HELIANTHUS MIRACLE : BAB 1. About me
"Seandainya esok aku akan mati ... ."
Bisakah aku memasuki surga yang diidamkan oleh semua orang? Aku hanyalah anak kecil beberapa tahun kebelakang yang tak pernah akan membayangkan pahit dan kejamnya dunia.
Bahkan kini, diusiaku yang semakin bertambah setiap tahunnya. Aku masih tak menginginkan merasakan pahitnya dunia ini. Cinta masihlah sebuah ucapan omong kosong yang pernah aku dengar. Cinta hanyalah ungkapan manis di mulut yang tak pernah ada yang tau arti dibaliknya. Banyak para puitisi dan penyanyi yang mengumandangkan kata itu di setiap karyanya.
"Aku akui itu indah, namun ... tak satupun dapat membekas di hatiku hingga kini."
Padahal sudah berpuluh-puluh lagu cinta yang kudengar, namun tak sedikitpun feeling itu datang. Aku tak tau mengapa diriku menjadi seperti ini? Jika memang aku bukanlah seorang manusia yang normal? Maka seperti apakah bentuk manusia normal itu? Tak pernah aku bayangkan bahwa hidup akan sangat ... sangat merepotkan dan sangat menyakitkan seperti ini. Padahal yang aku tahu, hanya menggenggam tangan mereka, tertawa dan menangis bersama mereka begitu membahagiakan hidupku saat itu. Menjadi seorang anak kecil yang tak tahu apapun adalah salah satu kebahagiaaanku dulu. Hingga akhirnya, aku pun harus berkenalan dengan pahitnya cobaan hidup saat aku besar sekarang ini. Panggil saja aku alya, keluargaku adalah keluarga yang normal
pada awalnya, hingga saat itu tiba dan merubahku menjadi robot seperti sekarang ini. Namun seiring berjalannya waktu tampaknya Tuhan mengirimkan beberapa Peri padaku. Persis seperti di setiap cerita novel klasik yang pernah aku baca. Sedikit demi sedikit tubuh robot ini mulai berubah ke bentuk manusia tanpa aku sadari. Meski demikian tanpaknya tak akan mudah bagiku, kejamnya hidup bisa merubah kembali diriku menjadi manusia robot. Aku berjuang setiap harinya menghadapi kesepian dalam diriku melawan ketakutan akan dunia untuk menjadi manusia sejati.
...
Hari ini aku memulai kuliahku untuk yang pertama kalinya. Aku kuliah di universitas swasta dekat dengan kediamanku.
"Haah ... rasanya waktu berlalu dengan cepatnya. Tidak terasa aku sudah menduduki bangku kuliah. Terlebih lagi aku harus berangkat kuliah sepagi ini. Aku harap ... Suasana kelas nanti akan bisa sedikit mengisi waktuku. Ungkapku dalam hati sembari melangkahkan kakiku keluar dari pintu rumah."
Tak seperti adikku, aku merupakan seorang wanita yang sedikit pemalu ... ya begitulah menurutku, mungkin sih. Sebenarnya, bukan pemalu. Tapi... Aku hanya tak ingin terlibat dengan sesuatu yang merepotkan saja. Oleh karena itu, aku ... Jarang sekali bicara pada orang yang baru aku kenali. Terlebih lagi, seseorang yang tidak membuatku nyaman.
Hari ini aku duduk di bangku paling depan di kelas. Aku memiliki kebiasaan duduk di depan sejak aku berada di bangku sekolah dasar. Ntah mengapa, itu benar-benar menjadi kebiasaan. Sampai saat ini pun, aku masih melakukannya disini. Suasana disini sangat berisik sekali, tak kusangka bangku kuliah bakalan sesantai ini. Aku kira akan sedikit tenang seperti ruang persidangan dimana hanya ada suara beberapa orang saja.
"Tapi ini ... "
"Hey ... kenalkan aku bella."
"Ohh ... hai, aku sintia ... ."
"Btw, kenapa dosennya belum datang ya?"
"Ntahlah, mungkin sedang dalam perjalanan kemari."
"Hey brother, nanti balik kampus ayo kita ke taman bentar yuk ... ."
"Taman? Kenapa emang?"
"Yah ... Ello gak tau, katanya taman kampus kita banyak cewe cakepnya bro. Terlebih lagi dari fakultas ekonomi yang terkenal sama bidadarinya!"
"Wah, serius Lo!" "Ajib, gua ikutlah."
"Huh ... berisik sekali mereka yang dibelakang," gumamku dalam hati setelah melihat dan mendengar semua yang ada di samping dan belakang tempat dudukku.
...
Kuliah hari pertama telah usai. Tak ada sedikitpun yang menarik dari hari ini selain keributan dan kebisingan kelas bak berada di jalan raya.
Hal yang menyenangkan ketika aku pulang kuliah saat ini, Hanyalah ini... (Sembari memandangi jalan raya dari jembatan penyeberangan).
Disini sangat berisik, tapi.. ntah mengapa... rasanya tentram dan damai di dalam hatiku. Aku tak tau mengapa demikian? dan ini menjadi misteri juga buatku.
...
Keesokan harinya perjalanan menuju kampus
Tak banyak tempat yang bisa membuatku merasa nyaman. Aku seyogyanya hanyalah seorang introvert yang tak banyak tau tentang indahnya dunia. Aku hanyalah wanita ndeso yang norak saat melihat laut. Terbawa suasana hanya dengan melihat keindahan pegunungan. Selain dirumah, hanyalah taman kota dekat rumah yang bisa membuatku melupakan semua kekisruhan dalam hidupku.
Bagiku dunia Maya merupakan tempat untukku dapat menikmati sebagian hidup. Tak seperti dunia yang nyata yang butuh adaptasi untuk bisa merasa nyaman didalamnya. Mungkin sebagian orang akan memanggilku kekanakan karena diusia ini masih senang dengan acara anak-anak.
Terkadang aku sempat berpikir... Mungkin, Di dalam lubuk hatiku ini, masih belum siap untuk menjadi dewasa. Bahkan sampai saat ini, arti cinta masihlah sangat jauh dalam benakku. Apalagi mendengar kata komitmen tentang suatu pernikahan masihlah sangat jauh dari bayang-banyang.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa aku ini masihlah manusia. Waktu akan terus berjalan, umurku akan terus bertambah. Hingga pada saatnya aku ... Tetap haruslah siap menerima kenyataan ini. Bahwa aku ... Sekarang sudah dewasa, sudah harus mengerti rasa sakit dari Kenyataan dunia ini. Meskipun aku tak menginginkan hal itu.
...
Kalian tau, tempat ternyaman keduaku selain taman kota adalah disini.
Tempatku menghabiskan sebagian hidupku untuk belajar. Dimana lagi bila bukan kampus tercintaku. Saat aku berjalan menuju gedung tempatku akan melangsungkan kegiatan kuliah hari ini. Aku melihat dia, dan juga mereka salah satu teman satu jurusanku. Dari kejauhan aku melihat mereka tampak asik berbincang satu sama lainnya. Bergurau dan bernyanyi diiringi dengan gitar di area tempat nongkrong anak-anak lainnya.
Melihat mereka, sejenak aku sedikit tersenyum dalam hatiku. Sebelum aku memalingkan diriku untuk kembali pada kenyataan hidupku. Aku berjalan melewati mereka dengan sedikit menundukkan kepalaku dan sedikit tersenyum. Meski sudah beberapa hari ngampus. Aku masih belum leluasa untuk mengobrol nyaman dengan mereka semua teman di kelas. Jadi aku putuskan untuk tersenyum saja dan menundukan kepalaku sedikit berjalan cepat seolah aku sedang terburu-buru ke toilet. Apa boleh buat, aku belum terlalu dekat dengan mereka lagipula meski aku ikut nimbrung juga hanya seperti kambing conge yang tak mengerti apa yang mereka bicarakan apa. Jadi ... yah begitulah aku melewati mereka.
...
Aku berjalan memasuki gedung dimana hari ini akan diadakan perkuliahan. Seperti biasa aku berjalan menuju ruangan dengan sedikit menghela nafas. Ketika memasuki pintu kelas aku melihat beberapa orang sudah terduduk disana. Refleks aku tersenyum membalas senyum ana dan Zara yang melambaikan tangannya padaku. Oh yah, meski aku tidak terlalu dekat dengan yang lainnya. Bukan berarti aku tidak memiliki teman untuk aku ajak mengobrol. Ana dan zara adalah salah satu teman pertamaku di jurusan. Aku terduduk dan bersalaman pada mereka berdua dan terduduk disampingnya. Dua menit sebelum dimulainya perkuliahan anak-anak yang lain juga memasuki ruangan. Tepat pukul 10.30 sang dosen masuk dan memberikan kuliahnya pada kami.
...
Baru beberapa hari kuliah kami sudah mendapatkan tugas kelompok. Aku senang tak senang sih mendapatkan tugas ini. Tapi, karena semua untuk nilai aku tetap harus semangat.
"Yah, aku bilang semangat tadi ... ."
Saat ini aku dengan kedua temanku sedang berada di perpus untuk mencari bahan tugas Minggu depan.
“Hagh ... nasib emang, diantara banyak orang kenapa aku harus satu kelompok dengan dia ya?” gumamku dalam hati melirik dua lelaki yang sedang asik mengonrol di samping tempat dudukku.
"Meskipun untuk nilai, tapi rasanya kok kuliah ini masih sama seperti SMA saja ya? Aku tidak tau kenapa? Apa karena aku tidak terlalu nyaman dengan mereka? "pikirku dalam benakku.
"Rel, elu tau caranya buat powerpoint yang bagus? Haah, gue masih belum ada inspirasi hari ini. Jadi gimana ya?" Ujar Gerald cowok yang satu kelompok denganku.
"Ahh ... yaudah nanti coba gue cari bahannya juga deh. Sekalian nyicil buat bikin makalahnya juga." balasku dengan sedikit bingung karna ketidakjelasan kelompok ini.
"Oke, kita berdua cabut dulu ya. Nanti kalo ada perlu apa-apa bisa bilang sama kita oke." Begitulah ujar Gerald dan farel saat itu dan meninggalkanku sendiri di perpus.
"Ahh ... Hmm ... Oke ... ." Tanpa banyak bicara aku langsung bilang oke. Meski sebenarnya isi otak dan batinku ini cukup kesal melihat tingkah mereka berdua. Tapi ... yasudahlah, mau bagaimana lagi.
...
Di dalam heningnya bilik perpus aku membuka lembaran demi lembaran buku. Mataku mulai mengantuk dan akhirnya aku putuskan untuk pulang. Aku berjalan menuruni tangga ke lantai bawah gedung. Di lantai dua kulihat melalui balkon Gerald dan farel sedang mengobrol dengan anak yang lainnya.
Melihat mereka aku hanya bisa terdiam. Aku hanya bisa menunduk senyum bila melewati teman-teman. Terkadang aku bersalaman dengan mereka bila jaraknya dekat denganku. Tapi, aku masih saja merasa hampa.
"Meski ini adalah tempat kedua yang membuatku nyaman namun aku juga terkadang terdiam sendu ketika berada disini dan Aku pun tidak tau kenapa itu bisa demikian?"
Comments
Post a Comment