CIPER ELISA DAN LEON

 

Pada awalnya, aku selalu bertanya-tanya...

Apakah itu cinta?
Lalu... Mengapa seseorang bisa jatuh cinta?

Membagi perasaan dengan orang lain, bukankah itu sangat merepotkan?!.

💓💓💓

Hingga pada akhirnya, hal merepotkan itu menyapa diriku dengan senyuman indahnya.

Aris...
Itulah panggilan akrab dirinya. Seseorang yang pernah membuat diriku mengalami hal merepotkan dalam hatiku.

Dia adalah lelaki pertama yang mampu membuat diriku merasakan berjuta rasa di hatiku.

Dia adalah teman satu SMAku, yang tanpa aku sadari berhasil masuk kedalam pintu tak terjamah dalam diriku.

•••

Untuk seorang gadis sepertiku, dicintai seseorang adalah hal yang baru bagiku. Pasalnya tak satupun aku mengerti apa itu rasanya cinta.

Dulu sekali, aku pernah melihat temanku yang berkata dia menyukai seorang lelaki. Dia adalah kakak kelasku, aku pun tak tau yang seperti demikian itu dinamakan cinta. Yah tentu saja, karena saat itu aku masih bocah kelas 5 SD yang tak tau itu cinta. Boro-boro cinta, suka sama temen cowok juga gak ada. Yang ada hanyalah saat terindah saat bermain kejar-kejaran bareng sama main kelereng bareng.

Dan kini aku sudah memasuki usia remaja. Sekarang aku sudah menjadi siswi kelas 10 SMA. aku kira, mungkin kini saatnya aku sudah mulai merasakan itu. Apa yang selalu orang lain bilang "cinta".

 

💚💚💚 ELISA DAN LEON 💚💚💚


SEKOLAH, Lapangan FUTSAL.

"Elisa, Maukah kau menjadi pacarku?"

Kata pertama yang ingin aku dengar di masa SMA-ku akhirnya datang juga. Seseorang saat ini menyatakan cintanya padaku.

Hal yang ingin aku rasakan akhirnya tiba juga, tapi dia bukanlah seseorang yang aku harapkan itu.

Meski demikian, ntah apakah karena keegoisanku atau karena tidak enak padanya aku akhirnya menerima perasaanya itu.

Kami pun jadian disaksikan oleh teman-teman ekskul futsal saat itu. Rasanya malu sih.. tapi, aku tak bisa mengabaikan kesungguhannya. Meski yang aku sukai bukanlah dia melainkan temannya.

Namun dua hari yang lalu aku mengetahui bahwa temanku Seli menyukai orang yang kusukai juga. Oleh karena itu, aku akan memendam perasaan ini. Akan aku berikan hatiku pada Leon, lelaki yang menyatakan perasaannya padaku saat ini.

Aku.. akan melupakan Aris, cinta pertamaku saat aku memasuki SMA ini. Lelaki yang mengajariku menyukai seseorang. Lelaki yang juga tak bisa aku miliki hatinya.

•••

LAPANGAN PERTANDINGAN FOOTSAL

Tak terasa satu Minggu telah berlalu, kini rutinitasku menonton tanding futsal bukan lagi hanya untuk menyemangati tim sekolah kami. Namun, menyemangati pacarku Leon. Dia adalah salah satu striker tim futsal SMA Garuda. Dia cukup terkenal di ekskul futsal hingga ada banyak gadis yang sengaja melihatnya bermain. Yah meski tidak semuanya sih, karena tim futsal kami memang lumayan tinggi dan tampan. Salah satunya adalah Aris yang merupakan Ace tim Garuda. Tak ayal banyak gadis-gadis yang tergila-gila dengannya, termasuk temanku Seli.

"Ahhhhh arisss keren banget... Ayooo semuanyaaa semangattt buat tim SMA Garuda!" teriak Seli antusias menyemangati Aris dan tim futsal SMA Garuda yang sedang bertanding.

"Yeahhhh goallll...

Kereeennn... Teruskan semuanyaaa

Aris.. Aris.. Aris..

Leon.. Leon..Leon."

Sorak Sorai penonton memenuhi lapangan indoor yang sedang berlangsung pertandingan di menit terakhir. Bersamaan bunyi peluit tanda pertandingan berakhir, SMA Garuda menang dengan perolehan 4-2 melawan SMA rajawali.

•••

WARUNG YANG TAK JAUH DARI LAPANGAN FUTSAL

Usai pertandingan kami merayakan kemenangan tim Garuda di warung dekat tempat kami menonton kejuaraan futsal.

"Yeayy... bersulang buat tim Garuda," ujar Seli sembari mengangkat botolnya.

"Hey, kita kan hanya minum teh botolan aja kali. Gak usah pake kata bersulang segala kaya minum beer aja," celetuk Bima yang sedikit parno dengan kata-kata bersulang.

Maklum, Bima adalah salah satu anak OSIS dari kelas satu angkatanku yang harus selalu menjaga tatakrama di setiap dia berada (melihat ke arah Bima).

"Ssst, tenang aja Bim. Itu hanya perumpamaan aja ko. Jadi dibuat santai aja oke," balas Aris yang mengadukan botol minumanya pada Bima sambil tersenyum.

"Akh, kau benar (mendadak berubah pikiran), ayo bersulang atas kemenangan kita semuanyaaa." akhirnya Bima pun ikut andil bersulang bersama dan yang lainya setelah perkataan Aris yang mencairkan suasana.

Yah, memang seperti itulah dirinya. Tak pernah ambil pusing tentang segala hal. Bebas, tapi juga bertanggung jawab.

Aku kemudian tersenyum, menyaksikan kemeriahan perayaan yang sedang berlangsung. Hingga akhirnya suasana itu berakhir saat pemilik warung mengingatkan kami untuk tidak menganggu pengunjung lainnya dan kami pun bubar dikarenakan hari sudah sore.

•••

Untuk sesaat aku sempat terkaget. Leon menggenggam tanganku saat kami menyebrang jalan ketika hendak pulang menunggu angkutan umum usai pertandingan. Tidak biasanya dia tidak membawa motor, hingga kami memutuskan untuk pulang bersama karena arah rumah yang kebetulan searah.

Dia memang bukan lelaki yang hatiku harapkan. Namun.. aku bersyukur, dia adalah lelaki yang ada di sampingku saat ini. Tangannya yang hangat dan besar menggenggam tanganku hingga aku merasa nyaman didekatnya. Tanpa aku sadari, aku mulai menyukainya. Lelaki dengan kaus hitam ini yang sedang terduduk di sebelahku. Kekasihku saat ini, "Leon Rizaldi Kusuma".

Awalnya... Aku kira hubungan kami akan baik-baik saja. Baik sekarang, esok, maupun nanti sampai berbulan-bulan bahkan tahun selanjutnya. Ternyata, aku salah besar dalam menilai suatu keadaan yang kualami.

Tanpa aku sadari, aku mulai bosan dengan hari-hari yang aku lalui di sekolah. Apalagi dengan kegiatan yang itu-itu saja. Ditambah lagi nilai-nilaiku turun drastis karena banyak sebab. Aku bahkan kena omel orangtuaku saat mengambil rapor semester  Minggu lalu.

Untuk itulah hari ini aku putuskan mengelola jadwalku agar tidak keteteran nanti. Berbeda denganku, Leon tipe orang yang santai tapi sigap. Hampir semua nilai rapornya bagus-bagus, aku jadi malu terkadang bila mengetahui fakta ini. Hingga akhirnya Leon bersedia menjadi guru privatku demi memperbaiki nilaiku.

•••

Tepat pukul 14.00 Leon datang ke rumahku untuk belajar bersama. Tak lupa aku ajak Seli ikut  juga untuk sedikit memeriahkan suasana rumah. Leon juga mengajak serta temannya, tapi sayangnya Aris tak bisa datang karena ada acara di liburan sekolah bersama keluarganya.  Sehingga dia datang kemari bersama Toni yang kebetulan minta Leon untuk ikut kelas belajar dengan kami.

Aku dan Leon bagaikan langit dan bumi. Banyak hal yang bisa dia lakukan sedangkan aku tak bisa. Dia terlihat seperti lelaki yang baik dari luar. Ntah kenapa Semua tentangnya membuatku terasa bosan. Karena dia itu terlalu baik bagiku sedangkan didalam benakku, pacaran itu akan sedikit memberikan hiburan untukku. Terutama disaat kedua orangtuaku yang terlalu sibuk mengurusi urusan mereka masing-masing.

•••

Sore harinya, di rumah Elis.

"Kau terlihat lesu akhir-akhir ini El, apa terjadi sesuatu?" Tanya Leon yang membantuku mencuci piring-piring di dapur setelah yang lainnya pulang.

"Hmm, ntahlah", jawabku dengan nada lesu.

"Yaudah, mungkin kau lagi gak mood buat cerita. Lain kali bila ada sesuatu kau bilang aja padaku oke,"ujar Leon.

•••

Usai mengantar Leon di pintu gerbang aku kembali ke kamar untuk rebahan.

"Ahhhhh, lelahnya..."

Aku mengganti posisi menjadi terlentang dari tengkurap.

Mataku memandang langit-langit atap kamar dan mulai termenung Seraya mulai berfikir tentang apa yang membuat moodku buruk akhir-akhir ini.

Aku rasa... Pacaran tak seindah menonton televisi. Leon bahkan tak pernah bersikap romantis padaku. Sekalinya memegang tanganku. Dia melakukannya saat kami akan menyebrang jalan saja.

Terkadang aku sempat berpikir, benar tidak sih dia suka denganku? Meski demikian dia tetap baik padaku sih. Yah, dia bukan tipe lelaki yang kurang ajar sih. Tapi... apa karena aku kurang menarik ya? Sehingga tak ada hasrat yang timbul kepadaku. Yah, bukanya aku ingin dia bersikap kurang ajar juga sih. Rasanya, pacarku ini sedikit berbeda dengan pacar temanku.
•••

Beberapa waktu yang lalu sehari setelah pembagian rapor.

Hari itu aku, Seli, Renata dan indah hangout di mall. Lantas mereka membicarakan pacar mereka ditengah makan es krim di cafe tempat biasa mereka nongkrong.

Mulanya Seli yang curhat tentang Aris yang gak pernah respon dengan perhatian yang dia berikan. Sehingga Aku dan teman-teman yang lainnya ikut menyemangati Seli. Ada yang bilang jangan menyerah. Ada yang bilang lebih baik tinggalkan saja gebetan yang gak respon seperti itu. Hingga pada akhirnya mereka sedikit penasaran dengan Leon yang satu klub ekskul dengan Aris.

"Lalu bagaimana dengan Leon?" Tanya Renata yang mulai melirikan matanya ke arahku.

"Maksudmu?" balasku sembari menelan es krim yang sedang aku cicipi.

"Yah, Leon itu kan temennya Aris. Kira-kira gimana sikap dia memperlakukan kamu sebagai pacarnya?" Jelas Indah menambahkan.

Ditanya mendadak seperti itu aku mulai gugup menjawab pertanyaan teman-temanku saat itu. Sementara hubunganku memang hanya berjalan seperti biasanya. "Di..dia baik kok (tersenyum)," balasku dengan sedikit memutar mataku kearah lain.

"Hmm, kalo itu sih kami juga tau kali El, yang kami maksud kalian udah sampai sejauh mana?" Tanya Renata dengan penuh penasaran.

Lantas pertanyaan dari Renata ini membuat Seli dan indah ikut melihat kearahku akibat penasaran dengan hubungan kami berdua.

"Sejauh mana? ntahlah. Aku gak terlalu ngerti apa maksud kalian ini," ungkapku yang pura-pura tidak paham dengan arah pembicaraan mereka.

"Aaah, kau ini el. Sudah kuduga, Leon pasti orangnya gak romantis," ujar Renata Spontan agak menyebalkan.

"Apa maksudmu? Dia cukup romantis kok, kalian tau sendiri kan saat dia menyatakan perasaannya di depan kalian dan semua anak futsal. Bukankah itu cukup romantis." Ungkapku sedikit membanggakan sikap gentel Leon pada teman-temanku.

"Yah..yah.. kau benar dia cukup keren saat itu," Renata terdiam dan yang lainnya juga tidak banyak bicara mendengar penjelasan Elis.

"Terus, kalian sudah kissing belum?" tanya indah dengan frontalnya.

"Emang perlu ya aku jawab itu?" balasku mengalihkan pembicaraan.

"Yah, aku hanya ingin tau saja kok, karena tempo hari kami baru saja melakukanya," tandas Indah dengan pedenya.

"Hey, kau ini tidak malu apa? Kecilkan suaramu. Nanti kedengaran orang lain tau," sontak Seli membungkam bibir Indah saat itu juga.

Pernyataan indah yang tiba-tiba membuatku terkejut dan melongo kala itu. Dalam hatiku pun mulai berkata"ahh, haruskah sampai seperti itu?"  (Mendadak raut wajah  berubah menjadi merah). Hingga akhirnya Seli mengubah topik pembicaraan kala itu dengan topik yang lain untuk membuat suasana menjadi relax kembali.

•••

Malam itu aku bermimpi, berbeda dengan mimpi yang biasanya. Dulu sekali sebelum aku jadian dengan Leon. Setiap kali aku bermimpi, Aris selalu ada di sana. Namun kini Leon lah yang mengisi hatiku. Hingga mimpi malam itu Leon ada di sana.

Kau kenapa diam saja El? Aku berbuat salah kah?

Pertanyaan yang familiar diucapkan Leon kepadaku. Aku sedikit terkejut mendengar ucapan Leon seakan pernah aku dengar sebelumnya. Aku tetap membisu, tanpa menjawab pertanyaan Leon.

Namun... Tiba-tiba Leon memegang tanganku. Dia memeluk erat diriku dengan lembutnya.

Hangat, seperti ini kah rasanya pelukan itu? ungkapku dalam hati ketika dia memeluk diriku dalam mimpi itu.

Hingga pada step selanjutnya Leon hendak mengarahkan bibirnya padaku. Terdengar suara berisik yang membuat seluruh langit indah di mimpiku menjadi kabur. Sampai aku membuka mataku dan merasakan dadaku berdebar kencang. "OMG, mimpi kah?" Akhirnya aku terbangun dan bersiap untuk hari pertama kembali sekolah.

***

Aku masuk kamar mandi dan mulai menggosok gigi. Aku pandangi kaca seraya mengingat mimpi tadi malam. Wajahku mulai memerah dan aku segera menyelesaikan aktivitas mandiku itu.

Usai mandi dan berganti baju, aku berias diri serta sarapan pagi. Bergegaslah aku berangkat ke sekolah, sembari menunggu angkot yang menuju sekolah. Aku cek WhatsApp  sejenak, namun tak satupun pesan dari Leon ada di sana.

Wajahku mulai cemberut di pagi kala itu. Yah, meskipun sebenarnya aku tau bahwa Leon memang bukanlah lelaki yang romantis dan lebay yang harus selalu chat setiap saat. Namun dalam hatiku, Aku merasa ingin sekali Leon sedikit perhatian padaku, Hmmm.

Ditengah kegelisahan kala itu, tiba-tiba seseorang dengan motor hitam menghampiriku menggunakan helm hitam pula. Dengan kagetnya aku melihat Leon tersenyum padaku dengan sapaan manis di pagi hari. "Pagi El, hari ini aku bisa pinjem motor kakakku nih. Ayo naik udah mau jam 7," ujar Leon memberikan helm putih padaku.

Tanpa basa basi, aku tersenyum dan menaiki motor yang dibawa oleh Leon. "Pegang yang erat ya El hehe," ujar Leon sembari ngegas motornya. "Iya bawel," balasku sembari memegangi pinggang Leon.

"Aku tak tau akan seperti apa hubungan kami nantinya tapi aku rasa, Aku akan menikmati saja apa yang sedang aku jalani saat ini. Bahkan Meskipun tak selalu menyenangkan, Aku rasa TAK TERLALU MEMBOSANKAN JUGA," Elisa.

🍀 END 🍀

 

 

Comments

Popular Posts