NEVERS ISLAND ARC 1: CHAPTER 2. WANITA TANGGUH

CHAPTER 2. Wanita tangguh


Malam yang sedikit terang di atas ranting pohon yang menjulur.

Mata yang setengah terpejam menutupi bayangan malam yang tak terlihat.

Tania masih disana, diatas ranting pohon besar menunggu malam berganti pagi. Detik demi detik hingga jam demi jam dia lalui. Meski mata dia pejamkan, getaran di mata tak juga diam dan menutup seutuhnya.

🌔🌔🌔


Nia... Nia... Kenapa nak?, Kau masih tak bisa tidur?


Ahh... Paman, ntah mengapa aku takut....
Aku takut sekali Paman, hari ini bulan bersinar terang tapi,... Rumah ini sedang dalam keadaan gelap aku takut sekali...


Tenang saja Nia, saat ini sedang ada pemadaman listrik untuk sementara...
Menurut kabar dari orang-orang, perusahaan penghasil listrik sedang dalam masalah sementara waktu. Mereka akan segera memperbaiki aliran listriknya segera mungkin. Jadi, kau tidak perlu khawatir Nia....


Bukankah kau... Ingin ... Menjadi ... wanita yang tangguh?..


🌔🌔🌔


"Itu benar" aku tidak boleh menyerah akan keadaan ini. Bukankah, aku ingin menjadi... seorang wanita yang tangguh!. Maka, aku tidak boleh merengek terus!.


Akhirnya, dengan mengingat kenangan bersama sang paman. Tania berhasil mengembalikan kepercayaan dirinya dan menghilangkan sedikit rasa takutnya.


Tanpa terasa hari sudah mulai pagi. Mentari pagi saat itu terbit sangat cerah dan hangat menembus pori tubuh Tania.


Lalu dengan semangat penuh membara, dia pun melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.


"Huh, bagaimana ini. Meski semangatku bangkit, perutku masih kosong sejak kemarin. Pokoknya, aku harus segera mencari sumber mata air di sekitar sini!".


Tak lama berselang Tania berjalan, terdengar suara air terjun di telinganya. Mendengar suara air yang mengalir deras, Tania bergegas menghampiri sumber air tersebut.


"Ahhhh... Segarnya...",Tania pun meminum air tersebut dengan lahapnya. Sama seperti saat dia meminum air sup yang ada di dalam mangkuk.


"Hyuh,... Syukurlah dahagaku sudah hilang. Tapi perutku masih terasa lapar", ungkapnya sebari melirik ke arah air mengalir.


Dalam sekejap, muncullah dalam benaknya sesuatu yang selalu ingin dia lakukan saat dia masih kecil dulu.


Lalu, dia pun berlari ke arah hutan seakan mencari sesuatu.


"Huhh... Aku hanya dapat ranting ini saja dan kayu ini", ungkapnya sebari memegang sebatang kayu yang agak runcing dan akar pohon yang terlihat seperti tali.


Seusai mencari beberapa Batang pohon, akar pohon dan batu. Tania kembali ke hilir sungai dekat dengan air terjun itu.


Dia memasangkan akar pohon itu pada Batang pohon seolah menyerupai alat pancing. Tak lupa pula Tania berusaha membuat api unggun di pinggir sungai.


"Hhm, kalo gak salah. Seperti ini deh kaya yang ada di siaran televisi", sebari memembenturkan dua buah batu untuk membuat api.


Beberapa menit kemudian 🐤🐤🐤...


"Aargh... Gimana caranya sih, udah hampir setengah jam aku benturkan kedua batu ini tapi masih belum juga nyala!. Hah.. apa cara di tv itu cuma ngibul kali yah?!. Buktinya dari tadi apinya gak keluar-keluar.


Ataukah,... Aku saja yang payah karna gak bisa nyalain apinyaaa... arghhhh...bagaimana iniii".


Seketika Tania menjadi uring-uringan karna api yang dia butuhkan untuk memasak masih belum menyala. Kemudian, dia mencoba beberapa cara lain untuk membuat api seperti menggosokkan kayu diantara serpihan serbuk kayu. Tapi karna tangannya yang lemas dan tak bertenaga membuat apinya tak kunjung menyala pula.


"Huh... Sepertinya, apinya gak nyala karna tenagaku yang kurang. Bukan karna caranya yang salah 😂".


Setelah beristirahat sejenak, Tania menggunakan cara yang terakhir yang dia mampu lakukan. Yaitu menggunakan kaca make up yang selalu dia bawa di kantong bajunya.


"Hhe,... Ternyata barang-barang wanita itu memang sangat berguna yah!. Tak hanya bisa membuat wanita tampak menarik tapi juga bisa untuk membuat ini".


Dengan menggunakan kaca dari bedak yang dia bawa selalu. Tania memantulkan cahaya matahari ke dedaunan kering di tumpukan kayu yang telah dia siapkan. Kemudian pancaran sinar matahari yang memantul dari kaca pun mengenai daun dan menghasilkan api kecil. Segera setelah api menyala Tania membuat api menjadi sedikit besar untuk membuat api unggun. Lalu dia pun kembali ke hilir sungai untuk memeriksa hasil pancingannya.


Dia terduduk di pinggir sungai sebari melihat langit yang membiru disana. Pikirannya pun melayang jauh mengenang suatu hal tentang langit itu.


"Hah... Indahnya langit itu, biru yang merona disertai putihnya awan yang berarak. Langitnya pun begitu cerah sama seperti hari itu".


Crik....crik...🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟🐟


Rupanya terdengar suara percikan air dari ikan yang terperangkap dari kail buatan Tania. Rasa bahagia bukan main dia rasakan saat itu.


"Huahhh... Betapa hebatnya diriku ini. Padahal baru pertama kalinya aku memancing di sungai. Haha, latihan memancing ku telah banyak membuahkan hasil rupanya".


Setelah selesai menangkap ikan dan kemudian menyantapnya disaat masih dalam keadaan hangat. Tania pun merasa kenyang dan bahagia luar biasa saat itu. Lalu dia pun merasa hidup di alam bebas bukanlah hal yang sulit lagi. Namun, disaat perutnya yang sudah kenyang. Hanya terdengar suara aliran sungai dan air terjun. Dia pun mulai merasa sepi kembali.


"Hmm ternyata... Meski kau bisa bertahan hidup saja, itu tidak cukup ya?!.
Huhh... Sepi dan sendirian seperti ini, rasanya.... Tidak menyenangkan".


Kemudian Tania menangkap beberapa ikan lagi untuk dijadikan bekal. Dia juga mencari sesuatu di hutan dan area sekitar sungai yang bisa dia jadikan tempat air. Lalu, setelah persiapan perbekalan selesai. Tania melanjutkan perjalanan selagi matahari masih bersinar.


Dia terus berjalan selangkah demi selangkah. Sedikit demi sedikit hingga perbekalan miliknya sudah hampir habis.


Hari yang sudah larut membuat langkahnya harus terhenti saat itu juga. Seperti hari lainnya, Tania memanjat pohon yang agak tinggi untuk berlindung dari kelamnya malam.


Sudah tujuh hari lamanya Tania bergelut di sebuah pulau yang antah-berantah. Lalu bagaimana dengan kabar teman-teman Tania lainnya?.


Diseberang pulau tempat tania terdampar, ternyata ada pulau lainnya dengan ukuran lebih besar.


Terlihat bangkai kapal yang membawa Tania dan lainnya berada di pantai pulau tersebut. Berbeda dengan pulau kecil tempat tania terdampar. Di tempat ini terdapat bangunan besar menjulang tinggi di tengah pulau. Terdapat pula beberapa pemukiman di sana. Hal yang paling membuat takjub lainnya adalah gedung tinggi sekitar 30 meter berada di tengah-tengah pemukiman.


Tepat di tengah-tengah bangunan tinggi tersebut terlihat ruangan yang dijaga cukup ketat oleh dua orang prajurit. Disana seseorang sedang terbaring tak sadarkan diri. Lelaki itu tak lain dan tak bukan adalah anak ketiga dari keluarga kolongmerat Thunder di London, Dia adalah Gill Thunter Hunt teman satu kelas Tania.


Setelah beberapa hari tertidur, akhirnya gill terbangun dari tidurnya.


Lantas dia merasa kebingungan berada di sebuah ruangan tersebut. Karna seingatnya, dia berusaha menyelamatkan diri bersama teman-temannya dari kecelakaan pesawat yang menimpa mereka.


Gill beranjak dari kasur Segera menuju kearah pintu mencoba membukanya untuk mencari tahu dimana dia berada.


Dug... Dug... Dug... (Suara pintu digedor dengan kerasnya)


"Hoy.... Buka woy.... Gua mau keluar nih!"


"Bang*at, buka gak lo ... Atau gua dobrak juga ini pintu!" dengan hitungan detik Gill mencoba mendobrak pintu tersebut.


"Siallll ... Keras bener ini engsel pintunya. Sebenernya ada dimana sih gua berada?" Kemudian Gill pun memeriksa seisi ruangan itu. Dia mencoba mencari tahu dimana dirinya berada dan bagaimana caranya untuk keluar. Kamar mandi,tv, kulkas, rak buku, bahkan game sudah tersedia disana. Seperti sengaja diletakkan agar gill merasa betah.


"Apa-apaan ini?"

"Bahkan video game terbaru juga ada. Gua semakin gak mengerti dengan semua ini!"

"Tapi, jendela dengan teralis besi ini?"  "Aku juga bisa melihat kebawah sana dari sini. Hmm ... apa-apaan dengan orang-orang berseragam prajurit itu," ujarnya sebari melihat dari balik jendela ruangan itu.


Ternyata tidak hanya Tania yang sedang dalam kesulitan dalam bertahan hidup di hutan belantara. Gill yang baru saja terbangun setelah beberapa hari tak sadarkan diri pun mengalami hal yang sama dengan Tania. Gill berada di suatu tempat yang asing baginya. Meski keadaannya tak seburuk Tania yang harus bertahan hidup di alam liar. Lantas bagaimana dengan keadaan teman-teman Tania lainnya? Apakah mereka juga selamat? Ada dimanakah mereka setelah satu Minggu lamanya semenjak kecelakaan pesawat itu?


🌳🌳🌳 Bersambung 🌳🌳🌳

BEFORE                                                                                                                    NEXT CHAPTER 3

Comments

Popular Posts