali dari kriteria cowok idamanku.
Ditengah
obrolan kami rupannya para dosen sudah kembali dari danau dengan
beberapa mahasiswa lainnya. Usai diskusi sejenak sembari menikmati
camilan pagi. Para dosen akhirnya berpamitan pulang.
...
Tanpa
terasa suasana vila jadi terasa sepi dikarenakan semua orang sedang
pergi menyelesaikan tugas di hari terakhir kami. Dikarenakan besok siang
kami sudah harus menginggalkan tempat ini. Aku lihat Gerald dan Farel
juga sudah tidak ada di kamar. Padahal sebelum aku dan Jefra pergi ke
kebun dia masih selimutan dengan farel. Sekarang kamar lelaki sudah
kosong dengan pintu yang terbuka lebar. Mungkin dia ada di danau bersama
tim Diana yang lainnya yang sedang meneliti ekosistem air danau.
Waktu
sudah semakin siang, pukul 10.30 Aku dan Jefra bersiap-siap untuk
melakukan pendakian bersama Meylisa dan Kak Puad. Yana dan Sobar tinggal
di vila untuk berjaga karena semua orang sedang di luar. Kami berangkat
dengan menyusuri bukit di samping vila. Tidak aku sangka perjalanan
mendaki ke atas bukit itu sangat melelahkan. Ditengah perjalanan Jefra
tersengat lebah. Aku lihat ujung telunjuknya sudah mulai merah karena
lebah itu. Syukurlah aku membawa minyak tawon andalanku ketika bengkak
atau terdapat gigitan serangga lainnya. Btw, ketika Jefra mengusapkan
minyak itu ke tangannya aku jadi sedikit merasa bersalah. Aku dengar
Gerald juga sempat tersengat tawon juga ketika kemarin mendaki bukit
untuk melihat kantung semar. P3K yang dia bawa tidak ada obat untuk
sengatan tawon. Jadi dia pakai pisau panas untuk membuat bekas gigitan
tawon itu agar tidak menyebar racunnya. Aku tidak tau pasti bagaimana
kronologi dia meyembuhkan luka dikakinya. Hanya saja aku tidak tau bila
minyak tawon yang aku bawa semujarab itu. Andai aku bisa memberikannya
pada gerald pasti sudah aku beri bila tau minyak tawon semujarab itu.
Oleh karena itu aku membulatkan tekadku bila nanti pulang ke Vila dan
ada yang tesengat tawon lagi akan aku rekomendasikan minyak ini. Meski
aku gak berharap ada yang tersengat tawon lagi sih.
Perjalanan
mendaki bukit menuju habitat kantung semar cukup jauh dan penuh dengan
tanjakan diatas sana. Bahkan dengan bantuan tongkat yang kami bawa
sebagai tumpuan masih cukup lelah. Tidak terasa kami sudah mencapai
daerah yang cukup tinggi. Aku lihat sekelilingku penuh dengan pohon
besar dan hijau mengelilingi kami. Melihat kearah bawah terlihat curam
sekali sampai aku tak sanggup melihatnya untuk kedua kalinya. Tanpa kami
sangka diperjalanan menuju habitat kantung semar bertemu dengan Farel
dan Geral yang juga sedang mendaki. Rupanya mereka tidak berada di danau
melainnkan menuju ke tempat Kantung Semar sejak tadi pagi. Gerald
dengan bangganya menunjukan Foto-foto kantung semar yang ditemuinya
ketika mendaki. Dia dan farel sedang dalam perjalanan turun setelah
selesai dengan pendakiannya. Kini mereka sedang istirahat sejenak
setelah turun dari daerah habitat kantung semar (Nephentes). Aku
melihat Lulutnya yang cukup bengkak kala itu, lantas aku tawarkan minyak
tawon yang aku bawa. Jefra lantas memberitahu betapa mujarabnya minyak
tersebut. Gerald lantas mengoleskan minyak tersebut ke kakinya. Usai
merapihkan tasnya Gerald dan Farel memutuskan untuk lebih dulu turun
bukit. Kami berpisah dipertengahan perjalanan dan melanjutkan perjalanan
menuju habitat kantung semar tersebut. Sudah hampir satu jam kami
mendaki dan waktu sudah semakin siang. Diperjalanan kami bertemu dengan
tim Nasir yang juga hendak menuju habitat kantung semar tersebut.
Rupanya tempat yang biasanya hidup kantung semar beberapa waktu lalu
sudah tak ada lagi. Kami yang baru datang itu sempat kecewa dengan
kenyataan itu. Awalnya kami berniat menuju habitat kantung semar di
daerah lainnya namun karena jaraknya cukup jauh dan waktu sudah
menunjukan hampir sore pukul 14.30 akhirnya kami menyerah dan pulang
untuk turun bukit.
Aku
terkejut untuk beberapa saat ketika dada kak Puda dihinggapi Pacet
diatasnya. Lantas dia mencoba melepaskan Pacet tersebut perlahan. Namun
karna dia sudah melekat di kaos tipis tersebut akhirnya dia biarkan
sampai Pacet itu lepas sendiri. Agak ngeri melihat pemandangan itu. Aku
mulai berhati-hati dan memeriksa semua pakaianku apakah ada pacet juga
yang menempel. Bersyukur aku memakai pakaian tertutup tebal dengan jas
hujan agar pacet didak menempel karna licin. Aku sangat senang sekali
sempat meminjam sepatu Boots ayahku yang samgat membatu dalam pendakian
ini.
...
Kami
pulang dengan menuruni jalan setapak yang struktur tanahnya lumayan
licin sehingga untuk turun perlu ekstra hati-hati. Ditengah Perjalanan
aku dan Jefra menemukan beberapa serangga yang unik yang belum pernah
kami temukan sebelumnya. Ada berbagai macam burung juga yang
mengeluarkan suara yang merdu. Tanpa terasa setelah bejalan cukup
lama kami melihat jalan yang cukup besar yang bisa dengan mudah
dilewati untuk berjalan. Terlihat dari kejauhan terdapat danau yang
sudah beberapa kita kunjungi sebelumnya. Yap, itu adalah danau telaga
warna yang bisa kami lihat dari atas. Semakin dekat dengan danau rupanya
teman-teman yang sudah turn lebih dulu sedang terduduk di seitar
pinggiran danau. Setibanya di pinggiran danau kita semua beristirahat
sejenak. Rupanya Gerald dan lainnya sedang melihat hasil dari alat
pengukur kualitas air disana bersama tim ekologi air dan tanaman lumut.
Waktu sudah semakin sore, kami semua meninggalkan area danau dengan
membawa semua peralatan yang digunakan untuk mengamati dalam pekerjaan
kami. Ketika menuju gerbang tempat masuknya area danau. Aku melihat
papan informasi yang Yudi pernah bilang padaku kemarin. "Oh, Ini yang
teman-teman bilang tentang Ikan itu," ujarku ketika membaca tulisan dan
papan informasi tersebut. Setelah membaca hal tersebut aku sempat
mengingat ikan yang aku lihat ketika menaiki perahu kemarin. Namun
disampingku ada beberapa pria disana, salah satunya ada Gerald
disampingku. "Heol, betapa konyolnya aku." ujarku kala mengingat hal itu
dan menggelengkan kepalaku. Aku berjalan menghampiri yang lainnya yang
sedang bersiap untuk sesi foto bersama di hari terakhir kami di sana.
Aku pandangi langit yang sudah akan mulai gelap. Kami tersenyum gembira
mengangkat tangan dan bergaya konyol untuk sesi foto tersebut.
...
Malam harinya kami melakukan breafing untuk sekedar sharing tentang apa saja yang sudah kita lakukan di sini selama 4 hari ini. Kami juga memeriksa kelengkapan semua peralatan yang harus kami bawa pulang kembali. Meski awalnya aku sempat kecewa karna tidak bisa melihat Tanaman kantung semar langsung di habitatnya. Syukurlah aku bisa melihat tanaman itu tepat di depan mataku. Aku tak tau senior bisa mendapatkannya dari mana tapi aku senang bisa mendapatkan foto kantung semar langsung dari kameraku. "Wah, ini cantik sekali." Ujarku menatap tanaman tersebut ketika pertama kali aku melihatnya.
Malam
itu aku tidur cukup pulas meski sekujur tubuhku pegal karna perjalanan
dari pagi sampai sore. Tidak tahu mengapa aku cukup senang apa yang
telah aku lakukan hari ini. Aku tidak merasa bosan bila aku terus
bergerak meski hanya berjalan mengikuti arahan kak Puda dan yang
lainnya. Pagi harinya aku bangun dengan kondisiku yang cukup bugar. Aku
membantu diana untuk membuat sarapan terakhir sebelum pulang. Kami juga
merapihkan vila seperti sediakala sebelum kami datang. Nasir sudah siap
di dalam mobil untuk mengantar kepulangan kami. Para lelaki pulang
belakangan setelah mengunci pintu dan berpamitan kepada pengurus yang
ada disana. Melihat vila tersebut dari balik mobil yang semakin
meninggalkan daerah puncak gunung membuatku sedikit merasa sedih.
"Selamat tinggal Telaga warna, Selamat tinggal semuannya." Kami pulang
meninggalkan daerah tersebut diirringi iringan motor dari teman-teman
lainnya yang pulang membawa motor masing-masing.
...
MIRACLE HELIANTHUS: BAB 9. Telaga Warna
"Tidak tau kapan dan dimana aku mulai menyukai sesuatu atau membenci sesuatu itu? yang aku tahu hanyalah kehangatan dari kenangan yang tertinggal dihatiku." Ketika ketidakpekaan diriku berubah menjadi keingintahuan akan dirinya.
...
Aku
bersama teman setimku Jefra masih disibukan akan mencari sampel
serangga yang akan kami inventaris. Rupanya teman-teman yang lainnya
juga melakukan pekerjaannya masing-masing sesuai dengan. Waktu sudah
semakin siang. Kira-kira pukul 10.46 aku dan Jefra selesai dari
aktivitas kami di kebun teh mengamati serangga yang ada disana. Kami
memutuskan untuk melihat-lihat apakah ada serangga yang bisa
diinventaris di sekitar danau sehingga kami memutuskan untuk
mengunjunginya. Kulihat beberapa tim ekologi air sedang berada diatas
perahu menikmati suasana tentram ditengah danau sana. Aku yang baru
sampai bersama jefra berada di tepi danau menunggu teman-teman yang
lainnya menepi.
Perahu
itu menepi dan seseorang mengulurkan tangannya padaku untuk memanduku
melangkah diatas perahu yang sedikit bergoyang. Tanpa basa basi aku
gapai tangan itu hingga aku berada diatas perahu. Celoteh Yana menyoraki
Gerald yang membantuku dengan menggenggam tanganku tadi. "Ciye-ciye
Pegangan tangan," ujarnya ketika melihat Gerald yang membantuku naik
keatas perahu. Kami hanya diam saja tidak menanggapi celotehannya itu
karna begitulah Yana dengan segala keusilannya. Jefra juga sudah berada
diatas perahu membantu mengayuh perahu agar menuju ketengah danau
kembali.
"Wahh,
Indahnya." Aku terpesona akan alam yang belum aku lihat sebelumnya. Air
yang jernih dengan lumut dan ganggang berada di sekitar danau. Pepohonan
yang menjulang tinggi dengan langit yang membiru. Teriknya mentari
memancarkan cahaya indah yang menembus danau hingga terlihat jernih
airnya. Aku pejamkan mataku sejenak menarik nafas perlahan menikmati
suasana kala itu. Ditengah suasana itu Gerald menawarkan secangkir teh
hangat untuk kami. Dia terlihat piawai sekali memasak air didalam
peralatan memasak yang dia biasa bawa ketika naik gunung.
"Kau mau pakai madu atau gula?" tanya Gerald padaku. "Amh, boleh bila ada." Aku lantas menghampirinya dan membantu membawakan teh untuk Jefra juga. Kami menikmati secangkir teh hangat dengan pemandangan indah kala itu. Aku juga melihat kawanan Monyet yang sedang bergelantungan di ujung pohon teratas melompat dari satu dahan ke dahan lainnya. Tak lupa Gerald mengabadikan momen tersebut dengan kamera yang sengaja dia bawa. Perasaan hangat kala itu membuatku merasa seperti sudah lama mengenal mereka. Padahal ketika di kampus aku tidak terlalu dekat sama sekali. Namun kepedulian mereka membuat hatiku hangat kala itu. Meskipun pada dasarnya aku juga tidak terlalu banyak bicara hanya menikmati kebersamaan kami. Namun bagiku itu pengalaman yang cukup menarik selama masa hidupku.
...
Dari
ujung pintu masuk danau terlihat seseorang melambaikan tangannya
memanggil nama Jefra. Rupannya lelaki tersebut adalah Yudi. Kami
akhirnya menepi sejenak dan Jefra menemui Yudi lalu pergi berdua. Aku
masih berada di atas perahu bersama teman yang lainnya. Kulihat Diana
dan Indira sedang mencatat beberapa hal yang mereka temukan selama
berada di danau seharian. Gerald dan Yana akhirnya mendorong perahu
kembali untuk pergi ke bagian ujung danau. Disana tak kalah indah dengan
banyaknya hewan air berada di pinggir danau. Ada juga ikan-ikan kecil
disana. Setelah kami selesai mendokumentasikan semua yang diperlukan,
kami lantas bersantai sejenak menikmati pemandangan danau dan hembusan
angin sepoi-sepoi. Dari kejauhan Jefra dan Yudi sudah kembali tapi kami
berada di ujung sebrang danau sehingga dia hanya melihat-lihat dedaunan
sekitar dengan membawa jaring perangkap serangga di tangannya. Terlihat
juga Meylisa bersama kak Puda yang sedang memotret burung-burung yang
ada di sekitar danau.
Matahari
sudah terik sekali kala itu. Perahu menepi karna kami anak perempuan
harus membantu memasak makan malam nanti. Kami berjalan di pinggir danau
untuk melihat-lihat perangkap yang dipasang untuk hewan air apakah
sudah terisi atau belum. Lalu Yudi nyeletuk bilang kalo menurut legenda
yang di tulis pada papan informasi di danau ini. Bila kalian berada di
danau ini kemudian melihat ada ikan merah kecil disana. Maka ada
kemungkinan orang disamping kalian adalah jodohmu. Lalu Yudi melihat
ikan di pinggir danau dan menunjuk kearah aku dan Jefra. Aku tak
menghiraukan ucapannya kala itu karena aku tidak baca sendiri papan
informasi tersebut. Aku kembali ke vila bersama Jefra dan anak perempuan
lainnya ditemani kak Puda, Yana dan Meylisa yang usai dengan kegiatan
mereka. Gerald, Farel, dan Yudi tetap berada di sekitar danau.
Ketika
kami hendak pulang ke vila aku cukup kaget dengan rute jalan yang
berbeda ketika kami pergi ke danau. Rupanya Yana dan yang lainnya
menggunakan rute yang terpendek untuk mencapai lokasi vila kala itu.
Ditengah perjalanan aku dan Jefra menemukan beberapa serangga unik yang
belum kami temui. Aku keluarkan kamera dari poketku dan aku
dokumentasikan serangga tersebut. Perjalanan menuju vila memang tidak
sejauh jalan normal. Tapi aku terkejut dengan apa yang berada di tengah
perjalanan kala itu. Di sepanjang pepohonan baik diatas dan di daun
bawah ada saja pacet yang berada disana. Aku sempat khawatir kala itu.
Bersyukur aku menggunakan sepatu Boots dan jaket parasut agar terhindar
dari pacet. Namun aku hampir saja berteriak karena ada pacet yang
menempel tepat di ujung topi yang aku pakai. "Melmel ... Mel ... Diana
... Yan ... Tolong ... ini." Ujarku bergidig menunjuk pacet yang
berjuntai tepat di depan mataku. Jefra dan meylisa lantas menolongku
membuang Pacet tersebut dengan sebuah kayu kecil agar pacet tersebut
terperangkap disana.
Setelah
itu kami keluar dari jalan kecil tersebut menuju jalan agak besar
menuju vila. Setibanya di depan halaman vila. Aku melihat bapak dan ibu
dosen datang berkunjung. Mereka datang membawa beberapa cemilan untuk
kami dan sedikit memberi kabar kurang menyenangkan pula. Rupannya
kegiatan Eksplorasi kami tidak boleh lebih dari Lima hari. Paling lama 4
Hari. Karena sudah dua hari kami disini. Besok adalah hari terakhir
kami bisa menjelajah daerah sekitar taman nasional dan puncak
sekitarnya.
...
Usai menyiapkan masakan untuk makan malam. Aku dan teman-teman perempuan ikut berkumpul di ruang tengah yang semakin ramai dengan kedatangan beberapa alumni. Tak lama di grup Line terdapat notifikasi dari Gerald yang membagikan Foto bahwa dia dan Farel baru saja mengunjungi habitat Kantung Semar disana. Aku sempat iri karena mereka bisa pergi ketempat sana. Lalu Kemudian Kak Puda menawarkan kepadaku dan Jefra untuk pergi kesana bersama dengan timmya Meylisa. "Gua besok mau lihat juga, kalian tertarik buat ikut?" tanyanya pada kami. Tentu saja aku dan Jefra gak butuh lama buat mikir dan mengiyahkan ajakannya itu.
MIRACLE HELIANTHUS: BAB 8. Eksplorasi, Malam pertama
Tanpa terasa kini aku sudah memasuki semester ke empat di jurusanku. Lalu tanpa aku sadari aku mengambil keputusan tanpa berpikir dengan alasan pengalaman. Padahal aku sendiri tidak tau apakah akan baik atau tidak mengambil keputusan ini.
Beberapa hari yang lalu ketua himpunan kami, Jefra memberikan pengumuman untuk angkatan kami jika akan mengadakan sebuah eksplorasi ke telaga berwarna dekat puncak gunung dimana lokasinya ada di dekat Taman nasional. Aku yang tergabung didalam himpunan menjadi salah satunya yang akan mengikuti kegiatan ini. Maklumlah mahasiswa jurusan kami sedikit peminatnya, jadi mau tidak mau aku akhirnya harus ikut tergabung dalam himpunan ini. Meskipun sebenarnya tidak ada paksaaan dalam mengikutinya. Namun aku masih turut serta dalam acara ini meski awalnya hanya ingin tahu saja.
Sehari sebelum persiapan keberangkatan, kami melakukan briefing terlebih dahulu. Benar saja ada beberapa alumni yang memberikan pengarahan pada kami sebelum terjun ke lapangan. Kebetulan aku masuk dalam kelompok tim ekplorasi serangga. Aku satu tim dengan Jefra yang juga tertarik meneliti serangga. Ketika kami sedang dalam pembicaraan teknis di lapangan bersama para alumni di ruang rapat. Dibalik pintu masuk terlihat seseorang sedang mengintip kaca pintu dengan senyuman lebarnya.
"Sorry semuanya, gue telat tadi ada urusan mendadak." Ujar Gerald tersenyum membuka pintu.
Untuk sejenak perhatian kami sedikit teralihkan sampai saatnya Gerald memasuki ruangan dan bersalaman dengan para senior yang hadir. Gerald dan farel berada di tim yang sama yaitu tim ekologi air. Selain itu ada Nasir yang satu tim dengan senior diatas kami Hendra. Indira dari angkatan dibawahku yang juga turut ikut dalam ekplorasi bagian tumbuhan khususnya lumut dengan Diana satu angkatan denganku. Dan yang terakhir adalah Meylisa bersama kak Puda senior 2 tahun diatasku yang akan ekplorasi persebaran burung di sekitar taman nasional. Melihat beberapa orang yang tampak excited dengan kegiatan esok nanti membuat dadaku cukup bersemangat juga. Tanpa sadar aku sedikit tersenyum dan mulai menikmati rapat kami saat itu. Meski biasanya aku sangat tidak suka dengan namanya kumpul bareng saat rapat. Bukan tanpa alasan aku tidak menyukainya, hanya saja aku merasa sedikit bosan bila membicarakan sesuatu yang monoton. Mungkin sebenarnya hanya aku saja yang sepertinya tidak menikmati. Atau hanya aku saja yang sedikit aneh. Aku sendiri tidak tahu dan paham tentang diriku ini.
...
Kembali ke topik, kini aku dan teman-teman sedang bersiap untuk keberangkatan kami ke daerah taman nasional dimana lokasi eksplorasi akan berlangsung. Peralatan yang kami bawa cukup banyak untuk perbekalan selama satu minggu. Keberangkatan dibagi menjadi dua yaitu tim yang menggunakan mobil dan tim yang menggunakan motor.
Semua barang yang sudah dipersiapkan sudah dimasukan ke mobil. Aku beserta tiga orang teman wanita lainnya ikut di mobil yang dibawa oleh Nasir.
"Bismillah." Nasir menyalakan mesin dan kami berangkat diikuti teman yang lainnya dibelakang dengan sepeda motor.
Kira-kira dua jam untuk menempuh perjalanan menuju lokasi tempat akan diadakan eksplorasi. Di perjalanan kami dilanda macet sehingga perjalanan sedikit lebih lama dari perkiraan. Sekitar pukul 14.22 kami sampai di lokasi yang mana teman-teman yang menggunakan motor sudah stay disana. Terlihat sebuah pondok kecil seperti vila dengan beberapa motor sudah terparkir, ada yang sedang asik tiduran dan ada juga yang baru selesai belanja sayuran untuk kebutuhan nanti malam dan besok pagi. Kami turun dari mobil seraya mengeluarkan semua barang kedalam ruangan. Aku dan para anak perempuan lainnya mulai menaruh barang kami di kamar khusus perempuan yang sudah disediakan. Setelah istirahat sejenak kami sedikit mengobrol tentang perjalanan menuju lokasi.
...
Awalnya ketika aku memasuki pondok tersebut sedikit rasa takut aku rasakan. Tidak tau perasaan apa yang aku rasakan itu. Sebagian tubuhku merasa merinding dan jantungku berdebar tidak biasa. Meski demikian aku tidak terlalu takut karna banyak sekali orang disana sehingga rasa takutku kalah dengan suasana yang biasa aku lihat ketika di kelas.
Usai merapihkan kamar dan menata peralatan dapur, kami mulai memasak makanan untuk makan malam. untuk pertama kalinya aku memasak bersama teman-teman dan menikmati makan bersama pula. Dinginnya angin malam menembus poriku, aku lihat Gerald sedang menyalakan api unggun yang sejak tadi masih belum menyala terang. dia ambil kertas untuk memicu api di perapian agar bisa membakar kayu yang ada didalamnya. dia ambil pula matras yang biasa digunakan untuk tidur dan dia jadikan kipas pengganti kipas kayu yang kebetulan tidak ada disini. sekilas melihat dia menyalakan perapian membuatku sedikit tertawa dalam hati. Bagaimana tidak? Dia mengipas perapian seakan membuat atraksi di ruang tengah dengan mengibaskan matras diiringi tangannya yang memukul-mukul matras tersebut. Hingga akhirnya dia berhasil membuat perapian menyala terang dan seisi ruangan mulai hangat karenanya.
Disisi lain ada juga Jefra yang sedang merapihkan tasnya di ruang tengah. Nasir yang baru saja kembali dari luar pondok dan beberapa anak lelaki lainnya yang sedang asyik berbincang dengan para anak perempuan. Melihat suasana tersebut membuat mataku cukup lelah dan mengantuk. Hingga akhirnya aku sedikit tertidur di kursi ruang tengah kala itu.
...
Meski pelan, aku mendengar suara temanku berkata pada Diana agar kami tidur di kamar. "Diana, ajak si Alya ke kamar sana. Kasian dia ngantuk tuh kayaknya sampai ketiduran di kursi kaya gitu." Tak lama Diana memegang pundakku dan kami menuju kamar untuk beristirahat.
Aku tak pernah tau bahwa menginap bersama teman-teman ini akan sedikit menyenangkan. Meski pada awalnya aku tak bisa tidur karena belum bisa menyesuaikan diri. Namun di pagi harinya ketika aku melihat kearah luar pondok semuanya terasa indah.
Aku kira akan cukup sulit untuk melewati malam pertama dikala menginap di telaga warna ini. Aku terus memikirkan sesuatu yang aneh seperti akan ada hal menakutkan atau sesuatu lainnya seperti di film atau cerita horror. Namun berkat kehangatan dan perhatian teman-teman semuanya. Aku bisa melewati malam dengan baik tanpa rasa ketakutan dalam diriku.
...
Hari ini aku mulai dengan mengunjungi telaga warna bersama teman-teman lainnya. Aku kira akan ada danau dengan warna pelangi di airnya. Ternyata hanya danau biasa yang berwarna hijau dengan perahu kecil yang bisa mengantar kita ke tengah. Sebenarnya bukan kali pertama aku mengunjungi danau seperti ini. Dulu aku juga pernah mengunjungi danau lainnya bersama keluargaku ketika pergi mengunjungi saudara. Namun disini terasa sangat asri, begitu asli dengan adanya kawanan para monyet yang bergelantungan dimana-mana. Aku cukup takut dan ngeri melihat mereka yang turun ke tanah dan mulai berbaur bersama kami. Aku hanya mencoba bersikap tenang seperti apa yang diinstruksikan oleh temanku yang pernah kemari sebelumnya. Akhirnya rasa takutku sedikit hilang ketika sudah mulai terbiasa dan cukup tenang dalam beraktifitas berbaur dengan alam. Hari pertama kegiatan aku lewati dengan penuh antusias ketika teman setimku mulai mengajakku berkeliling area sekitar untuk memulai projek eksplorasi kami.
...
MIRACLE HELIANTHUS: BAB 7. Simanis Hitamku, Dikala Bosan
Hari itu aku iseng melihat list drama di beranda pencarian karena bosan berdiam dirumah. Tanpa terasa sudah satu Minggu aku diam dirumah libur semester setelah ujian semester berakhir dua Minggu yang lalu. Aku bukanlah seorang yang senang melihat film drama atau sebagainya. Sebelum aku dicekoki beberapa film drama yang ditonton bareng temen-temen di kampus. Selain itu meski aku kini sedikit menyukai film drama dan film lainnya. Namun aku hanya akan melihat film yang menarik bagiku saja.
"Amhh, dilihat dari genrenya. Aku rasa ini cukup menarik." pikirku ketika scroll pilihan drama di handponeku. Saat itulah aku mulai mendownload episode pertama dan kedua drama tersebut untuk ditonton nanti. Iseng karena gak ada kerjaan aku coba nonton episode pertama. Awalnya aku coba nonton karena karakter utamanya aktris yang cukup aku sukai. Namun kelamaan aku mulai menikmati film yang sedang kulihat saat ini.
"Wahh, greget gilaaa. Karakter cowoknya emang gak setampan Lee min sih. Tapi aura seorang rajanya keren gila. Jadi gak sabar nonton episode selanjutnya." Mendadak aku cukup bersemangat. Lantas mendownload episode selanjutnya dikarenakan film yang aku tonton cukup menarik minatku. Sampai pada akhirnya aku mulai mendownload sampai selesai film drama yang iseng kulihat tersebut.
"Aghh, luar biasa ini film. Cukup ngena banget tentang apa yang mau mereka sampaikan." Ujarku ketika selesai menonton film tersebut. Aku termenung sejenak dan kemudian memejamkan mataku dalam posisi terbaring. "Hmmmm ... ." Kala itu aku sempat berfikir sejenak memejamkan mataku.
...
"Aku bukanlah seseorang yang gampang mengatakan kata cinta. Aku juga tidak terlalu kaku dengan suatu keadaan. Aku cukup bisa beradaptasi apabila aku mau. Yah ... sebenarnya apapun itu tergantung oleh keinginan dan niatmu. Apakah kamu akan bagaimana kini dan nantinya."
Beberapa
waktu lalu aku melihat 4 drama luar negeri selama lima hari
berturut-turut. Aku suka sekali dengan drama luar karena aku tidak
terlalu mengenal aktor dan aktris yang berasal dari luar sana. Yah,
bukan berarti aku kenal aktor dan aktris negaraku sendiri sih. Hanya
saja, karena mereka lintas negara. Aku jadi tidak tau seperti apa
kehidupan di negara lain bagaimana. Sedangkan di negaraku ini, kurang
lebih aku sudah tau sebagian karakter dan suasananya. Jadi kemungkinan,
karena aku belum tau dunia diluar sana, aku jadi sedikit tertarik
untuk mengenal mengenai kehidupan mereka. Tidak taulah, semuanya tampak
seperti misteri buatku. Terkadang aku sendiri bingung dengan diriku
ini. Apa yang aku mau dan ingin aku raih sebenarnya. Bimbang adalah
salah satu sifat manusia terutama aku. Yah, karna aku masih manusia
tentunya.
Bicara soal film, dulu saat aku kecil. aku suka sekali dengan series film heart. Itu juga karena aku suka sama karakter cewek tomboi di dalamnya. Aku suka dengan cerita cinta yang membutuhkan proses. Sama seperti upaya kerja keras manusia dalam menggapai tujuan hidupnya, ya begitulah. Tidak seperti drama romance yang dari awal sudah saling jatuh cinta, melainkan kisah dimana seseorang dalam hidupnya agar berusaha dahulu yang kemudian akan menimbulkan cinta untuknya dan orang sekelilingnya. Aku rasa kisah cinta yang ada suatu konflik didalamnya diiringi perjuangan sehingga menimbulkan rasa cinta setelahnya lebih menarik. Dibandingkan kisah cinta yang sudah tumbuh namun berakhir setelahnya. Yah, semua itu tergantung seseorang yang melihatnya sih. Bisa jadi pendapatku ini salah atau benar tergantung cara pandang seseorang.
...
Setelah melihat drama beberapa waktu lalu aku mulai menjadi gila. Pasalnya, aku mulai bermimpi kembali. Berharap mereka ada di dunia nyata yang fana ini. Aku mulai menginginkan sesuatu yang mustahil kembali. Aku rasa aku jadi tidak waras saat ini. Aku mulai mencari profil pemeran lelaki dari film yang aku sukai itu. Aku search berapa usianya, nama aslinya, serta informasi film lain yang pernah dia mainkan. Aku jatuh cinta kepada karakter yang aku lihat tersebut. Beginilah akibat seorang cewek "BAPERAN "melihat aksi keren lelaki di sebuah film yang cukup bagus.
Beberapa waktu lainnya aku bahkan suka dengan penyanyi asal Amerika karena lagunya yang nyentuh banget ke hatiku. "Aghh, aku ini memang cewek baperan kali yah. Gak bisa lihat lelaki dengan aura keren dikit sampai jatuh hati segala."
Huft ... Begini nih, akibat libur kuliah kelamaan. Males gak ngapa-ngapain dan kebanyakan ngayal akibat baper nonton film.
Namun, bila aku harus berkata. Aku sangat senang dengan film yang aku lihat beberapa waktu lalu. Meski tak nyata, aku mengenal seseorang yang memiliki karakter seperti itu. Dia terlihat kasar dari luar namun ternyata dia seorang lelaki yang cukup baik. Dia seseorang yang aku kenal dengan singkatnya. Mampir dalam beberapa waktu semasa hidupku. Mengajarkan aku sedikit arti kehidupan. Dia yang hampir mencuri seluruh perhatianku saat menatap dirinya.
Mengenangnya sedikit sakit tapi menyenangkan. Aku sudah tidak pernah bertemu dengannya lagi sejak kelulusan kami. Namun aku selalu berdoa untuk temanku itu. Semoga harinya selalu menyenangkan.
...
Arghh, bagaimana ini. Saking bosannya aku tak bisa berpaling dari si hitam manisku ini. Siapa lagi bila bukan laptop berwarna hitam yang selalu menemaniku setiap saat. Teman sekaligus Kekasih yang gak akan pernah meninggalkan diriku. Dia bisa lakukan apa saja yang aku mau. Dia selalu menghiburku setiap saat. Khususnya dikala aku sedang gundah gulana seperti ini. Bila boleh dikata, dia seperti dewa penghilang rasa bosanku. Hingga akhirnya aku sadari, bahwa tak ada lagi yang aku inginkan dan terpaku padanya ketika bersamanya. Namun ketika aku buka mataku kembali melihat dunia luar dibalik pintu kamarku. Aku mulai tersadar, bahwa semua keindahan yang diperlihatkan oleh si manis hitamku itu hanyalah khayalan yang ingin aku lihat saja. Meski begitu, aku bersyukur kepada Tuhan. Meski khayalan, dia tetap berharga bagiku. Menemani diriku dari rasa bosan dan sepiku. Hingga tiba waktuku bergelut kembali dengan dunia nyata yang cukup kejam dan menantang dibumbui manis dan keindahan dunia yang tak akan aku ketahui kemana langkah akhirku akan tertuju.
...
Sudah hampir dua Minggu berlalu aku berada dirumah saja menatapi layar film yang diperlihatkan oleh laptop kesayanganku itu. Aku beranjak keluar rumah untuk kali pertama dengan suasana hati yang tak menentu dikarenakan libur yang terlalu lama. Kutatap langit yang cerah dengan sepoi-sepoi angin menerpa kulit wajahku. Tanpa kusadari, raut wajahku berubah menjadi nyaman seiring melihat keindahan dan ketenangan yang ada di sekelilingku. Pepohonan hijau dan hamparan daun padi melambai diterpa angin. Aku berjalan ke tempat tujuan dengan tas hitam dipunggungku. Kira-kira 20 menit untuk sampai disana. Aku berjalan dengan headset yang terpasang di telinga. Dimulailah perjalanan dengan beberapa alunan lagu mengiringi langkahku. Aku bersenandung melangkahkan kakiku menikmati perjalanan pertama diluar rumah untuk membunuh rasa bosan yang selama ini kurasakan.
Aku masih terus melangkah menuju jalan yang tak tau akan seperti apa di depan sana. Baik itu senyum, sedih, haru dan beberapa asa yang akan menghampiriku.
Entri yang Diunggulkan
Lirik lagu FREE OST KPOP DEMON Hunter's
FREE LIRIK LAGU I tried to hide but something brokel I tried to sing, couldn't hit the notes The words kept catching in my throat I...
-
yadeuzuaki.com JANTUNG DAN SIRKULASI USN (001), ASM (011), FF(032), SN (030), RG (020) Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu...
-
DORAMA COOL DOJI DANSHI /PLAY IT COOL GUYS LIVE ACTION DRAMA BERGENRE COMEDY, LIFE, YOUTH Dibintangi oleh: 1. YUTA NAKAMOTO 2. FUJIOKA MAITO...