LIBERO : BAB 1. KESAN

 

 BAB 1. KESAN

Manusia hanya bisa berusaha, tapi tetap saja Tuhan yang menunjukan jalannya. Sebelumnya aku tak pernah menyangka akan mengenalnya dan mencintainya sebesar dan sedalam ini.

Setelah berulang kali aku alami banyak hal. Akhirnya, kini aku merasakan masa ini juga. Orang bilang, masa SMA adalah masa terindah dalam hidup seseorang.

Yah, kini aku sudah menjadi siswi SMA. Aku bekerja keras agar bisa memasuki sekolah ini.

Sekolah yang konon katanya terkenal bukan hanya di Indonesia tapi juga Se-asia. Dari semua kerja kerasku sendiri. Aku berhasil memasuki SMA Favorit ini.

Yah sebenarnya, pada awalnya aku hanya mencari peruntungan saja mendaftar ke sekolah bergengsi ini. Meski pada awalnya aku sempat pesimis. Namun ternyata Tuhan berkata lain. Aku berhasil lolos ujian masuk umum dengan nomer urut terakhir di SMA STARS.

Karena lokasi SMA STARS sangat jauh dari rumahku. Maka aku harus tinggal di asrama yang sudah di sediakan sekolah. Tentu saja aku mengetahuinya, bahwa SMA ini memiliki fasilitas asrama bagi siswa dan siswi yang rumahnya jauh. Akhirnya aku pun datang ke sini diantar kedua orang tuaku untuk persiapan sekolah yang akan diadakan lusa. Diasrama ini tidak hanya aku yang tinggal. Tapi ada beberapa siswa dan siswi yang lain pula yang datang dari jauh hanya untuk bersekolah disini.

"Wah.. akhirnya, aku sudah jadi siswi SMA. Aku tak sabar menunggu lusa 😍 ."

Begitulah perasaanku saat pertama kali menginjakkan kaki di asrama.

Setelah aku mendapatkan ruanganku, kedua orangtuaku dan adikku segera pulang. Yah, karena lokasi rumahku sangat jauh dari SMA STARS ini.

"Dea, pokoknya kalo ada apa-apa telfon yah jangan lupa. Kami pulang dulu yah nak, jaga kesehatan disini." Setelah berpamitan keluargaku pun pulang kekediaman kami di Depok.

Kini aku merasakan ada semacam gejolak semangat dan penasaran dalam hatiku ini.

"Seperti apa yah lusa nanti? Aku sangat tidak sabar dan menantikannya."

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba.

Aku sudah bersiap dari pagi buta sekali, mempersiapkan segala sesuatu untuk pergi ke sekolah pertamanku di SMA STARS .

Namun harapan itu pun musnah mengingat siswa/i yang lainnya bersikap dingin dan acuh tak acuh.

"Hugh... Apa di sekolah elite emang seperti ini yah. Baru hari pertama saja sudah pasang muka serius."

"Aghhh... Tuhannn.... Bagaimana ini? Padahal ini adalah Masa SMA yang aku nantikan."

Dea terduduk di bangku paling belakang. Dikarenakan siswa/i di SMA STAR duduk sesuai dengan urutan tempat duduk yang sudah disediakan.

Tak lama pelajaran pun dimulai. Dea duduk di meja paling belakang di bangku paling sisi pojok. Dia menatap jendela yang terdapat pemandangan yang indah. Namun karena kesan pertama masuk sekolah yang kaku tersebut. Dia pun tak sempat menikmati pemandangan yang indah saat itu. Lalu Dia membalikan mukanya ke arah depan lagi dimana pak guru sedang mengajar.

Begitulah kesan pertama yang Dea rasakan saat memulai sekolah. Hal demikian berlanjut hingga seminggu terakhir ini. Dea yang merasa tak nyaman pun hanya pulang ke asrama tanpa melakukan Hal apapun.

Pukul 14.30 asrama

Dea membuka pintu kamarnya, dilihat kasur disampingnya yang masih tertata rapi. Rupanya teman sekamarnya masih belum pulang dari kegiatan di kelas. Dia pun tertidur dengan lelapnya.

Tiga jam telah berlalu saat Dea terlelap tidur. Disaat dia membuka matanya perlahan. Terlihat sosok wanita dengan wajah menghadap muka Dea yang sedang rebahan di kasur. Dea pun kaget bukan main sehingga dahi dan dagu mereka berbenturan pada akhirnya.

"Adaww... Sakit... Woy. Maen sundal sundul aja lu. Lu pikir gue bola!" ucap orang itu pada Dea.

"Aww.. jidatku sakit. Ah maaf-maaf, habisnya aku terkaget. Lagipula kenapa kau memandangi wajahku yang sedang tertidur? Buat merinding aja ikh." ucap Dea dengan sedikit menjauh dari wanita teman sekamarnya itu.

"Oyy... Kenapa lu? Emang gue najis apa elu sampe ngejauh kaya gitu? Ini anak bener-bener bikin kesel ya. Eh.. dengerin, gue liatin muka lu saat tidur karena gue penasaran aja kenapa cara tidur lu aneh begitu. Lagipula, hahahaha..lu tidur Ampe ngiler gitu. Mau buat pulau lu? Ha-ha-ha." wanita itu pun tertawa terbahak-bahak.

Sialan... Tadi udah ngagetin ! Sekarang malah ngejek gue sambil ketawa lagi. Benar-benar temen sekamar yang menyebalkan. Begitulah gumam Dea dalam hatinya.

"Ahh.. tidak kok. Aku gak ngiler, dasar kau ini bohong aja akh. Pokoknya awas ya kalo ngelakuin itu lagi. Aku bisa marah loh." ucap Dea sambil berdiri.

"Yahh... Terserah elu dah." pungkas wanita tersebut sambil berbaring di kasur miliknya. Hingga akhirnya dia tertidur dengan pulasnya.

Crook...crook...crokkk... Hiuwww......fyuhhh..huwhhhh...

"Pufff" Dea menahan tawa melihat cara wanita tersebut tertidur dengan pulasnya.

"Ahh.. tidak boleh... Aku tidak boleh menertawakan orang yang sedang tertidur!" lantas Dea menggelengkan kepalanya untuk bersikap sopan kembali.

"Hmm, Waktu masih sore. Aku sedang tidak ada kerjaan. Apa aku melihat-lihat suasana sekitar asrama ya." Melihat pemandangan luar yang cerah membuat Dea tertarik pergi keluar sore itu.

Dea kemudian memutuskan untuk keluar kamar mengisi waktu senggangnya memilih untuk melihat-lihat keadaan asrama dan daerah sekitar sekolah di sore hari.

Dia berjalan menyusuri jalanan gymnasium dekat asrama wanita. Tak jauh dari gymnasium tersebut terdapat asrama pria yang dipenuhi dengan gantungan baju yang berserakan.

"Nice ball"

"Nice blok"

"One toched, zaen."

Di dalam gymnasium terdengar suara beberapa orang yang sedang beraktivitas. Dea yang sedang senggang melihat-lihat ke dalam sembari melirik ke kanan dan ke kiri.

"Hmm, Gpp kali yah kalo aku masuk ke sini?. Yah... lagipula, aku juga siswi di sekolahan ini. Jadi tentu saja tidak apa-apa kan hhe." (Tanpa pikir panjang lagi, dea memasuki gymnasium tersebut).

"Chance ball"

"All right,... All right..."

Buzhhhh.....

"Nice kill, Tomaz."

"Ahh... oke Cell."

Dea ternganga dalam kagum melihat aksi para cowok tampan pemain bola voli di lapangan yang sedang bertanding.

"Kyaahhh.... Marcell, Tomaz, zaen, rain, semangattt." Teriak para cewek-cewek di tribun.

Zaen :"Ahaaah, mungkinkah karna pesonaku yang tak tertahankan ini membuat para cewek-cewek berteriak histeris."

~Zaen : kelas 2 posisi wing spiker, tinggi 178 cm. Rambut pirang keturunan indo Jerman. Meski memiliki wajah cukup tampan tapi ia juga seorang cowok yang kepedean akan penampilannya.

Oliver : "Sihhh... Cewek-cewek yang berisik sekali. Tidak tau apa kita sedang berlatih butuh konsentrasi."

~Oliver: kelas 1, posisi setter. Tinggi 184 cm. Salah satu pemain genius dalam olahraga voli. Memiliki tubuh atletis, tidak suka makan makanan berminyak.

Tomaz : "Oliver, kau tidak boleh begitu. Karna berkat dukungan mereka kita bisa selalu bersemangat bukan?"

~Tomaz: siswa kelas 3 tinggi 182 cm, posisi wing spiker. Ia merupakan kapten tim bola voli sma star.

Rain: "Ahaha dengar itu Oliver, kapten jadi ikut bersuara kan."

~Rain: kelas 2 posisi blokker tingginya mencapai 192 cm. Ia merupakan pemain tertinggi di tim bola voli star.

Marcel: "Siap-siap bola menuju ke arahmu rain."

~Marcel : kelas 2, tinggi 185. lelaki yang berambut cepak yang menjadi pujaan gadis sejak pertama masuk tim bola voli.

Oliver : "One toched, Lary bolanya mengarah padamu."

Lary: "Baik, Serahkan padaku."

Tomaz: "Nice Lary."

Lary : "Siip..."

~Lary : siswa baru kelas satu tinggi 175 cm. Dia merupakan salah satu pemain tim bola voli yang paling imut di SMA star. Posisi sebagai Libero yang bertugas sebagai pemain bertahan.

Priwittt... Suara Pluit berbunyi tanda pertandingan persahabatan telah usai.

"Wahh, Tim yang memakai baju hitam dengan logo star itu. Pasti mereka tim bola voli SMA star.

Aku sih tau bila sekolah ini terkenal akan prestasi olahraganya. Tapi ini.... ini benar-benar keren sekali. Aku kira hanya olahraga lari saja yang keren. Namun olahraga voli juga sangat keren. Ditambah, mereka semua tampan dan keren."

Dea yang terduduk di tribun pun merasakan sesuatu yang berbeda saat melihat mereka bermain. Seakan jiwa olahragawannya pun kembali.

"Sudah aku putuskan, aku akan coba untuk mengikuti ekskul bola voli. Meski aku tidak bisa berlari secepat dulu lagi. Aku pasti bisa bermain bola voli seperti mereka." dan secara tiba-tiba dia mulai bersemangat kembali menyaksikan olahraga voly tersebut.

✨✨✨🏐🏐🏐🏐

Setelah membulatkan tekad yang kuat Dea pun mencari ruang klub voli keesokan harinya.

"Hemm... Buset dah. Ruang klub aja sampe segini besarnya. Sekolah elit emang beda yah. Apalagi bila dibandingkan sama SMP saat di kampung halamanku hihihi." ujar Dea ketika melihat bagian dalam klub voli tersebut dari luar ruangan.

🏐"RUANG KLUB BOLA VOLI"🏐

Terlihat seseorang sedang membersihkan loker di dalam ruangan. Dea pun langsung menyapa orang tersebut sebari menanyakan teknis perekrutan tim bola voli.

"Permisi, Aku Dea. Aku mau menanyakan..."

"Maaf perekrutan sudah di tutup seminggu yang lalu." Ucap lelaki tersebut sembari membenahi loker tersebut sebelum dea selesai dengan pertanyaanya.

"Apaaa.... Aku tidak pernah dengar tuh yang seperti itu?" ujar Dea tidak tau apa-apa akan hal itu.

"Hahh... (menghela nafas) Kau.... Kau pasti murid kelas satu kan?" ujar lelaki tersebut.

"Hahahaha... Terlihat yah, iya begitulah jadi aku tidak tau apa-apa." balas Dea dengan santainya.

"Apaaa... Emangnya pada masa orientasi kau tidak mendengarkan?. Khusus untuk tim bola voli itu perekrutannya pada saat masa orientasi. Dan juga klub bola voli STAR itu hanya terdiri dari para lelaki. Walaupun ada perempuan, mungkin sebagai manager tim saja." ungkap Lelaki tersebut mencoba menjelaskan.

"Apaaa... Curang... Kenapa wanita tidak ada? Lagipula menjadi manager itu tidak menyenangkan. Aku ini kan lumayan atletis." Ucap Dea dengan penuh kepercayaan diri.

"Hohoho... Rupanya kau penuh percaya diri juga yah. Kalo begitu, mau coba bermain voli sekarang juga?" Ungkap lelaki tersebut menantang Dea.

"Haha.. aku terima tantanganmu." Jawab Dea dengan penuh percaya diri.

"Tapi tunggu dulu, biar aku hubungi para senior terlebih dahulu. Apakah kau diizinkan ataukah tidak. Lagipula, aku juga masih baru disini."

*Lelaki yang berada di hadapan Dea adalah Lary. Siswa kelas satu yang kebetulan berada di kelas sebelah dari kelas Dea.

'Gehh... Padahal dia masih kelas satu sama sepertiku. Tapi laganya udah kaya senior saja. Hugh...aku salah mengaguminya kemarin. Padahal saat dia bermain voli, ia terlihat keren sekali. Tapi disaat di luar lapangan, sikapnya benar-benar menyebalkan sekali. awas saja yah, lihat saja kau. Akan aku buat dia menyesal nanti. Kau pasti terpukau dengan keatletisan gerakanku haha.' gumam Dea dalam benaknya penuh semangat.

📲📲📲

"Hallo, ini aku Lary. Maaf mengganggu, saat ini di ruang klub ada seseorang yang mau mengikuti tes masuk klub voli. Apakah anda ada waktu untuk melihatnya kapten?"

"Ya, baik kapten.. kalo begitu nanti saya sampaikan." ucapnya mengakhiri telponnya tersebut.

"Oh ya siapa namu tadi?" tanya lary pada Dea.

"Dealovin, panggil saja aku Dea. Kau?" tanyanya balik.

"Aku Lary." jawabnya singkat.

"Hmm" Dea terdiam mendengarkan.

"Maaf, tapi kapten tak bisa untuk hari ini. Jadi tesnya akan diadakan Minggu depan di gymnasium pukul 15.00. kau bisa datang kan?"

"Hah... Apa? Huh... Mau bagaimana lagi. Baiklah Minggu depan yah. Kalo begitu, aku permisi dulu." Ucap Dea sedikit kecewa keluar dari ruang klub.

"Ahh... Iyah... selamat berjuang oke." ucap Lary pada Dea sembari kembali membenahi ruang klub.

"Idih, apa-apaan selamat berjuang ya. Kau pikir aku bakal kesulitan apa?. (merasa sedikit kesal)

Lihat saja ya, akan aku bungkam wajah menyebalkanmu nanti.

Ha-ha-ha (tersenyum dan sangat menantikan nanti), ungkap Dea dalam benaknya tersenyum dengan wajah yang cukup membuat orang merinding melihatnya.


🏐🏐🏐🏐🏐🏐🏐🏐

 

 

BEFORE                                                                                                                          NEXT BAB 2

Comments

Popular Posts